Setelah proses 'mengantar Landung' selesai, ustadz Adil dan para santri pun pergi meninggalkan rumah Rusminah. Daud masih di sana ditemani Rex dan Gama.
Kemudian Rex mengetuk pintu kamar sang nenek.
" Udah selesai Nek. Sekarang Nenek dan Kak Lian boleh keluar...," kata Rex.
" Alhamdulillah..., " sahut Rusminah lalu melangkah keluar kamar diikuti Lilian.
" Apa artinya Landung berhasil diselamatkan Rex...?" tanya Lilian.
" Diantar ke tempat seharusnya, itu lebih tepat...," kata Rex mengoreksi ucapan sang kakak.
" Iya itu. Gimana, berhasil kan...?" tanya Lilian sedikit kesal.
" Alhamdulillah berhasil...," sahut Rex hingga membuat Lilian tersenyum.
" Sekarang tugas Kita adalah membuat Tini sadar jika Landung telah pergi...," kata Rusminah.
" Septia juga Mak...," kata Daud cepat.
" Septia ga perlu dikhawatirkan. Dia anak yang pintar, dia pasti ngerti apa yang terjadi dan apa yang harus dia lakukan. Semua ini berawal dari sikap Tini dan Septia hanya korban. Septia adalah orang pertama yang terkena imbasnya karena dia diabaikan oleh Tini yang terus fokus meratapi kepergian Landung..., " kata Rusminah.
Daud pun mengangguk membenarkan ucapan Rusminah.
" Biar Aku coba bantu bicara sama dia nanti. Insya Allah dia akan mengerti...," kata Rusminah.
" Makasih Mak. Saya percaya kalo Mamak yang ngomong Tini pasti mau dengar. Tini kan sangat segan dan hormat sama Mak...," kata Daud dengan wajah berbinar.
" Iya iya, udah pulang sana. Pasti keluargamu menunggu. Ingat, jangan katakan apa pun sama Tini. Biar Aku yang bicara sama dia nanti...," kata Rusminah sambil mendorong Daud yang tertawa itu keluar rumah.
" Siap Mak. Anak-anak, makasih ya. Assalamualaikum...! " kata Daud lantang sambil mengayuh sepedanya dengan cepat.
" Wa alaikumsalam...! " sahut semua orang bersamaan.
Rex mengurungkan niatnya menutup pintu rumah saat melihat sosok gadis remaja melintas di jalan. Rex merasa gadis itu sedikit aneh karena terus berjalan dengan menunduk. Rusminah yang melihat reaksi Rex pun menepuk pundaknya.
" Liat apa Rex...?" tanya Rusminah.
" Mmm..., cewek yang di sana itu Nek...," sahut Rex sambil menunjuk gadis remaja yang tadi melintas.
" Kenapa Kamu ngeliatin kaya gitu, apa ada yang aneh...?" tanya Rusminah.
" Sedikit...," sahut Rex sambil nyengir lalu beranjak ke dalam.
Rusminah pun tersenyum mengetahui cucunya memiliki kepekaan pada lingkungan.
" Namanya Zada. Umurnya dua tahun lebih muda darimu. Dia kehilangan orangtuanya karena musibah tanah longsor di kampungnya dulu. Sekarang dia tinggal bersama ibu angkatnya. Sayangnya Zada itu sulit diatur dan kerap membuat masalah. Makanya ibunya pun membiarkan Zada berbuat semaunya karena sudah lelah mengurusnya. Jadi ga heran kalo dia keliatan kurus dan lusuh. Pasti dia ga pulang ke rumah setelah berhari-hari pergi...," kata Rusminah.
" Apa dia ga sekolah Nek...?" tanya Rex.
" Dia ga suka sekolah. Dia selalu ngamuk tiap kali diantar ke sekolah. Sudah beberapa sekolah didatangi dan Zada selalu bertingkah sama. Karena itu ga ada sekolah yang mau menerima Zada...," sahut Rusminah.
Rex termenung mendengar ucapan Rusminah. Entah mengapa ia merasa iba dengan nasib Zada. Namun lamunan Rex buyar saat Gama memanggilnya.
" Ayo Rex siap-siap. Kan tadi udah janjian sama Mang Daud mau sholat berjamaah di masjid...!" kata Gama mengingatkan.
" Ok...!" sahut Rex lalu bergegas masuk ke kamar.
\=\=\=\=\=
Rex, Gama dan Lilian mengisi liburan dengan mengunjungi beberapa tempat wisata di Cirebon. Daud adalah orang yang ditunjuk menjadi tour guide dadakan untuk mereka.
Hari ini Daud bermaksud mengajak tiĝa remaja itu berkunjung ke pemandian air panas di Palimanan. Rusminah tak ikut serta karena harus menjalankan misinya menasehati Tini. Sedangkan Septia memilih ikut bersama sang ayah. Selain bisa sedikit refrehing, tujuan lainnya adalah agar bisa menemani Lilian nanti.
Setelah melepas Daud pergi di teras rumah, Tini pun bergegas kembali ke dalam rumah.
" Mereka udah pergi ya Tin...?" tanya Rusminah.
" Udah Mak...," sahut Tini sambil tersenyum.
" Kalo gitu duduk sini Tin. Temenin Aku ngobrol...," kata Rusminah sambil menepuk kursi di sampingnya.
" Saya beresin piring dulu ya Mak. Kalo meja makan rapi kan enak ngobrolnya...," sahut Tini yang diangguki Rusminah.
Setelah membereskan meja makan Tini juga mencuci piring kotor bekas sarapan tadi. Rusminah menoleh saat Tini melangkah ke ruang tamu sambil membawa dua gelas kopi susu kesukaannya.
" Buat temen ngobrol Mak...," kata Tini sambil meletakkan gelas berisi kopi di hadapan Rusminah.
" Kamu tau aja kalo Aku nungguin ini daritadi. Makasih ya Tin...," kata Rusminah sambil tersenyum.
" Sama-sama Mak...," sahut Tini.
" Begini Tin. Maaf kalo dua malam kemarin Daud pulang telat. Itu karena Aku memang memintanya datang ke sini. Aku kangen sama dia...," kata Rusminah.
" Oh gapapa Mak. Saya ga ngelarang kalo Mas Daud mau ke sini. Saya justru senang karena itu artinya Mak sayang sama keluarga Saya...," sahut Tini cepat.
" Bagus kalo gitu. Aku memang menganggap Kamu dan Suamimu itu seperti anakku sendiri. Dan masalah apa pun yang Kalian hadapi juga jadi masalahku termasuk kesedihan. Kalian sedih karena kehilangan Landung, Aku pun ikut sedih. Dan yang membuatku makin sedih adalah karena Kalian ga bilang apa-apa soal meninggalnya Landung...," kata Rusminah.
" Maaf Mak. Kata siapa Landung meninggal ?. Mamak pasti salah dengar...," kata Tini gusar.
" Aku tau dari Landung...," sahut Rusminah hingga mengejutkan Tini.
" Maksud Mamak gimana ya...?" tanya Tini tak mengerti.
" Asal Kamu tau ya Tin. Arwah Landung memperlihatkan diri di depan Rex, Lilian dan Gama. Awalnya hanya Rex yang melihat Landung mondar-mandir di dalam rumah. Tapi ga lama kemudian Lilian dan Gama juga ngeliat Landung lagi main di sawah di samping rumah. Ucapan Rex dan Gama bikin Aku curiga jika telah terjadi sesuatu sama Landung. Makanya Aku memanggil Daud ke sini. Daud udah cerita semuanya dan Aku menyuruhnya untuk mencari bantuan...," kata Rusminah.
" Bantuan, untuk apa dan siapa yang dipanggil Mas Daud...?" tanya Tini penasaran.
" Daud memanggil Ustadz Adil. Beliau bilang Landung ga bisa pergi karena ada seseorang yang masih meratapi kepergiannya dengan cara ga wajar. Dan Aku tau orang itu adalah Kamu. Tangisanmu telah membuat Landung tersesat Tin, kasian dia. Beruntung Ustadz Adil dan santrinya berhasil mengantar Landung pergi ke tempat seharusnya. Dan Landung pergi dengan bahagia...," kata Rusminah sambil menatap Tini dengan lekat.
Ucapan Rusminah membuat Tini terkejut. Sesaat kemudian Tini pun menangis.
" Saya ga terima Landung meninggal Mak. Landung itu masih kecil. Banyak harapan yang Saya sandarkan sama dia. Saya berharap Landung akan menemani Saya ketika Saya tua nanti karena dia adalah anak laki-laki...," kata Tini sambil terisak.
" Sejak awal niatmu itu salah Tin. Makanya Allah murka dan mengambil Landung darimu. Wajar jika Allah marah karena Kamu memilih Landung menjadi sandaran hidupmu. Padahal Kita tau kalo sandaran terbaik dalam hidup Kita adalah Allah...," kata Rusminah sambil menggelengkan kepala.
" Bukan itu maksud Saya Mak...," bantah Tini.
" Tapi itu yang Kamu lakukan Tin. Sekarang Landung telah pergi ke haribaan Allah. Kamu ga perlu cemas, Landung menjadi penghuni surga karena dia meninggal di usia belia. Saat hari hisab tiba dia akan menunggu di pintu surga lalu membawa Kalian masuk ke sana bersama-sama kelak. Sayangnya itu sulit terwujud jika Kamu terus menahannya di sini dengan ratapanmu itu...," kata Rusminah sambil mengusap punggung Tini dengan lembut hingga membuat Tini makin keras menangis.
" Maafkan Ibu Landung, maafkan Ibu...," rintih Tini lirih.
" Ikhlaskan dia Tini. Doamu yang dia butuhkan sekarang. Jangan lupa Kamu masih punya Septia. Dia juga butuh perhatian Kamu. Karena Kamu larut dalam kesedihan, Septia jadi kehilangan kasih sayang ibunya. Kasian Septia. Dia sudah kehilangan Landung, jangan sampe dia kehilangan ibunya juga. Sayangi Septia seperti Kamu menyayangi Landung. Bisa kan Tini...?" tanya Rusminah hati-hati.
" Iya Mak. Mulai sekarang Saya bakal fokus sama Septia...," sahut Tini mantap.
Rusminah pun tersenyum lalu memeluk Tini erat dan membiarkannya menangis di pelukannya. Rusminah lega karena misinya berjalan sesuai rencana.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Siti komalasari
alhamdulillah...
2022-11-19
1
uutarum
ya begitulah.......
2022-11-18
3
Irma Tjondroharto
ya.. seorang ibu memang berat melepaskan anak kandungnya karena meninggal.. tp memang sdh sehrs nya km ikhlas tini.. hebat nenek rusminah.. siiippp dah..
2022-11-18
4