Setelah mengantar kepergian Gama dan orangtuanya, Rex pun kembali ke rumah bersama keluarganya. Di perjalanan Rex terlihat murung dan tak semangat meski pun Lilian terus mengusiknya.
" Ga usah terlalu sedih gitu dong Rex. Kamu kan masih bisa ketemu sama Gama lagi nanti...," hibur Lanni sambil mengusap kepala Rex dengan sayang.
" Tapi kapan Bu ?. Kalo Gama tinggal di sana selamanya gimana...?" tanya Rex cemas.
" Ga mungkin lah Rex. Rumahnya kan masih ada dan ga dijual. Itu artinya mereka bakal balik lagi ke sini. Om Gondo itu cuma tugas sementara aja di Riau. Paling dua atau tiga tahun udah balik lagi ke Jakarta...," sahut Lilian.
" Emang begitu Yah...?" tanya Rex penuh harap.
" Iya Nak...," sahut Ramon sambil tersenyum hingga membuat Rex ikut tersenyum.
" Ok, kalo gitu Aku bakal nunggu Gama balik lagi ke Jakarta...," kata Rex antusias.
" Nah, sambil nunggu Gama Kamu kan bisa melakukan hal yang positif lainnya. Seperti ikut team basket, latihan ilmu bela diri atau teater mungkin. Apa aja yang penting positif ya...," kata Lanni yang disetujui Ramon.
" Iya Bu. Kayanya Aku pilih latihan silat atau taekwondo aja deh. Soalnya Aku kan harus bisa jagain Kak Lian yang mulai banyak dilirik cowok-cowok usil di luar sana...," sahut Rex sambil melirik kearah Lilian.
" Bagus, Ayah setuju...!" kata Ramon.
" Ish, apaan sih Ayah sama Rex ini. Aku tuh bisa jaga diri ya. Lagian Aku juga pernah belajar silat kok waktu SMP. Yah, walau baru dasarnya aja tapi lumayan kok buat mukul mundur orang iseng...," sahut Lilian tak mau kalah.
" Yakin bisa ngalahin mereka...?" tanya Rex dengan mimik lucu.
" Yakin dong...," sahut Lilian mantap.
" Aku ga percaya...," kata Rex sambil membuang tatapannya keluar jendela.
" Kalo ga percaya nih rasain...!" kata Lilian sambil memukul Rex dengan jurus andalannya.
" Sakittt wooii...!" jerit Rex sambil mencoba menepis pukulan sang kakak.
" Katanya tadi ga percaya. Makanya Rasain dulu jurus mautku...!" kata Lilian sambil tertawa.
Suasana di dalam mobil yang semula hening pun menjadi gaduh karena ulah Lilian dan Rex.
\=\=\=\=\=
Lilian menempuh pendidikan keperawatan di salah satu universitas negeri di Jakarta. Meski pun letak kampus cukup jauh dari rumah, namun Ramon tak pernah mengijinkan Lilian untuk kost di sekitar kampus seperti teman-temannya.
Ramon merasa jarak yang ditempuh masih bisa disiasati. Intinya Ramon hanya ingin Lilian tetap ada dalam pengawasannya hingga gadis itu menemukan jodohnya kelak. Sambil menunggu saat itu tiba maka Ramon menjadikan dirinya dan Rex sebagai body guard Lilian.
Sore itu Rex baru saja keluar dari tempat latihan taekwondo di sebuah gedung di bilangan Pasar Minggu. Rex melangkah menuju halte. Tiba di halte Rex pun duduk menunggu sambil mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Tak sengaja Rex melihat Lilian dan kedua temannya tengah diganggu oleh dua orang pria tak dikenal.
Rex bergegas menyebrang jalan tanpa peduli rambu lalu lintas yang terpasang di area padat kendaraan itu.
Rex berlari cepat dan menghampiri dua pria itu. Saat salah seorang pria mengulurkan tangannya untuk menyentuh tas milik Lilian, saat itu lah Rex segera bertindak. Ia mencekal tangan pria itu lalu mendorongnya ke belakang dengan keras hingga pria itu terjengkang jatuh.
" Kakak ngapain di sini...?!" tanya Rex dengan lantang.
Belum sempat Lilian menjawab, satu pria lainnya langsung menyerang Rex dari belakang sambil mengacungkan belati.
" Rex awaasss...!" jerit Lilian.
Rex pun berbalik untuk menangkis serangan dan memukul pria itu hingga perkelahian pun tak bisa dielakkan. Melihat temannya terdesak, pria yang tadi terjengkang pun merangsek maju untuk ikut menyerang Rex.
Lilian dan kedua temannya menahan nafas saat melihat perkelahian tak seimbang antara Rex dan dua pria tak dikenal itu.
Karena tak ingin adiknya terluka, Lilian dan kedua temannya pun mengambil batu lalu melemparnya ke kepala salah satu pria hingga membuatnya terluka. Pria itu pun tumbang berlumuran darah.
Melihat temannya jatuh, pria yang tengah berkelahi dengan Rex pun lengah. Rex berhasil menyarangkan tendangan telak di perut hingga pria itu terhempas ke tanah. Setelahnya Rex menggamit tangan Lilian lalu membawanya lari. Dua teman Lilian pun mengikuti dari belakang.
" Kenapa lari Rex, Kita kan udah menang...?!" tanya Lilian tak mengerti.
" Ini wilayah mereka Kak. Bisa aja mereka manggil temen-temennya nanti. Dan Aku ga bakal sanggup ngelawan mereka...!" sahut Rex lantang.
Rex, Lilian dan kedua temannya terus berlari. Kemudian Rex menghentikan Taxi yang melintas dan mendorong tiga gadis itu masuk ke dalam Taxi.
" Cepet jalan Pak !. Ada preman di belakang...!" kata Rex lantang sambil menutup pintu Taxi.
Supir Taxi pun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena tak ingin menanggung resiko diganggu para preman.
Lilian menoleh ke belakang dan terkejut melihat segerombolan pria tengah menatap nanar kearah Taxi yang mereka tumpangi.
" Kamu bener Rex, mereka manggil temen-temennya !. Tuh liat, mereka ngikutin Kita sampe ke sini...!" kata Lilian panik.
" Gapapa Kak, insya Allah Kita aman sekarang. Bisa tolong lebih cepet kan Pak...?" pinta Rex yang diangguki supir Taxi.
" Kalian ngapain di daerah sini, bahaya tau...," kata supir Taxi hingga membuat Rex menatap kesal kearah Lilian.
" Lagi nyari buku Pak. Kata temen di sini ada buku bekas yang murah...," sahut teman Lilian yang bernama Hesti.
" Cari buku bekas bukan di sini Mbak, tapi di Kwitang. Kalo di sini tempat preman nongkrong dan bikin onar. Bukan dapet buku tapi malah kena begal. Untung Kalian masih utuh, ga kebayang kan tiga cewek cantik di kandang preman..., " kata supir Taxi hingga membuat ketiga gadis itu bergidik ngeri.
" Gue bilang juga apa. Lo ga percaya sih...," kata Lilian kesal.
" Iya nih. Lian kan tinggal di Jakarta, pasti dia tau dimana tempat nyari barang keperluan mahasiswa perantau yang murah. Gara-gara ngikutin Lo, Kita hampir aja celaka...," gerutu teman Lilian bernama Nadifa.
" Iya sorry. Gue janji bakal denger apa kata Lian nanti...," sahut Hesti sambil menunduk.
" Ga usah gitu juga Hes. Lain kali Lo harus cross check dulu info yang Lo dapet baru datengin tempatnya. Jangan gegabah kaya gini...," kata Lilian.
" Untung juga ada adik Lo ya Li. Dia hebat lho bisa ngalahin dua preman itu tadi. Makasih yaa dik...," kata Nadifa sambil menatap Rex kagum.
" Sama-sama Kak...," sahut Rex cepat hingga membuat Lilian tersenyum bangga.
Taxi yang semula melaju cepat perlahan melambat bahkan terhenti saat tiba di depan traffic light. Hesti tampak gelisah dan berkali-kali menatap keluar jendela. Dan tiba-tiba Hesti membungkukkan tubuhnya sambil memejamkan mata.
" Lo kenapa Hes...?" tanya Lilian curiga hingga membuat Rex menoleh.
" Ga... gapapa kok. Gu... Gue cuma sakit perut...," sahut Hesti gugup.
Saat itu Rex melihat tubuh Hesti bergetar hebat pertanda gadis itu melihat sesuatu yang menakutkan. Rex pun mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru dan melihat seorang pria berpakaian necis tengah mendatangi Taxi yang ada di jalan itu satu per satu. Pria itu juga mengintip ke dalam Taxi.
Saat pria itu hampir mendekat kearah Taxi yang mereka tumpangi, lampu traffic light hijau menyala. Supir Taxi pun bergegas menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya dengan cepat hingga membuat pria itu kesal.
" Alhamdulillah..., " gumam Hesti sambil kembali menegakkan tubuhnya.
Diam-diam Lilian dan Rex saling menatap karena yakin ada sesuatu yang Hesti sembunyikan.
Setelah menurunkan Hesti dan Nadifa di depan rumah masing-masing, Taxi pun melaju membawa Rex dan Lilian pulang ke rumah.
" Jangan terlalu deket sama Kak Hesti ya Kak. Aku khawatir dia membawa dampak buruk untuk Kakak...," kata Rex saat mereka masuk ke dalam rumah.
" Iya Rex...," sahut Lilian cepat.
Entah mengapa kali ini Lilian lebih patuh pada ucapan Rex. Nampaknya Lilian mulai percaya pada insting sang adik.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
ArgaNov
Semangat Kak, aku tinggalin 🎁
2023-01-13
1
Irma Tjondroharto
jangan2 preman itu kakaknya hesti.. trs yg baju necis itu ayahnya hesti.. eh.. kok negatif thinking ya
2022-11-23
2
💎hart👑
ada apa dengan Hesti?🤔
2022-11-23
2