Rex nampak berdiri di balik lemari untuk mendengarkan cerita Lilian tentang penyanyi tanpa wujud itu.
" Darimana Kamu denger cerita itu Kak...?" tanya Lanni sambil membereskan meja makan.
" Dari teman Aku Bu...," sahut Lilian sambil membawa piring kotor ke dapur.
" Kapan dan dimana kejadiannya Li...?" tanya Rusminah.
Pertanyaan Rusminah membuat Ramon, Lanni dan Lilian terkejut. Sebab biasanya Rusminah tak suka jika ada keluarganya membicarakan tentang hal mistis.
" Kenapa Kalian ngeliatin Aku kaya gitu...?" tanya Rusminah sambil menatap Ramon, Lanni dan Lilian bergantian.
" Mmm..., bukan gitu Mak. Biasanya Mamak kan ga suka kalo ada yang cerita tentang perhantuan...," sahut Lanni hati-hati.
Rusminah menghela nafas panjang mendengar ucapan menantunya itu.
" Mamak bukan ga suka Lanni. Mamak cuma ga mau keluarga Kita berlebihan dan mengaitkan semua kejadian dengan hal mistis seperti tetangga Mamak dulu. Itu kan ga sehat namanya. Mamak mau keluarga Kita lebih percaya kepada Allah yang memang menguasai kehidupan di dunia ini. Mau senang atau susah kan udah ketentuan Allah, maka kembalikan semua kepada Allah dan minta petunjuk sama Allah. Bukan malah lari ke dukun untuk cari solusi...," sahut Rusminah.
Lanni mengangguk sambil tersenyum karena kagum dengan prinsip sang mertua.
" Kamu belum jawab pertanyaan Nenek lho Li...," tegur Rusminah pada Lilian.
" Oh iya. Kata Rina kejadiannya sih minggu kemarin Nek. Persis setelah orang selesai sholat Maghrib berjamaah di musholla. Ada suara orang nyanyi tapi ga jelas liriknya. Pas dicari darimana asal suaranya, eh tau-tau hilang. Nah pas mereka menjauh, suara itu ada lagi. Terus begitu sampe beberapa kali. Makanya orang-orang ngira kalo mereka lagi dikerjain hantu...," sahut Lilian sambil duduk di samping Rusminah.
" Siapa tau orang-orang itu ga teliti nyarinya dan keburu kabur ketakutan...," kata Rusminah.
" Gimana ga takut kalo denger suaranya tapi ga ada orangnya Nek...," sahut Rex cepat hingga membuat semua orang menoleh kearahnya.
" Yakin ga ada orangnya...?" tanya Ramon.
" Aku juga kata si Bara Yah...," sahut Rex.
" Apa itu yang bikin Kamu pulang telat lagi hari ini...?" tanya Lanni sambil menatap tajam kearah Rex.
" Iya Bu, maaf...," sahut Rex malu-malu.
" Sejujurnya Ayah ga percaya sama cerita ini. Di musholla juga tadi ada beberapa orang yang ngomongin hantu itu, tapi Ayah milih pulang aja daripada ngomongin sesuatu yang ga penting...," kata Ramon.
Semua saling menatap kemudian mengangguk karena setuju dengan pendapat Ramon.
" Kita bahas hal lain aja kalo gitu Yah...," kata Lanni.
" Setuju Bu. Gimana kalo soal sekolah Lian dan Rex...?" tanya Ramon.
" Kenapa sama sekolah Aku Yah...?" tanya Lilian tak mengerti.
" Kamu kan udah kelas dua SMA lho Kak, masa ga punya cita-cita atau keinginan mau lanjut kuliah dimana gitu...," sahut Ramon.
" Oh itu. Ada sih Yah, tapi kan masih satu setengah tahun lagi. Masih lama Yah...," kata Lilian.
" Rencana pendidikan harus dipikirkan masak-masak. Ayah ga mau keluarin uang sia-sia cuma karena Kamu ga cocok sama kampus atau karena mau pindah jurusan. Itu mubazir namanya..., " kata Ramon tegas.
" Iya Yah. Aku bakal pikirin semuanya mulai sekarang biar uang Ayah ga mubazir...," sahut Lilian.
" Bagus...," sahut Ramon sambil tersenyum.
" Kok Rex ga ditanya sih Yah...?" protes Lilian.
" Ayah udah tau kok Aku mau sekolah dimana setelah lulus SMP...," sahut Rex cepat.
" Oh ya. Dimana...?" tanya Lilian.
" SMK di daerah Jakarta Pusat Kak. Abis itu Aku mau kuliah di Jogja. Nah sambil kuliah Aku bisa kerja paruh waktu buat cari uang jajan. Ayah sama Ibu udah setuju lho sama pilihan Aku...," sahut Rex sambil tersenyum bangga.
Jawaban Rex membuat Lilian terkejut sekaligus malu. Ia tak menyangka jika adiknya justru telah punya rencana untuk masa depannya.
" Semua ga mudah dan perlu perjuangan. Insya Allah bisa terwujud dengan kerja keras Kamu Rex. Dan Kamu Li, belum terlambat untuk memikirkan rencana pendidikanmu kok. Asal janji Kamu serius menekuninya, insya Allah Ayah sama Ibu akan mendukung dan merestui...," kata Lanni bijak.
" Iya Bu...," sahut Lilian sambil tersenyum.
Rusminah ikut tersenyum mendengar pembicaraan keluarga Ramon. Rusminah kagum dengan cara komunikasi yang diterapkan Ramon dalam keluarga kecilnya itu. Rusminah pun teringat dengan anaknya yang lain yang merupakan adik Ramon bernama Ramzi.
Kehidupan Ramzi masih memprihatinkan. Setelah gagal dalam bisnis, Ramzi kini terjerumus dalam alkohol. Ramzi memendam sendiri kekecewaannya tanpa mau membaginya dengan orang lain termasuk keluarganya dan memilih alkohol sebagai pelarian.
Hari-hari Ramzi dihiasi pertengkaran dengan istrinya yang tak suka melihat Ramzi mengonsumsi minuman keras. Dan akhirnya istri Ramzi angkat kaki dari rumah sambil membawa anak semata wayang mereka. Setelahnya istri Ramzi menggugat cerai dan pergi entah kemana.
Rusminah dan almarhum suaminya tak bisa berbuat apa-apa karena Ramzi memang tak pernah menceritakan apa pun. Mereka tahu Ramzi bercerai dan ditinggalkan keluarganya setelah beberapa bulan perceraian.
" Andai komunikasimu dengan keluargamu seterbuka ini. Mamak yakin Kamu ga akan sendirian Nak...," kata Rusminah dalam hati sambil tersenyum kecut.
\=\=\=\=\=
Rex dan Gama bertemu di persimpangan jalan menuju SMP Darma Jaya. Keduanya saling menyapa dan berangkulan seolah tak pernah terjadi apa pun diantara mereka.
" Ntar pulang sekolah Kita ke lapangan bola yuk...," ajak Rex.
" Ngapain ke sana. Kan jadwal latihan Kita lusa...," sahut Gama.
" Gue mau nyelidikin soal hantu penyanyi tanpa wujud itu Gam. Gimana, Lo mau ikutan ga...?" tanya Rex.
" Kita berdua aja...?" tanya Gama.
" Iya lah. Emang mau ngajak siapa lagi...?" tanya Rex.
" Bara atau Fatir mungkin...," sahut Gama.
" Maunya sih gitu. Tapi Lo tau kan kalo mereka lumayan ember. Ntar belum apa-apa udah cerita sama yang lain dan rencana Kita gagal...," kata Rex.
" Gitu ya. Ok deh, pulang sekolah ya. Tunggu Gue di tempat biasa aja...," sahut Gama sambil melangkah menuju kelas.
Rex mengangguk lalu melangkah ke kelasnya yang letaknya bersebrangan dengan kelas Gama.
\=\=\=\=\=
Siang itu terlihat dua remaja pria tengah berdiri di pinggir lapangan bola. Keduanya mengamati sekitar lapangan bola dengan seksama.
" Kayanya Kita salah waktu deh Rex. Ini kan masih siang, sedangkan suara itu terdengar saat malam hari setelah Maghrib..., " kata Gama.
" Kalo emang suara itu bukan suara hantu pasti bakal terdengar jam berapa pun termasuk siang hari kaya gini Gam...," sahut Rex.
Rex belum menyelesaikan kalimatnya saat suara aneh itu terdengar. Gama dan Rex saling menatap dengan tubuh menegang.
" Suara itu Rex...," kata Gama lirih yang diangguki Rex.
Rex menoleh kearah tengah lapangan lalu bergegas melangkah ke sana diikuti Gama. Keduanya berhenti persis di tengah lapangan.
" Di sini. Suara itu berasal dari sini...!" kata Rex sambil menunjuk tanah di bawah kakinya.
" Iya. Terus gimana Rex...?" tanya Gama bingung.
Rex mengabaikan pertanyaan Gama. Ia mengeluarkan penggaris besi dari dalam tas dan mulai menggerus tanah di bawah kakinya.
" Lo ngapain Rex...?!" tanya Gama sambil menoleh ke kanan dan ke kiri karena khawatir ada orang lain yang melihat aksi mereka.
Namun Rex tak peduli dan terus menggali. Hingga beberapa saat kemudian Rex menghentikan aksinya. Nafas Rex nampak tersengal-sengal dan kedua matanya membulat saat melihat apa yang ia temukan.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Ali B.U
next
2024-09-23
1
anitha yunita
kok ikut deg degan bacanya
2023-05-09
3
May Yadi
baru 2 bab udh degdegan 🤭🤭🤭
2022-11-22
1