Proses pengantaran arwah Landung menuju tempat seharusnya pun diadakan secara tertutup seperti permintaan Daud. Itu karena Daud tak ingin warga makin menyudutkan Tini dan Septia yang masih belum bisa menerima kepergian Landung hingga saat ini.
Tini dan Septia memang menganggap Landung masih hidup. Mereka merasa Landung masih ada di sekitar mereka. Mungkin hal itu lah yang membuat arwah Landung tertahan dan tak bisa pergi.
Usia Landung saat meninggal dunia adalah empat tahun. Masih belia dan sedang dalam tahap keingin tahuan yang tinggi. Landung sering kali bertanya banyak hal pada sang kakak hingga membuat Septia kewalahan. Namun demikian Septia akan berusaha menjawab pertanyaan Landung.
Setiap hari Landung akan melepas kepergian Septia ke sekolah dengan berdiri di ambang pintu rumah sambil melambaikan tangan. Dan saat pulang sekolah Septia akan menjumpai adiknya berdiri di tempat yang sama sambil membawa mainan atau makanan ringan di tangannya.
Kenangan itu lah yang paling membekas dalam ingatan Septia hingga membuat gadis cilik itu kerap menangis tiap berangkat dan pulang sekolah.
Tini sebagai ibu pun tak kalah menyedihkan. Bukannya menghibur Septia dan menasehati anaknya, Tini justru sering bicara sendiri seolah sedang bicara dengan Landung. Hal yang memang rutin dilakukan Tini saat mengasuh Landung di rumah dulu.
Tini juga sering bernyanyi dan tertawa tanpa sebab. Warga yang melihat tingkah anehnya itu pun melaporkan temuan mereka pada Daud.
Semula Daud tak percaya dengan laporan warga. Namun saat ia menyaksikan semuanya dengan mata kepalanya sendiri, akhirnya Daud terpaksa percaya.
Hal itu terjadi saat Daud pulang lebih awal setelah membantu memanen sawah tetangga. Daud melihat Septia yang menangis saat pulang sekolah. Septia berdiri di teras rumah sambil terisak saat Daud berjalan mendekatinya.
Langkah Daud terhenti saat ia mendengar suara Tini sedang bicara. Daud mengira Tini sedang menegur anak tetangga yang telah membuat Septia menangis. Namun Daud salah. Ia justru dibuat terkejut saat melihat Tini sedang bicara sendiri sambil mengusap kursi kecil milik Landung.
" Tuh kan Kakak jadi nangis. Makanya Kamu jangan suka ngagetin Kakak ya...," kata Tini sambil mengusap kursi milik Landung.
" ... "
" Iya iya. Biar nanti Ibu bilang sama Kakak supaya ga nangis lagi. Tapi Landung janji jangan pergi jauh lagi ya. Ibu sedih, Ibu ga bisa hidup kalo Landung pergi...," kata Tini lirih.
Detik itu lah Daud merasa persendian tubuhnya melemah. Ia tak menyangka jika Tini begitu terpukul dengan kepergian anak laki-laki mereka itu. Perlahan Daud menghampiri Septia lalu menggendongnya. Septia yang semula menundukkan kepalanya pun makin keras menangis dalam pelukan ayahnya.
" Jangan kaya gini Nak. Kasian Adikmu kalo Kamu masih terus menangisinya...," bisik Daud sambil mengusap punggung Septia dengan lembut.
" Aku kangen sama Landung Yah. Biasanya kan dia nungguin Aku pulang di depan pintu. Tapi sekarang ga ada lagi yang nungguin Aku kaya Landung...," kata Septia di sela tangisnya.
" Kan ada Ibu yang nungguin Septia...," bujuk Daud.
" Ga Yah. Ibu juga sibuk ngobrol sendiri. Ayah denger kan kalo Ibu juga terus menyebut nama Landung...," sahut Septia.
Daud hanya membisu. Ia berjalan menjauh dari rumah dan pergi ke rumah orangtuanya. Daud pun menitipkan Septia di sana selama beberapa hari karena tak ingin jiwa Septia terganggu melihat ibunya yang sedikit 'tak waras' itu.
Yah, Tini memang terlihat tak waras jika berkaitan dengan almarhum Landung. Tapi untuk hal lain Tini terbilang normal layaknya orang sehat. Tak ada sesuatu yang aneh karena Tini bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan baik dan tuntas. Dan itu cukup membingungkan Daud.
Selama Septia dititipkan pada orangtuanya, Daud berusaha mengingatkan Tini. Sayangnya hal itu tak bertahan lama. Tini akan menerima kepergian Landung sebentar saja. Dua jam kemudian Tini akan kembali lupa dan bertingkah seolah Landung masih hidup.
Daud hampir menyerah menghadapi Tini. Daud juga makin nelangsa saat beberapa warga mengatakan jika mereka melihat penampakan Landung di sawah. Daud marah karena mengira warga sedang berusaha mengusirnya dari kampung itu dengan terus menerus menebar berita yang memojokkannya. Hingga kedatangan Rusminah bersama cucunya itu menyadarkan Daud.
Dan keesokan paginya Daud bersama ustadz Adil tengah mempersiapkan diri untuk membantu arwah Landung. Sebelumnya mereka meminta ijin kepada Rusminah untuk mengadakan 'selamatan' sederhana di rumahnya. Rusminah pun dengan senang hati mempersilakan mereka melakukan selamatan itu.
" Saya senang karena selamatan ini kan bisa sekalian mendoakan rumah Saya...," kata Rusminah memberi alasan.
" Mak Rus betul. Kita juga akan mendoakan rumah ini dan semua keluarga Mak Rus termasuk almarhum Landung...," sahut ustadz Adil.
" Makasih lho Nak Ustadz. Jadi kapan acaranya akan dibuat...?" tanya Rusminah.
" Insya Allah sore ini bada Ashar Mak...," sahut ustadz Adil mantap.
" Apa Saya perlu menyediakan sesuatu...?" tanya Rusminah.
" Ga usah Mak. Paling Kami cuma sedikit merepotkan Mak Rus dengan menyediakan air minum...," sahut ustadz Adil cepat.
" Oh kalo itu ga usah khawatir Nak Ustadz. Air minum di rumah Saya banyak. Kalian bisa minum sepuasnya nanti...," gurau Rusminah hingga membuat ustadz Adil dan Daud tertawa.
Sesaat kemudian ustadz Adil pamit undur diri karena harus segera mengajar di pondok pesantren di kampung itu. Sedangkan Daud memilih tinggal untuk memperbaiki pagar di samping kebun mangga.
\=\=\=\=\=
Sore harinya ustadz Adil datang bersama lima orang santri pondok pesantren tempatnya mengajar. Daud, Rex dan Gama pun menyambut kedatangan mereka dengan antusias. Rusminah dan Lilian sengaja menunggu di kamar karena begitu lah permintaan ustadz Adil pagi tadi.
" Saya mohon maaf sebelumnya. Insya Allah santri yang Saya ajak ke sini adalah calon Hafizh Qur'an Mak. Jadi mereka memang belajar menjauhi urusan duniawi termasuk wanita. Walau pun Mak Rus terhitung sepuh, tetap saja Mak Rus adalah wanita. Jadi mohon pengertian Mak Rus untuk ga menampakkan diri nanti...," pinta ustadz Adil hati-hati.
" Oh, ga masalah. Saya ngerti kok Nak Ustadz...," sahut Rusminah sambil tersenyum.
" Maaf Pak Ustadz. Emang kenapa para calon Hafizh Qur'an itu ga boleh ngeliat wanita ?. Bukannya boleh ya, asal wanitanya menutup aurat dan mereka ga saling bersentuhan...?" tanya Rex tak mengerti.
" Itu aturan tak tertulis yang diterapkan oleh para Kyai di pesantren Kami Mas. Para Kyai dan guru khawatir, jika melihat wanita apalagi sampai mengagumi mereka, bakal mengganggu konsentrasi para calon Hafizh. Bukan kah wanita adalah salah satu sebab terjadinya fitnah bagi kaum laki-laki ?. Persis seperti yang sering disebutkan oleh para guru tentang tiga hal yang menjadi ujian buat pria yaitu tahta, harta dan wanita...," sahut ustadz Adil menjelaskan.
Rex dan Gama pun mengangguk pertanda mengerti. Kemudian ustadz Adil mulai memimpin acara selamatan itu. Lantunan surah Al Qur'an yang dibaca para santri menggema di dalam ruangan. Terasa khidmat dan menyentuh hingga membuat bulu kuduk Rex, Gama dan Daud meremang.
Sedangkan di dalam kamar Rusminah dan Lilian nampak ikut membaca surah Al Qur'an seperti yang dibaca para santri.
Setelah pembacaan ayat suci Al Qur'an selesai, dilanjutkan dengan dzikir. Dan tak lama kemudian terdengar benda berjatuhan.
Rex, Gama dan Daud refleks menoleh ke sumber suara dan mengerutkan kening karena bingung. Mereka melihat beberapa pajangan yang diletakkan di lemari berhamburan keluar seperti ada yang sengaja mengeluarkannya dari dalam lemari.
" Liat Rex, pajangan di dalam lemari itu keluar sendiri tanpa ada yang nyentuh...!" kata Gama.
" Iya Gam, Gue juga liat kok...," sahut Rex cepat.
" Ini..., kejadian ini sama persis seperti saat Landung marah karena permintaannya ga diturutin...," gumam Daud sambil mengusap keningnya yang basah dengan keringat.
Meski pun diucapkan lirih namun ustadz Adil mendengar semua ucapan Daud tadi.
" Itu memang almarhum Landung Mas Daud. Dia sedang menunjukkan eksistensinya kepada Kita sekaligus mengingatkan ayahnya tentang kebiasaannya dulu...," kata ustadz Adil.
Daud pun nampak terharu dan hampir menangis. Kedua matanya berkaca-kaca saat mengingat kebiasaan unik anaknya itu.
" Katakan sesuatu Mas Daud...!" pinta ustadz Adil.
" Katakan apa Ustadz...?" tanya Daud tak mengerti.
" Semua yang telah Kita sepakati tadi Mas...!" sahut ustadz Adil.
Daud pun mengangguk. Ia menghela nafas panjang sebelum mengatakan kalimat penentuan yang akan membuat Landung terlepas dari ikatan yang membelenggunya selama ini.
" Landung Sayang..., ini Ayah Nak. Di sini Ayah cuma mau bilang kalo Landung boleh pergi sekarang. Ga usah khawatir lagi tentang apa pun termasuk tentang Ibu dan Kakak. Nanti biar Ayah yang bilang sama Ibu dan Kakak kalo Kamu pergi duluan dan nungguin Kami di suatu tempat yang indah. Sekarang Landung liat ada cahaya kan, pergi lah ke sana Nak. Tunggu Ayah, Ibu dan Kakak di sana ya...," kata Daud dengan suara bergetar hingga membuat Rex dan Gama terharu.
Sesaat kemudian hembusan angin sejuk menyapa Daud. Ia nampak memejamkan mata untuk meresapi interaksi terakhirnya dengan sang anak. Setelahnya Daud merasa hatinya kosong seolah ada sesuatu yang hilang. Daud pun menangis karena sadar jika Landung telah pergi.
Lantunan dzikir pun terus menggema mengiringi isak tangis Daud. Ustadz Adil pun menepuk punggung Daud sambil membisikkan kalimat yang menenangkan.
" Landung sudah pergi Mas Daud. Dia pergi ke tempat seharusnya. Ikhlaskan dan doakan dia karena dia adalah tabunganmu yang akan membawa Kamu dan Istrimu ke surga kelak...," bisik ustadz Adil.
Daud pun mengangguk sambil tersenyum bahagia mendengar ucapan ustadz Adil.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Rehaan Aamir
Nyeseeeekkk Bngttt Pas Episode Nhe...Krn Q Jg Prnh Ngalamin Hal Ky Ginii Duluu😭😭😭😭😭😭
2024-01-25
1
Luphie Phie
pahit sih pasti, tapi harus. karena gimanapun juga semua udh tertulis d Lauhul Mahfudz. gak peduli semenyakitkan apapun tetep harus ikhlas, harus ridho. seperti kisah pak Daud dan Landung. karena bagaimanapun juga kita hanya d beri titipan. y sewaktu2 d ambil kembali harus bisa kita relakan,,,
2022-12-15
3
May Yadi
selamat jalan Landung 🤲🤲🤲
2022-11-22
0