Hesti dan para preman pun digelandang ke kantor polisi. Mereka harus mempertanggung jawabkan perbuatan mereka yang telah mencoba 'menjual' Lilian kepada laki-laki hidung belang.
Tentang bagaimana Ramon bisa tiba di sana adalah karena Lilian mengaktifkan GPS pada ponselnya hingga keberadaannya mudah dilacak.
Malam sebelumnya Ramon terpaksa turun tangan saat kedua anaknya bertengkar hebat di rumah. Ramon melerai perdebatan Lilian dan Rex yang bicara dengan nada suara tinggi hingga membuatnya tertarik.
" Apa yang Kalian ributkan ?. Ini udah malam, bisa kan diturunin sedikit volume suaranya...?" tegur Ramon sambil berdiri di ambang pintu kamar Lilian.
" Maaf Yah. Rex nih bikin gara-gara..., " kata Lilian.
" Kok Aku sih. Aku kan cuma bilang supaya Kakak berhati-hati sama temen Kakak yang namanya Hesti itu. Dia itu bukan wanita baik-baik. Selain itu dia juga punya niat jahat sama Kakak...!" sahut Rex dengan nada suara yang kembali meninggi.
" Darimana Kamu tau kalo Hesti bukan wanita baik-baik dan punya niat jahat sama Kakakmu...?" tanya Ramon.
" Aku liat sendiri Yah. Awalnya Aku mau nolongin Kak Hesti yang digangguin preman. Tapi pas Aku deketin, mereka kok lagi ribut dan preman itu nyebut nama Kak Hesti. Kalo mereka ga saling kenal mustahil preman itu nyebut nama Kak Hesti kan Yah...?" tanya Rex sambil menatap sang ayah.
" Betul, terus...?" tanya Ramon tak sabar.
" Ternyata preman itu marah karena Kak Hesti ga bisa bayar hutang. Mereka juga marah karena Kak Hesti punya niat berhenti jadi PSK...," sahut Rex hingga mengejutkan Ramon.
Lilian nampak melengos mendengar ucapan Rex. Ia merasa sang adik mengada-ada dengan ceritanya itu. Tapi saat Rex mencoba menganalisa sikap Hesti saat mereka dikejar preman tempo hari, mau tak mau Lilian pun ikut curiga.
" Apalagi dia bilang dia udah nemuin orang yang cocok untuk jadi penggantinya. Aku khawatir itu Kakak. Makanya Aku minta Kakak supaya berhati-hati..., " kata Rex mengakhiri ceritanya.
Ramon pun menatap Lilian dan Rex bergantian.
" Ini masalah serius anak-anak !. Tolong berhati-hati karena ini bakal melibatkan banyak orang. Ayah harus melaporkan ini ke Polisi supaya bisa segera ditindak...," kata Ramon.
" Tapi kan belum kejadian Yah. Apa bisa melapor tanpa ada bukti...?" tanya Lilian.
" Kalo soal itu Kamu tenang aja Li. Ayah punya temen seorang Polisi. Dia pasti mau bantu Kita, apalagi ini masalah human trafficking yang memang lagi marak dikejar Polisi...," sahut Ramon cepat.
Setelahnya Ramon menghubungi temannya yang bernama Aditya yang merupakan salah seorang perwira polisi.
Setelah mendapat informasi dari Ramon, Aditya pun langsung berkoordinasi dengan jajarannya untuk mengungkap praktek prostitusi yang melibatkan mahasiswi bernama Hesti itu. Dugaan sementara Hesti adalah pemain lama yang telah berhasil 'memasarkan' beberapa wanita yang notabene adalah temannya sendiri.
Dan atas arahan Aditya, Lilian mengaktifkan GPS di ponselnya. Rupanya kali ini Hesti kena batunya. Karena tak sabar ingin segera hengkang dari dunia gelap membuat Hesti tak curiga dengan sikap Lilian yang dengan suka rela mengikutinya.
Akhirnya niat Hesti untuk berhenti menjajakan diri pun terwujud. Bahkan akibat perbuatannya ia harus menerima hukuman penjara selama beberapa tahun.
Sidang digelar secara tertutup demi keselamatan Lilian. Ramon tak ingin anaknya berada dalam bahaya dan dikejar 'kelompok lain' karena telah berani mengungkap praktek prostitusi di kalangan pelajar.
Saat sidang Lilian pun dipertemukan dengan Hesti. Saat itu Hesti tampak menangis menyesali perbuatannya. Ia memohon agar Lilian berkenan memaafkannya.
" Gue terpaksa Li. Gue ga punya jalan lain...," kata Hesti sambil menitikkan air mata.
" Lo emang jahat Hesti. Gue ga nyangka Lo tega mendorong Gue ke sana hanya untuk jadi penebus kebebasan Lo. Dimana hati nurani Lo ?. Apa ini yang Lo sebut persahabatan...?!" tanya Lilian marah.
" Maafin Gue Li, maaf...," kata Hesti dengan suara parau.
" Kalo begini cara Lo memperlakukan sahabat, jangan-jangan itu sebabnya Lo dimusuhin banyak orang. Udah berapa banyak wanita yang Lo jual Hes, berapa...?!" tanya Lilian lantang.
" Sabar Nak. Biarkan ini jadi urusan kepolisian. Yang penting tugasmu memberi kesaksian udah selesai...," kata Ramon mengingatkan sambil merengkuh bahu Lilian.
" Ayah benar Nak. Kita pulang aja sekarang yuk, Ibu juga muak ada di sini...," sela Lanni sambil mengipasi wajahnya.
Mendengar ucapan Ramon dan Lanni membuat Lilian tersentak. Ia mengangguk lalu menuruti ucapan kedua orangtuanya itu. Tanpa menoleh lagi Lilian pun pergi meninggalkan Hesti begitu saja.
\=\=\=\=\=
Sejak peristiwa penangkapan Hesti membuat Lilian berubah. Lilian yang semula selalu ceria kini menjadi sosok yang pendiam. Nadifa yang merupakan teman dekatnya pun tak mengerti mengapa Lilian jadi sosok yang tak lagi ramah dan lebih senang menyendiri.
" Gue cariin kemana-mana ga taunya di sini Lo...," kata Nadifa sambil duduk di samping Lilian.
" Emang kenapa Lo nyariin Gue...?" tanya Lilian sambil tetap fokus membaca buku.
" Kok kenapa, Lo kan sohib Gue. Orang yang selalu ada sama Gue tiap hari. Jadi wajar kan kalo Gue nyariin Lo...," sahut Nadifa.
" Kan bukan cuma Gue yang ada sama Lo tiap hari. Yang lain juga gitu, jadi kenapa harus nyari Gue...?" tanya Lilian cuek.
" Ish, Lo nih kenapa sih Li ?. Sejak Hesti ga masuk kuliah Lo jadi berubah kaya gini. Lagian tuh anak kemana sih ga pernah nongol di kampus. Apa ga takut di DO ya. Apalagi ini udah mau ujian akhir semester, bisa gawat kan kalo ga naik tingkat...," kata Nadifa.
Mendengar ucapan Nadifa membuat mata Lilian berkaca-kaca. Lagi-lagi ia teringat sosok Hesti yang telah ia anggap sahabat terbaik itu. Namun sayangnya Hesti telah membuat hatinya terluka dan sulit untuk dimaafkan.
Merasa diabaikan oleh Lilian, Nadifa pun menatap Lilian.
" Apa jangan-jangan Lo tau kemana Hesti pergi Li ?. Kan terakhir Lo nyanggupin permintaannya buat nganterin dia ke suatu tempat. Apa terjadi sesuatu sama Hesti Li...?" tanya Nadifa curiga.
" Gue ga tau kemana dia pergi. Dan please ga usah sebut nama dia lagi di depan Gue...," pinta Lilian sambil menutup buku yang dibacanya.
" Ada apa sih Li...?" tanya Nadifa penasaran.
" Ga ada apa-apa..., " sahut Lilian sambil bangkit dari duduknya.
" Gue ga percaya. Bilang sama Gue sekarang atau Gue ga mau jadi temen Lo lagi...!" kata Nadifa setengah mengancam sambil mencekal tangan Lilian erat.
Lilian menatap kedua mata Nadifa sejenak lalu menghela nafas panjang. Ia merasa lelah harus menyimpan semuanya sendiri. Lilian pun menganggukkan kepalanya lalu mengucapkan kalimat yang menenangkan Nadifa.
" Gue ceritain semuanya tapi ga di sini. Kita masuk kelas dulu sekarang, insya Allah ntar siang Kita ketemuan di kafe...," kata Lilian.
" Ok, Gue setuju...!" sahut Nadifa antusias.
Setelahnya Nadifa melepaskan cekalan tangannya dan membiarkan Lilian melangkah lebih dulu ke dalam kelas.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
💎hart👑
aku pun muak sama Hesti yang mengatasnamakan persahabatan tapi punya niat jahat. enak kan Hesti kena batunya.. enaklah masa ngga
2022-11-28
1
Irma Tjondroharto
lilian.. kecewa boleh tp jangan sama kan semua orang ya
2022-11-25
2
Ganuwa Gunawan
punya hidung kok belang bang bang
2022-11-25
1