Gama yang berdiri di samping Rex terlihat gusar saat melihat sebuah benda yang tersembunyi dibalik tanah yang digerus Rex tadi.
" Apaan tuh Rex...?" tanya Gama.
" Ga tau. Coba Gue liat...," sahut Rex sambil menyentuh ujung benda terbuat dari logam itu dengan penggaris besi yang dipegangnya.
Rex sedikit kesulitan karena benda itu tertanam di dalam tanah. Melihat posisinya bisa dipastikan jika benda itu telah cukup lama berada di sana.
Melihat Rex kesulitan, Gama pun turun tangan membantu. Ia menggaruk tanah dengan kesepuluh jari tangannya.
" Pake alat dong Gam. Jorok banget sih. Lagian pasti lama galinya kalo cuma pake jari tangan...," kata Rex kesal.
Gama nampak meringis lalu mengedarkan pandangan untuk mencari benda yang bisa dipakai menggali tanah. Gama tersenyum saat melihat sebuah kayu yang tergeletak tak jauh darinya. Dengan cepat Gama meraih kayu itu lalu menggunakannya untuk menggali tanah.
" Jangan-jangan ini harta karun Rex...," kata Gama sambil terus menggali.
" Ck, jangan halu deh Lo. Gali aja dulu biar bisa tau benda apaan ini...," sahut Rex sambil berdecak sebal.
Beberapa saat kemudian benda itu makin jelas terlihat. Rex dan Gama saling menatap sejenak lalu bersama-sama mengulurkan kedua tangan agar bisa menarik benda itu ke atas. Namun sebuah suara lantang menghentikan gerakan Rex dan Gama.
" Ngapain Kalian di sana...?!" tanya seorang pria.
Rex dan Gama menoleh kearah pria bertubuh besar yang berdiri berkacak pinggang di pinggir lapangan bola. Sorot mata pria itu terlihat tajam dan tak bersahabat. Sadar jika aksi mereka ketahuan, Rex dan Gama pun mengurungkan niat mereka untuk mengeluarkan benda logam yang mereka temukan tadi.
" Gawat nih Rex. Kita kabur aja yuk...," kata Gama panik.
" Ngapain kabur, Kita kan ga ngapa-ngapain...," sahut Rex santai.
" Maksud Lo ga ngapa-ngapain tuh apaan sih Rex. Udah tau Kita kepergok, malah nyantai. Buruan kabur. Hitungan ke tiga ya...," kata Gama kesal yang diangguki Rex.
" Siap..., tiga...!" kata Rex lantang lalu lari meninggalkan Gama sendiri di tengah lapangan bola.
" Kampret, kurang ajar. Kenapa langsung tiga sih, awas Lo T-reeexxx...!" maki Gama lalu mengejar Rex.
Rex tertawa melihat Gama yang tergopoh-gopoh mengejarnya. Namun sayang langkah keduanya terhenti karena dihadang dua pria lainnya. Rex dan Gama pun langsung lari kedua arah yang berbeda untuk mengecoh dua pria besar yang menghadang mereka. Tapi karena lapangan itu dikelilingi pagar bata setinggi dua meter, Rex dan Gama nampak kesulitan mencari jalan keluar.
Sementara itu pria pertama yang mengamati Rex dan Gama tadi terlihat mulai melangkah ke tengah lapangan bola. Dia mendengus kesal melihat lubang di sana. Ia berniat menutupi galian hasil 'kerja keras' Rex dan Gama dengan tanah. Namun sebelum niatnya terlaksana, suara raungan sirine mobil Polisi terdengar memasuki lapangan bola disusul keluarnya beberapa Polisi dari dalam mobil.
Ketiga pria berbadan besar itu nampak terkejut sedangkan Rex dan Gama nampak menghela nafas lega. Dua pria yang tadi menghadang Rex dan Gama dengan mudah diringkus polisi sedangkan seorang lainnya berusaha kabur.
" Jangan bergerak dan angkat tangan...!" kata salah seorang polisi sambil mengarahkan senjata kepada pria di tengah lapangan bola.
Pria di tengah lapangan bola nampak tak menggubris dan berlari mendekati Rex. Dengan tangan terkembang ia meraih tubuh Rex dan bermaksud menjadikan Rex sebagai sandera karena sadar dirinya tak mungkin bisa melarikan diri.
Gama dan beberapa polisi terlihat gusar mengetahui Rex dalam bahaya.
" T-reeexxx belakang Looo...!" teriak Gama lantang untuk mengingatkan Rex.
Namun rupanya pria itu salah pilih sasaran. Karena Rex dengan berani menyambut pria itu dengan tendangan memutar hingga pria itu terjengkang ke tanah sambil memegangi perutnya.
" Yeaayy... !. Good Job T-rex. Lo emang temen Gue...!" puji Gama sambil melompat saat melihat Rex berhasil melumpuhkan pria itu.
Rex pun hanya tersenyum lalu menepi saat dua orang polisi mendekat. Salah satu diantara dua polisi itu mengusap kepala Rex dengan gemas sambil tertawa.
" Anak pintar. Andai terlambat sedikit aja, tulangmu pasti patah dibekap sama preman ini...," kata sang polisi.
" Iya Pak...," sahut Rex sambil nyengir kuda.
Gama mendekati Rex lalu merangkulnya erat.
" Gue lupa kalo Lo bisa taekwondo Rex. Tau gitu ngapain tadi Kita lari ya...," kata Gama sambil meninju lengan Rex dengan gemas.
" Gapapa. Seru juga kan lari-lari tadi...," sahut Rex.
" Capek monyong...!" kata Gama kesal.
" Kan di film-film juga gitu Gam. Jagoan mah biasanya kalah dulu di awal, malah banyak yang keliatan cupu. Tapi endingnya justru jadi pemenang...," kata Rex santai hingga membuat Gama tertawa.
Kemudian keduanya melihat para polisi mendatangi lubang galian yang mereka buat tadi. Rex dan Gama juga melihat polisi memasang police line di sekitar lapangan bola.
" Ada apaan ya Rex. Kok, pake dipasangin Police line segala...?" tanya Gama.
" Mungkin benda yang Kita temuin tadi adalah barang penting Gam. Makanya polisi langsung masang Police line biar tempatnya ga dirusak warga...," sahut Rex sambil melirik warga yang mulai memadati lapangan bola itu.
Tiba-tiba seorang polisi memanggil Rex dan Gama untuk mendekat ke tengah lapangan.
" Kalian yang menggali lubang ini...?" tanya salah seorang polisi.
" Iya Pak...," sahut Rex dan Gama bersamaan.
" Kenapa ? Apa Kalian mencurigai sesuatu atau hanya iseng...?" tanya polisi.
Rex dan Gama saling menatap sejenak lalu mengangguk.
Kemudian Rex dan Gama menceritakan gosip yang beredar tentang suara penyanyi tanpa wujud yang belakangan sering meresahkan warga. Awalnya mereka tak peduli, tapi karena makin banyak warga yang terganggu dengan suara itu, keduanya pun berniat menyelidiki dan akhirnya mereka tahu suara itu berasal dari tengah lapangan bola.
" Kalo malam pasti terdengar serem Pak. Tapi karena ini siang hari, Kami ga takut. Makanya Kami langsung ke sini pas yakin suara itu berasal dari tengah lapangan...," kata Gama.
" Suara itu juga berhenti pas Kami ada di sini Pak...," kata Rex menambahkan.
" Gitu ya. Kalian udah berjasa membantu Kepolisian mengungkap misteri suara tanpa wujud yang meresahkan warga. Sekarang Kalian penasaran kan apa isi dari kotak logam ini...?" tanya polisi yang berhasil mengeluarkan benda logam dari lubang galian.
" Iya Pak. Apa Kami boleh tau apa isinya...?" tanya Rex antusias.
Para polisi tersenyum lalu membuka kotak logam itu perlahan. Di dalam kotak logam terlihat alat pengeras suara yang dirancang sedemikian rupa hingga suara yang keluar bisa diatur kapan pun sesuai keinginan sang perancang.
" Ini doang Pak...?" tanya Rex dan Gama tak percaya.
" Iya...," sahut sang polisi.
" Buat apaan benda kaya ginian ditanam di sini Pak...?" tanya Rex tak mengerti.
" Untuk menerror dan menakuti warga supaya ga lagi datang ke lapangan ini. Ternyata lapangan ini hendak dimanfaatkan menjadi taman bermain berbayar yang melibatkan pengusaha dan oknum warga setempat...," sahut polisi.
" Maksudnya gimana ya Pak, Saya kok ga mudeng...," kata Gama sambil menggaruk kepalanya.
" Gapapa kalo Kalian ga paham. Tapi terima kasih atas bantuannya. Sekarang Kalian pulang ke rumah masing-masing sebelum orangtua Kalian tau kenakalan Kalian...," kata polisi sambil tersenyum penuh makna.
Rex dan Gama tersentak lalu bergegas melangkah meninggalkan kerumunan polisi itu karena khawatir dihukum oleh orangtua masing-masing.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
ramanda
memang kebanyakan terror berbau mistis dihembuskan untuk menutupi sebuah tindak kejahatan.
2024-10-09
1
Ali B.U
.next
2024-09-23
1
syarifa putri
selalu karena uang ....
hmmm..
ok lanjut..
😄
2022-11-26
1