Saat periode akhir tahun ajaran sekolah, Rex dan Gama pun bersorak gembira karena bisa lulus dengan nilai bagus. Bahkan keduanya masuk dalam daftar sepuluh besar siswa berprestasi di SMP dan lulus dengan nilai memuaskan. Rex menduduki rangking ke tiga sedangkan Gama menduduki rangking ke sembilan dari sepuluh siswa berprestasi.
Rex dan Gama berkali-kali mengucap hamdalah karena tak menyangka bisa lulus dengan nilai di atas rata-rata sekolah.
" Alhamdulillah. Setelah ini lanjut kemana Rex...?" tanya Gama.
" Rencananya Gue masuk Sekolah Teknik di Jakarta Pusat Gam. Udah daftar dan tinggal tunggu kabar aja...," sahut Rex.
" Gitu ya. Seneng ya bisa sekolah di tempat yang Kita mau...," kata Gama sambil melengos.
" Kok Lo ngomong gitu. Bukannya Lo juga udah daftar di sekolah yang Lo mau itu. Yang kata Lo banyak cewek bulenya...?" tanya Rex sambil menatap Gama lekat.
" Gue udah daftar ke sana dan yakin diterima. Cuma sayangnya orangtua Gue ga ngijinin Gue sekolah di sana. Mereka udah daftarin Gue di sekolah lain yang menurut mereka bagus untuk Gue...," sahut Gama pasrah.
" Oh, wajar sih. Pasti orangtua Lo ingin yang terbaik buat Lo, secara kan Lo anak tunggal. Emangnya Lo mau disekolahin dimana Gam...?" tanya Rex penasaran.
" Di Riau...," sahut Gama cepat hingga mengejutkan Rex.
" Riau, di pulau Sumatra sana...?" tanya Rex sambil terlonjak dari duduknya.
" Iya...," sahut Gama sedih.
" Kok jauh banget sih. Ga salah denger kan Gue...?" tanya Rex tak percaya.
" Ga Rex. Gue disekolahin di sana karena Papa kan dimutasi ke sana...," sahut Gama sambil menundukkan kepalanya.
Untuk sejenak suasana di sekitar Rex dan Gama menjadi hening. Kedua remaja itu terdiam karena tak tahu harus bicara apa.Keduanya tak menyangka harus berpisah jarak sangat jauh. Itu artinya mimpi mereka untuk menghabiskan masa remaja bersama pun pupus sudah.
Tanpa mereka sadari kini mereka berjalan berdampingan dalam diam. Mereka hanya melangkah tanpa arah seolah sedang mengenang kebersamaan mereka yang entah kapan bisa terulang lagi.
\=\=\=\=\=
Rupanya ucapan Gama Tempo hari bukan omong kosong semata. Itu terbukti saat Gondo dan Mira datang ke rumah Ramon untuk berpamitan.
" Jadi Kamu mau berangkat ke Riau Gon...?" tanya Ramon.
" Iya Ram. Kami ke sini mau pamit sama Mamak dan keluargamu...," sahut Gondo dengan wajah sendu.
" Emangnya yakin kalo itu kesalahan Suamimu Mir ?. Kenapa dia yang dimutasi dan bukan temennya itu...?" tanya Lilian yang tahu persis sebab Gondo dimutasi oleh perusahaannya dari Mira.
" Gitu lah Li. Mas Gondo ga punya bukti. Tapi pihak sana juga ga punya cukup bukti untuk mengirim orang itu ke penjara. Sebagai jalan tengah Mas Gondo yang dimutasi untuk menghindari pertikaian karena Mas Gondo kan punya posisi penting di perusahaan itu...," sahut Mira pasrah.
" Gitu ya...," kata Lilian prihatin.
" Gapapa Mir. Anggap aja ini batu loncatan untuk Suamimu biar bisa lebih tangguh saat duduk di posisi puncak nanti...," kata Rusminah tiba-tiba.
" Iya Mak, Kami juga ikhlas kok nerima semuanya. Cuma Gama yang keliatan paling sedih. Dia udah terlanjur nyaman di sini. Tapi Kami juga ga bisa ninggalin dia sendirian di sini mengingat pergaulan remaja Jakarta yang makin ga terkendali. Kami khawatir karena ga ada yang bakal ngawasin Gama nanti...," sahut Mira.
" Selain itu Kami mau Gama bisa belajar menghadapi hidup yang keras ini Mak. Di sini Gama punya segalanya dan bisa mendapatkan keinginannya dengan mudah. Di sana nanti dia harus belajar gimana cara mewujudkan keinginannya. Kami sadar terlalu memanjakan Gama selama ini hingga dia tumbuh jadi anak yang keras kepala dan sedikit egois. Makanya sebelum terlambat Kami memutuskan membawa Gama untuk sekalian mendidik dia nanti...," kata Gondo menambahkan.
" Itu bagus. Aku setuju Gon. Gama itu laki-laki, jadi harus tumbuh sebagai laki-laki. Kan kodrat laki-laki adalah pemimpin. Gimana dia bisa memimpin keluarga kalo dia lemah dan gampang nyerah...," kata Ramon sambil menepuk punggung Gondo.
Gondo dan Mira tersenyum mendengar ucapan Ramon. Mereka senang karena keputusan mereka didukung oleh keluarga Ramon.
Awalnya Gondo sempat marah dan ingin keluar dari perusahaan itu karena merasa dia dibuang oleh perusahaan. Padahal kesalahan jelas bukan berada dipihaknya. Namun Ramon memberi arahan agar Gondo menerima keputusan perusahaan dan belajar menempa diri di tempat baru nanti.
" Usia Kita ga lagi muda Gon. Akan sulit buat merintis semuanya dari awal di perusahaan lain nanti. Lebih baik Kamu ikuti aturan perusahaan. Kamu bisa tenang bekerja karena ga harus ngeliat muka si pengkhianat itu setiap hari. Dan Kamu bisa membuktikan sama perusahaan bahwa kinerjamu tetap baik dimana pun Kamu ditempatkan. Mungkin dengan begitu perusahaan akan memberi kepercayaan lebih dan memberimu posisi yang lebih tinggi lagi dari posisimu sekarang..., " kata Ramon kala itu.
" Makasih ya Ram. Dalam tubuh Kita memang tak mengalir darah yang sama. Tapi percaya lah, Aku menganggapmu lebih dari saudara...," kata Gondo sambil memeluk Ramon erat.
" Sama-sama Gon. Aku juga sudah menganggapmu keluarga. Jangan sungkan untuk datang. Pintu rumahku selalu terbuka untukmu dan keluargamu...," sahut Ramon sambil balas memeluk Gondo.
Semua orang di dalam ruangan ikut terharu melihat Ramon dan Gondo saling memeluk. Mereka tak menyangka jika ikatan batin antara kedua pria dewasa itu begitu kuat.
Lagi-lagi Rusminah hanya bisa berdoa dalam hati. Ia berharap anak bungsunya bisa kembali ke pelukannya untuk melengkapi kebahagiaannya melihat kedekatan Ramon dan Gondo.
\=\=\=\=\=
Hari itu Ramon dan keluarganya mengantar kepergian Gondo dan keluarganya ke bandara Soekarno-Hatta. Wajah sendu Rex dan Gama mendominasi perpisahan dua keluarga itu. Keduanya terlihat duduk sangat dekat seolah khawatir tak bisa bertemu lagi nanti.
" Jangan lupa jaga diri baik-baik ya Gam. Jangan emosian, jangan kepedean, ga usah sok ganteng karena belum tentu Lo paling ganteng di sana...," kata Rex.
" Ck, Iya tau. Lo juga jangan kebanyakan mikir. Ga usah ikut campur urusan orang lain. Fokus sama diri sendiri dan jangan lupa jaga kesehatan...," sahut Gama ketus.
Obrolan Rex dan Gama membuat Lilian yang duduk tak jauh dari mereka pun tertawa terbahak-bahak hingga membuat semua orang menoleh kearahnya.
" Kenapa Kamu Li...?" tanya Lanni.
" Gapapa Bu. Cuma lagi ngetawain salam perpisahannya Rex sama Gama. Lucu banget...!" sahut Lilian di sela tawanya.
" Kok lucu sih. Emangnya mereka ngomong apaan...?" tanya Mira yang tak kalah penasaran dari Lanni.
Lilian pun menceritakan apa yang diucapkan Rex dan Gama tadi. Semua orang pun tertawa sedangkan Rex dan Gama nampak menekuk wajah sambil sama-sama meneriakkan nama Lilian.
" Kak Liaannn...!" panggil Rex dan Gama lantang sambil mengejar Lilian yang sudah lari menjauhi kedua remaja itu.
Ramon dan Gondo beserta keluarga mereka pun ikut tertawa menyaksikan tingkah lucu Lilian, Rex dan Gama.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Irma Tjondroharto
semoga gama dan rex ndak terputus pertemanannya meski jarak memisahkan.. kadang orang yg gak dq hub darah bisa lbh dekat drpd sodara kandung
2022-11-23
2
Siti komalasari
turut berdukacita atas musibah yang menimpa kota cianjur semoga diberi ketabahan dan kekuatan. aamiin ya rabbal 'alamin... 🤲🤲
2022-11-22
1
Asih Yusneni
innalilahi wa innailaihi roji'un..saya pribadi mengucapkan turut berbela sungkawa atas musibah yg terjadi pada saudara2 kita di cianjur.semoga Allah memberikan mereka ketabahan dan kekuatan utk melewati semua cobaan ini.
2022-11-22
1