Setelah permasalahan Tini selesai, Rusminah pun mengajak Tini dan kedua orangtuanya pergi ke Jakarta untuk menghadiri pernikahan Ramon dan Lanni yang digelar secara mewah di gedung.
Saat pertama kali bertemu Lanni, sikap permusuhan lah yang diperlihatkan Tini. Ia memandang Lanni dengan tatapan penuh kebencian dan itu membuat Lanni tak nyaman. Ramon yang mengerti arti tatapan Tini pun menegurnya.
" Aku tau kalo Istriku ini cantik. Tapi jangan Kamu tatap kaya gitu Tin. Itu bikin Istriku ga nyaman lho. Iya kan Sayang...," kata Ramon sambil merengkuh bahu Lanni dengan mesra.
Apa yang Ramon lakukan membuat Tini sakit hati. Namun saat teringat janjinya pada Rusminah, Tini pun berusaha tersenyum.
" Maaf Mas. Saya ga bermaksud begitu kok. Saya cuma kagum sama kecantikan Mbak Lanni. Pantesan Mas Ramon buru-buru menikahinya karena takut diambil orang. Iya kan Mas...?" tanya Tini sambil tersenyum kecut.
" Kamu salah Tin. Selain cantik Lanni ini wanita yang pintar, lembut dan penuh kasih sayang. Dia istimewa untukku karena dia satu-satunya wanita yang bisa bikin Aku jatuh cinta. Terdengar konyol sih, tapi emang gitu kenyataannya. Aku beruntung bisa menikahinya...," sahut Ramon sambil mendaratkan kecupan lembut di kening Lanni.
Apa yang dilakukan Ramon membuat Tini kesal bukan kepalang.
" Jangan ngomong gitu Mas. Aku jadi malu sama Tini...," kata Lanni dengan wajah merona.
" Lho, kenapa malu. Tini ini Adikku juga sama seperti Ramzi, jadi perlakukan dia seperti Adikmu ya Sayang...," pinta Ramon.
" Siap Sayang...," sahut Lanni sambil tersenyum.
Tini pun mengepalkan tangan menahan marah saat melihat drama romantis di hadapannya itu. Karena khawatir tak bisa mengendalikan diri, Tini pun menjauh dari pelaminan. Tini memilih duduk di luar gedung untuk menenangkan diri sambil menghirup udara segar.
Melihat Tini keluar dari gedung membuat Lanni tak enak hati. Ia pun menegur suaminya.
" Apa sikapmu tadi ga keterlaluan ya Mas. Kamu liat kan gimana reaksinya tadi...?!" tanya Lanni gusar.
" Aku sengaja biar Tini sadar. Lagipula yang Aku bilang tadi emang jujur kok...," sahut Ramon.
" Iya iya. Tapi ga usah pake cium kening juga dong. Aku kan jadi ngerasa jadi orang yang jahat karena bahagia di atas penderitaan wanita lain...," kata Lanni sambil melengos.
" Kita kan harus bikin Tini percaya dan yakin kalo Aku ga pernah menganggap dia lebih kecuali sebagai adik. Lagipula itu baru pemanasan, ada hal yang lebih besar yang harus Kita lakukan di kamar nanti. Dan kali ini Aku jamin justru Kamu yang ga bakal rela kalo Tini deket sama Aku...," bisik Ramon hingga membuat wajah Lanni kembali merona.
Di kejauhan terlihat Rusminah dan suaminya tersenyum puas menyaksikan aksi Ramon tadi. Mereka senang karena Ramon berhasil menunjukkan kedudukan Tini di hatinya. Mereka berharap setelah ini Tini tak akan mengganggu kehidupan Ramon dan Lanni.
Dua tahun menikah, Lanni dan Ramon dikaruniai putri cantik yaitu Lilian. Ayah Ramon lah yang menyematkan nama itu. Dan tiga bulan kemudian Ayah Ramon meninggal dunia karena sakit.
Saat Lanni hamil anak ke dua, Rusminah pun memutuskan akan menikahkan Tini dengan Daud. Itu dilakukan Rusminah karena melihat Tini yang tak lagi berminat dengan lawan jenis. Rusminah khawatir Tini akan depresi dan berniat mengakhiri hidup lagi seperti yang pernah dilakukan dulu.
Semula Tini menolak karena merasa Daud tak sepadan dengan Ramon. Tini berharap bisa menikahi pria yang setidaknya 'selevel' dengan Ramon agar ia punya kebanggaan saat bertemu Ramon dan istrinya itu. Rusminah dengan sabar menasehati Tini. Tanpa mereka ketahui, Lilian dan Ramon mendengarkan pembicaraan mereka.
" Apa lagi yang Kamu inginkan Tini. Aku udah tua. Aku ingin melihat anak perempuanku ini menikah. Aku ga bermaksud egois. Tapi liat lah Daud. Dia laki-laki yang baik, walau bukan Sarjana tapi dia punya pekerjaan. Dia ulet dan gigih, makanya Mak yakin jika bersamanya Kamu ga akan kekurangan. Daud pasti melakukan segala cara supaya bisa menafkahi Kamu nanti. Atau, Kamu mau terus sendirian sampe tua ?. Apa Kamu juga ga pengen bahagia seperti Ramon...?" tanya Rusminah.
" Kenapa Mak ngomong kaya gitu. Apa pengorbananku belum cukup Mak. Aku rela mengalah asal Mas Ramon bahagia bersama Mbak Lanni. Jadi tolong jangan jodohkan Aku lagi Mak. Aku ga kenal sama Mas Daud, Aku juga ga suka sama dia...," sahut Tini dengan mata berkaca-kaca.
" Sadar lah Tin, Kamu memang seharusnya mundur karena Ramon bukan jodohmu. Jemput lah kebahagiaanmu sendiri. Kalo Kamu ga suka sama Daud gapapa. Menikah lah dengan laki-laki pilihanmu selain Daud. Siapa pun itu, asal Kamu bahagia Mak akan merestui...," kata Rusminah sambil menggenggam jemari Tini dengan erat.
Tini nampak berpikir sejenak. Ia berpikir pria mana yang akan diajak menikah karena ia memang tak mengenal pria mana pun saat itu. Selama ini hatinya terlanjur ia tutup rapat.
Akhirnya Tini menyetujui permintaan Rusminah. Ia berharap dengan menikahi Daud rasa cintanya pada Ramon akan terkikis.
Pernikahan Tini dan Daud pun digelar dengan meriah. Rupanya Daud telah lama menyukai Tini. Dan saat Rusminah memintanya untuk menikahi Tini, dengan antusias Daud menyetujuinya.
Hubungan Tini dan Daud nampaknya berjalan lancar. Perlahan namun pasti, Daud berhasil membuat Tini jatuh cinta dan menggantikan posisi Ramon di hatinya. Hingga akhirnya mereka dikarunia sepasang anak yang diberi nama Septia dan Landung.
Lamunan Lanni buyar saat Ramon menyentuh punggungnya dengan lembut.
" Kenapa melamun Bu...?" tanya Ramon.
" Oh, gapapa Yah. Cuma lagi ngitung budget pengeluaran Kita aja nanti...," sahut Lanni asal hingga membuat Ramon tersenyum.
Ramon tahu jika istrinya berbohong. Namun Ramon tak peduli dan lebih memilih duduk untuk mulai sarapan.
\=\=\=\=\=
Saat jam delapan pagi terlihat dua kendaraan meninggalkan rumah Rusminah. Mobil yang dikendarai Ramon nampak melaju di depan sedangkan di belakangnya terlihat Daud melaju dengan motornya sambil membonceng Tini.
Dari dalam mobil Rex dan Gama bisa melihat Zada tengah berdiri di pinggir jalan sambil menatap kearah Rumah sang nenek.
" Itu Zada kan. Ngapain dia ngeliatin rumah Nenek kaya gitu...?" tanya Gama.
" Mungkin dia mau bilang terima kasih sama Kak Lian karena udah nolongin dia kemarin...," sahut Rex.
" Eh, kemarin Lo bilang kalo Zada lagi haid. Lo tau darimana Rex...?" tanya Gama.
" Gue pernah liat Kak Lian dan Ibu kaya gitu. Makanya Gue langsung tau kalo Zada lagi haid...," sahut Rex sambil memejamkan mata karena tak ingin membahas Zada sekarang.
Gama mengangguk lalu ikut memejamkan mata. Mobil terus melaju dan berhenti di suatu tempat.
Rupanya Ramon membawa rombongan kecil itu mampir ke masjid merah Panjunan. Setelahnya Ramon membawa mereka ke tempat wisata Kembang Langit Batang. Selain ingin membahagiakan keluarganya, Ramon juga ingin memperkenalkan wisata kebanggaan tanah kelahirannya kepada Gondo dan keluarga kecilnya.
Mereka menghabiskan waktu di sana hingga menjelang Maghrib.
Saat mobil kembali ke rumah, lagi-lagi Rex melihat Zada masih berdiri di tempat semula dan dalam posisi yang sama. Rex pun turun lebih dulu lalu bergegas menghampiri Zada.
" Mau kemana Rex...?!" panggil Lanni lantang saat melihat Rex melangkah ke jalan raya.
" Gapapa Lan. Rex mau ketemu sama temennya sebentar...," kata Rusminah.
" Temennya, siapa Mak...?" tanya Lanni.
" Anak kampung sini juga kok. Yuk masuk, biar Rex nyusul nanti...," ajak Rusminah yang diangguki Lanni.
Sementara itu Rex langsung menarik tangan Zada saat gadis itu berniat kabur.
" Kamu nunggu di sini daritadi. Kenapa ga nunggu di teras aja kalo emang ada perlu...?" tanya Rex sambil menatap Zada lekat.
" Aduuhh... Lepasin, ini sakiiitt...," kata Zada sambil meringis.
Rex melepaskan cekalan tangannya lalu mengamati tangan Zada. Saat itu Rex terkejut karena melihat lebam di seluruh permukaan kulit Zada. Wajah Zada pun lebam dan sudut bibinya berdarah seolah baru mengalami pemukulan.
" Kamu..., siapa yang mukul Kamu...?!" tanya Rex sambil menekan pundak Zada.
" Ga ada. Aku jatuh jadi terluka...," sahut Zada ketakutan.
" Bohong !. Pasti ada seseorang yang udah mukul Kamu. Ini kriminal namanya dan bisa dilaporin Polisi. Ayo Kita lapor ke Polisi...!" kata Rex lantang sambil menarik tangan Zada ke dalam rumah.
Zada meronta sambil terus merintih ditingkahi suara lantang Rex. Suara Rex dan Zada membuat semua orang di dalam rumah Rusminah keluar. Mereka terkejut saat melihat Rex menyeret paksa Zada ke dalam rumah.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Irma Tjondroharto
pasti dianiaya ibu angkatnya.. haduh.. bener ndak ya nebak2 jahat gini...
2022-11-19
2
Ganuwa Gunawan
yo wis thor
tak tunggu up nya kembali
aku cuma bisa kasih thor bunga mawar tiap satu episode
dan semoga itu bisa membantu karya author
2022-11-19
3
💎hart👑
poor Zada
lanjutkan lagi bebs 🌹
2022-11-19
2