Suasana tetap hening sesaat setelah kepergian Lilian. Nadifa berdehem untuk menetralisir suasana lalu duduk diikuti wanita yang tak lain adalah Hesti.
" Ehm..., ngapain Lo di sini. Lo ga lagi ngikutin Gue sama Lian kan...?" tanya Nadifa ketus namun justru membuat Hesti tersenyum.
" Apa kabar Dif...?" ulang wanita yang tak lain adalah Hesti.
" Alhamdulillah baik...," sahut Nadifa tanpa menatap kearah Hesti.
" Syukur lah. Gue harap Lillian juga baik-baik aja...," kata Hesti namun membuat Nadifa kesal.
" Gue tanya sekali lagi, mau apa Lo ke sini ?. Buat apa Lo nongol lagi di depan Lian. Lo tau kan seberapa jahatnya Lo sama dia dan seberapa terlukanya Lian karena ulah Lo...?!" tanya Nadifa gusar.
" Iya Gue tau. Gue nyesel dan Gue mau minta maaf Dif...," sahut Hesti.
" Ga usah !. Buat dia, Lo udah ga penting. Saran Gue, lebih baik Lo ga usah nemuin Lian daripada Lo bikin dia sakit hati sama kaya dulu...," kata Nadifa sambil menatap Hesti dengan tatapan penuh kebencian.
" Lo marah sama Gue Dif...?" tanya Hesti dengan wajah memelas.
" Pertanyaan bod*h !. Udah pasti Gue marah setelah tau apa yang Lo lakuin sama Lilian dulu. Untung dia punya keluarga yang care sama dia hingga dia bisa selamat dari perbuatan terkutuk preman itu. Tapi kalo itu terjadi sama Gue, mungkin Gue udah bunuh diri gara-gara ulah jahat Lo...!" kata Nadifa lantang.
" Lo ga tau kan apa yang terjadi, jangan ngambil kesimpulan terlalu cepet kalo Lo ga tau duduk permasalahannya...," sahut Hesti sambil menatap wajah Nadifa dengan tatapan tajam.
" Maksud Lo, cerita Lian itu bohong...?!" tanya Nadifa.
" Ga bohong, tapi ga seratus persen bener...," sahut Hesti sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
" Ga usah berbelit-belit, ngomong yang jelas atau Gue cabut sekarang...!" kata Nadifa kesal.
Hesti pun tersenyum lalu mulai mengarang cerita untuk mempengaruhi Nadifa.
" Gue emang ke rumah sodara Gue buat nagih hutang, tapi Gue ga maksa Lian buat nganterin Gue. Justru Lian yang maksa ikut, katanya sih ga tega sama Gue. Tapi ternyata dia dan Ayahnya yang ngejebak Gue dan sodara Gue dengan manggil Polisi. Karena di sana pernah terjadi transaksi se**al makanya sodara Gue kena apesnya. Dia ditangkap dan diadili layaknya penjahat termasuk Gue. Beruntung selama di penjara Gue jadi orang yang lurus dan ga neko-neko, makanya Gue bisa bebas cepat. Jadi di sini jelas kan siapa yang jahat ?. Gue tuh cuma korban Dif. Lian dan Ayahnya yang jahat...," kata Hesti berusaha meyakinkan Nadifa.
" Gue ga percaya...," sahut Nadifa.
" Gue berani sumpah Dif !. Lian dan Ayahnya yang udah jebak Gu...," ucapan Hesti terpotong karena sebuah tamparan keras mendarat di pipinya.
" Plaakkk !!"
Tamparan keras itu membuat Hesti terkejut hingga terjatuh dari kursi. Hesti menatap nanar kearah orang yang telah menamparnya itu. Namun sesaat kemudian Hesti terlihat gugup. Ia malu karena telah ketahuan berbohong.
" Belum puas Lo bikin hidup Gue berantakan sampe Lo harus fitnah Gue ?!. Apa Lo pikir Polisi itu juga bod*h karena nangkep orang tanpa bukti bahkan menjarain Lo dan sodara Lo itu...?!" tanya Lilian lantang dengan wajah merah padam.
Hesti berusaha bangkit dengan susah payah. Sedangkan Lilian dan Nadifa tak tergerak membantu sama sekali. Mereka berdiri sambil menatap marah kearah Hesti. Di sekitar mereka orang-orang pun hanya menonton tanpa mau ikut campur.
" Li... Lian. Gue...," ucapan Hesti kembali terpotong.
" Ga usah nyebut nama Gue lagi karena Lo ga layak. Sejak hari itu Lo bukan lagi temen Gue. Ga usah sok akrab atau nyapa Gue dimana pun Kita ketemu. Anggep aja Kita ga pernah kenal sama sekali. Paham...?!" tanya Lilian sambil menepis tangan Hesti yang terulur kearahnya.
Nadifa tersenyum lalu merengkuh Lilian dan membawanya menjauh dari Hesti.
" Hesti..., Hesti. Setelah hari itu Lo masih ga sadar juga. Lo nyoba mempengaruhi Gue dengan cerita konyol Lo itu karena Lo mau menjauhkan Gue dari Lian. Apa Lo pikir Gue bod*h dan termakan sama bualan Lo itu ?. Jangan mimpi !. Sekali pecundang Lo tetep pecundang tau ga...?!" ejek Nadifa sinis.
" Tolong kasih Gue kesempatan buat jelasin semuanya. Gue sengaja bilang kaya gitu supaya Lian balik lagi dan nyangkal semuanya. Tujuan Gue cuma satu, Gue mau Lian maafin Gue...!" kata Hesti setengah menjerit hingga membuat Lilian dan Nadifa saling menatap sambil tersenyum penuh makna.
" Kita pergi sekarang yuk Dif...," ajak Lilian sambil menggamit lengan Nadifa.
" Ok...!" sahut Nadifa antusias.
Kemudian Lilian dan Nadifa melangkah berdampingan meninggalkan Hesti. Mereka mengabaikan ucapan Hesti begitu saja. Hesti pun mematung di tempat tanpa bisa berbuat apa-apa. Ia menatap kepergian dua wanita yang pernah menjadi sahabatnya itu dengan tatapan sendu.
Sambil terus melangkah Lilian pun mengeratkan pegangan tangannya pada lengan Nadifa hingga gadis itu meringis.
" Ssshhh..., sakit Li...," kata Nadifa lirih hingga mengejutkan Lilian.
" Ups, sorry Dif...," kata Lilian sambil bergegas melepaskan cekalan tangannya.
" Gapapa, cuma lecet dikit...," sahut Nadifa sambil tersenyum.
" Gue ga nyangka dia bisa bebas secepat itu. Dan lebih ga nyangka lagi kenapa dia bisa tau kalo Kita lagi ada di sini. Jangan-jangan dia ngikutin Kita Dif...," kata Lilian cemas.
" Ga mungkin lah, paling cuma kebetulan aja. Yang penting Lo kan udah mukul dia dan luapin semua uneg-uneg Lo selama ini. Gue yakin tamparan Lo lumayan keras karena telapak tangan Lo berbekas di pipinya tadi...," kata Nadifa.
" Iya Dif, rasanya telapak tangan Gue sampe kesemutan gini saking kerasnya Gue mukul dia tadi...," sahut Lilian sambil menatap telapak tangannya hingga membuat Nadifa tersenyum.
" Gue harap setelah ini Kita bisa lepas dari bayang-bayang Hesti, si mantan sahabat yang psycho itu...," sahut Nadifa sambil menekankan kata psycho.
" Aneh ya ngedenger kata mantan sahabat. Sekarang Gue tau, ternyata begini ya rasanya punya mantan sahabat. Sakit, perih tapi ga berdarah...," kata Lilian sambil menekan dadanya dengan mimik wajah kesakitan.
Melihat ekspresi Lilian membuat Nadifa tertawa keras. Lilian pun ikut tertawa sambil mengulangi aksinya beberapa kali. Bahkan Nadifa melakukan hal yang sama hingga membuat Lilian tak henti tertawa. Kemudian keduanya kembali melangkah sambil sesekali tertawa.
Di tempatnya berdiri Hesti hanya bisa menitikkan air mata melihat kebahagiaan Lilian dan Nadifa.
" Ternyata Lo berdua bisa bahagia tanpa Gue. Andai waktu bisa diulang, Gue ga bakal ngelakuin itu. Gue nyesel karena udah bikin Lo berdua pergi dari hidup Gue. Kalo ada kata mantan sahabat, Lo berdua adalah mantan sahabat terindah yang pernah Gue miliki. Makasih Lian, makasih Difa. Sekarang Gue pergi ya. Selamat tinggal...," gumam Hesti sambil terisak.
Hesti pun membalikkan tubuhnya kemudian melangkah kearah yang berlawanan dengan Lilian dan Nadifa. Sesekali Hesti mengusap wajahnya yang basah dengan punggung tangannya. Tak lama kemudian Hesti masuk ke dalam mobil yang sengaja menunggunya lalu pergi entah kemana.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
💎hart👑
mantap jiwa👍
2022-11-28
1
💎hart👑
good job Lian... tambah tampol juga boleh lho Lian 😅
2022-11-28
1
💎hart👑
wah bener-bener minta di sleding nih mulutnya si Hesti
2022-11-28
1