Melihat Rex bersikap kasar pada seorang gadis belia, Ramon pun murka. Dengan lantang ia meminta Rex melepaskan Zada.
" Apa yang Kamu lakukan Rex ?!. Lepaskan dia...!" kata Ramon sambil menatap Rex dengan tatapan marah.
Rex dan Zada sama-sama terkejut lalu refleks saling menjauh. Lilian bergegas menghampiri Zada lalu memeluknya erat supaya Zada tak ketakutan mendengar suara ayahnya yang menggelegar itu.
" Kenapa Kamu menyakiti dia...?!" tanya Ramon lagi.
" Ayah salah paham. Aku ga nyakitin dia. Aku membawanya masuk supaya bisa ngobatin lukanya. Lebih seneng lagi kalo Ayah mau bantuin dia lapor Polisi karena udah dipukulin sampe babak belur kaya gitu...," sahut Rex gusar.
Jawaban Rex membuat semua orang terkejut lalu mengamati Zada yang tengah dipeluk Lilian. Mereka melihat sekujur tangan dan kaki Zada dipenuhi luka lebam berwarna kehitaman. Ditambah rambut dan pakaian yang kusut mereka yakin jika gadis belia itu telah mengalami penganiayaan.
" Sudah Nak. Jangan bikin kegaduhan di luar, ga enak diliat tetangga. Bicarakan baik-baik di dalam biar ga melebar kemana-mana...," kata Rusminah sambil mengusap punggung Ramon.
" Iya Mak. Maaf...," sahut Ramon yang diangguki Rusminah.
" Sekarang bawa Zada masuk ke dalam Lian. Dan Tini, tolong siapkan obat untuk Zada...," kata Rusminah.
" Iya Mak...," sahut Tini sambil bergegas masuk ke dalam rumah diikuti Septia.
" Ayo Zada...," ajak Lilian dengan lembut.
Zada nampak ragu melangkah. Ia menatap semua orang bergantian dengan tatapan takut hingga membuat Lanni iba.
" Ga usah takut ya. Kamu aman di sini. Sekarang masuk ke dalam sama Kak Lian dulu, biar lukanya diobatin...," bujuk Lanni sambil tersenyum.
Melihat senyum Lanni membuat ketakutan Zada menghilang. Ia mengangguk lalu mengikuti ajakan Lian.
" Keliatannya lukanya udah lumayan lama. Ditambah beberapa luka baru jadi lebih mengenaskan...," kata Gondo sambil menatap betis Zada yang bengkak.
" Betul. Tapi siapa yang tega melakukan itu sama dia...," kata Ramon sambil menggelengkan kepalanya.
" Yang pasti orang sakit jiwa Yah. Mana ada orang yang mukulin anak-anak sampe kaya gitu. Kalo jatuh pun ga akan seperti itu lukanya. Kecuali dia ketabrak atau sengaja ditabrak...," sahut Lanni kesal.
Ucapan Lanni membuat Ramon tersentak lalu bergegas menyusul ke dalam rumah. Ramon melihat Tini dan Lian tengah berusaha mengobati luka Zada. Sedangkan Septia nampak berbaring di karpet sambil memejamkan mata karena kelelahan usai berwisata seharian tadi.
" Jangan sentuh lukanya. Biarkan aja kaya gitu...!" kata Ramon saat melihat Tini akan mengompres lebam di kaki dan wajah Zada.
" Kenapa Mas ?. Kasian kan Zada, dia pasti kesakitan...," sahut Tini tak mengerti.
" Biarkan luka itu asli seperti adanya. Aku berniat membawanya ke Rumah Sakit untuk melakukan visum biar ketauan apa penyebabnya. Setelahnya Aku bakal ke kantor Polisi buat melaporkan kejadian yang menimpa gadis itu. Sekarang tolong Kamu ambilkan makanan aja buat dia Tin. Kasian dia pasti kelaparan...," sahut Ramon.
" Baik Mas...," sahut Tini.
" Ga usah masak Tin. Kita masih punya roti kok. Iya kan Bu Mira...?" tanya Lanni.
" Iya Bu...," sahut Mira sambil mengeluarkan roti dari dalam tas dan menyerahkannya kepada Lanni.
Kemudian Lanni memberikan roti itu kepada Zada yang langsung menyambutnya dengan antusias. Semua orang nampak terharu melihat cara Zada mengunyah makanan.
" Pelan-pelan aja Zada. Ga ada yang minta kok...," gurau Tini sambil menyerahkan segelas air kepada Zada.
Zada nampak tersipu malu mendengar ucapan Tini. Ia meneguk air hingga tersisa setengah gelas lalu kembali mengunyah roti.
Zada berhasil menghabiskan dua bungkus roti dan dua gelas air. Setelahnya Zada bersendawa dengan keras hingga membuat semua orang tertawa. Zada kembali tersipu karena sadar telah melakukan kesalahan kecil.
" Maaf, harusnya Aku ga gitu ya. Almarhumah Ibu bilang itu ga sopan...," kata Zada lirih sambil menundukkan kepalanya.
" Gapapa Zada. Kan Zada ngelakuinnya ga sengaja...," kata Lanni sambil tersenyum dan menyigar rambut Zada dengan jemari tangannya.
Saat jemari Lanni menyentuh kepalanya Zada meringis hingga membuat Lanni terkejut. Lanni menarik tangannya dan melihat ada darah di ujung jarinya.
" Darah..., Kamu terluka di kepala juga. Luka karena apa Zada...?" tanya Lanni hati-hati.
" Aku jatuh Bu...," sahut Zada dengan suara bergetar.
" Masa jatuh lukanya dari ujung kepala sampe ujung kaki. Yang bener aja Zada...!" kata Rex kesal.
" Rex...," panggil Lanni sambil menggelengkan kepalanya.
" Tapi itu emang ga masuk akal Bu...," sahut Rex gusar.
" Iya. Tapi sabar sedikit bisa ga sih. Kamu tuh udah bikin Zada tambah kesakitan tadi. Atau jangan-jangan Kamu yang udah bikin kepala Zada terluka...," kata Lanni sambil menatap Rex lekat.
" Kok Aku sih. Aku kan nemuin Zada udah terluka kaya gitu Bu...," sahut Rex tak terima.
" Makanya diem dan tunggu Zada jelasin semuanya...!" kata Lanni hingga membuat Rex terdiam.
" Sekarang Zada mau cerita kan apa yang terjadi ?. Jangan takut, Kita semua yang ada di sini Sayang sama Zada. Kita mau bantuin Zada supaya ga dipukulin lagi sama orang itu...," kata Rusminah dengan lembut.
Tiba-tiba Zada menangis. Melihat hal itu membuat Lanni makin iba. Ia memeluk Zada dengan erat tanpa memperdulikan pakaiannya yang akan ikut kotor nanti.
Tini nampak tersenyum melihat sikap Lanni. Ia kagum dengan kelembutan dan kasih sayang Lanni. Hal yang pernah dibanggakan Ramon di hadapannya dulu. Tini juga tahu bagaimana cara Lanni menyayanginya dan Septia hingga membuat Tini merasa Lanni benar-benar menerima kehadirannya dengan tulus.
" Cup... cup, jangan nangis lagi yaa. Kalo Zada ga mau cerita sekarang juga gapapa kok. Sekarang yang penting Zada udah aman dan ga kedinginan lagi di luar...," kata Lanni sambil mengurai pelukannya.
Kemudian Lanni mengusap air mata Zada dengan jemari tangannya. Zada nampak menatap Lanni tanpa berkedip lalu meluncur lah sebuah nama dari bibir pucatnya itu.
" Pak Tako yang mukulin Aku. Dia juga nabrak Aku pake motornya...," kata Zada lirih hingga mengejutkan Rusminah, Ramon, Tini dan Daud.
" Siapa Pak Tako...?" tanya Lanni tak mengerti.
" Dia Suami dari ibu angkatnya Zada Mbak. Mereka menikah beberapa bulan setelah Zada diangkat anak...," sahut Tini cepat hingga mengejutkan Lanni.
" Kok dia mukulin Kamu sampe kaya gini. Emangnya Kamu melakukan kesalahan apa Zada...?" tanya Lanni gusar.
" Banyak Bu...," sahut Zada sambil mengusap sudut matanya yang basah.
" Iya tau. Tapi sebanyak apa dan kesalahan sefatal apa yang Kamu lakuin sampe dia harus mukul Kamu...?" tanya Lanni lagi.
Zada kembali menangis. Ia melirik Ramon, Gondo, Daud, Rex dan Gama bergantian seolah tak nyaman dengan kehadiran mereka.
Mengerti jika Zada tak suka dengan kehadiran laki-laki di ruangan itu, Rusminah pun meminta kalimanya keluar.
" Jadi apa yang dilakukan Tako sama Kamu Zada...?" tanya Rusminah tak sabar.
" Pak Tako giniin Aku Nek...," sahut Zada sambil membuat gerakan yang menjelaskan apa yang telah dilakukan bapak angkatnya itu.
Semua orang yang ada di ruangan itu terkejut dan paham apa yang terjadi. Setelahnya Lanni memanggil Ramon dan memintanya agar segera mengantar Zada ke Rumah Sakit.
\=\=\=\=\=
Ramon, Lanni, Gondo, Mira dan Lilian mengantarkan Zada ke Rumah Sakit untuk melakukan visum. Dokter wanita yang menangani Zada pun membenarkan adanya penganiayaan pada tubuh Zada.
" Apa ada kerusakan pada orang int*mnya dok...?" tanya Lanni cemas.
" Ga ada kerusakan pada organ vitalnya. Hanya terdapat lecet di sekitar pangkal paha, seperti luka akibat cakaran. Mungkin orang itu berniat melakukan pelecehan pada gadis ini dan sayangnya ga berhasil...," sahut sang dokter.
" Astaghfirullah aladziim. Malang bener sih dia...," gumam Mira sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan karena tak sanggup membayangkan penderitaan Zada saat mempertahankan kesuciannya.
" Jangan kasih kesempatan buat Bajin*n itu melakukannya lagi Yah. Kita harus laporkan dia ke Kantor Polisi...!" kata Lanni emosi.
" Iya Bu...," sahut Ramon mantap.
" Saya dukung seratus persen niat Bapak dan Ibu untuk memenjarakan dia. Bawa juga hasil visum ini biar bisa segera diproses sama Polisi...," kata sang dokter.
" Baik, makasih dok...," kata Lanni dan Ramon bersamaan.
" Sama-sama. Semoga keadilan berpihak pada Zada dan penganiayanya segera dijebloskan ke penjara...," sahut sang dokter sambil menahan geram.
Setelah menerima bukti visum, Ramon melajukan mobilnya menuju kantor Polisi. Di sana mereka diarahkan ke divisi Perlindungan Anak dan Wanita. Kebetulan divisi itu dipimpin oleh seorang Polwan yang nampak piawai menangani kasus serupa.
Polwan bernama Arini itu bertanya banyak hal pada Zada. Sikapnya yang lembut dan 'ngemong' membuat Zada merasa nyaman dan dengan mudah menceritakan semuanya.
" Pak Tako sering ngintipin Aku mandi Bu...," kata Zada.
" Oh ya. Kenapa Zada ga ngadu sama Ibu biar Bapak dimarahin...?" tanya Arini.
" Ibu ga percaya sama Zada Bu. Bapak juga ga ngaku kalo ngintipin Zada, Bapak malah bilang kalo Zada yang sengaja ga ngunci pintu waktu mandi...," sahut Zada lirih.
" Selain itu, apalagi yang Bapak lakukan sama Zada...?" tanya Arini.
" Bapak narik baju Aku sampe sobek kalo Aku nolak ngasih liat isi dalamanku. Bapak juga mukul Aku kalo Aku teriak...," sahut Zada gusar.
" Astaghfirullah aladziim..., " gumam Lanni dan Mira sambil mengepalkan tangan.
" Apa selama ini Bapak berhasil melihat semuanya...?" tanya Arini hati-hati.
" Ga Bu. Kan Aku kabur dari rumah...," sahut Zada hingga membuat semua orang bernafas lega.
" Terus...?" tanya Arini.
" Terus kemarin Aku ditabrak pake motor sama Bapak karena Aku lari dari rumah. Aku lari karena Bapak maksa Aku buka baju...," sahut Zada sambil mengusap matanya yang basah hingga membuat semua orang marah.
Setelah Zada selesai diinterogasi, polisi pun bertindak cepat. Mereka segera meringkus Tako di rumahnya. Karena berusaha melawan, polisi terpaksa menembak betis Tako hingga tak bisa melarikan diri.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
May Yadi
aaiisss kenapa kakinya yg di tembak, coba kepala atau selangkangannya yg di tembak 😡😡😡😡😡😡
2022-11-22
0
Iroel Airoel
kasian zada msh kecil mengalami kekerasan
2022-11-21
2
uutarum
minimal 15th ya..... biar kapok
2022-11-20
2