Pagi itu Rex dan Gama terlihat duduk kelelahan di teras rumah Rusminah. Rupanya mereka baru saja selesai jogging. Rex dan Gama memilih langsung berolah raga setelah selesai sholat Subuh berjamaah di masjid tadi.
Tak lama kemudian Rusminah dan Lian ikut duduk bersama mereka.
" Darimana aja Kalian, kenapa baru pulang ?. Bukannya sholat Subuh udah selesai daritadi ya...," kata Lilian sambil menatap Rex dan Gama bergantian.
" Kita baru selesai jogging Kak...," sahut Gama sambil meluruskan kakinya.
" Oh ya. Kenapa ga ngajak Kakak sih ?. Kakak kan juga mau ikutan...!" kata Lilian sedikit kesal.
" Kalo nunggu Kakak tuh kelamaan. Kan Kakak harus dandan dulu, matchingin baju dulu, pake krim dulu. Padahal Kita mau lari pagi bukan fashion show...," sahut Rex hingga membuat Lilian mengerucutkan bibirnya.
" Oh iya Nenek lupa bilang. Orangtua Kalian bakal ke sini ntar sore, sekarang mungkin lagi siap-siap karena rencananya mereka berangkat dari rumah bada Zuhur. Orangtua Kamu juga ikut lho Gam...," kata Rusminah tiba-tiba.
Ucapan Rusminah membuat tiga remaja itu bersorak gembira.
" Tumben Om Gondo dan Tante Mira mau ikutan ke sini Nek...?" tanya Lilian.
" Mungkin kangen sama anaknya...," sahut Rusminah sambil melirik kearah Gama.
Gama pun nampak tersenyum. Ia tak menyangka bisa berlibur bersama orangtuanya dan keluarga Rex di liburan akhir tahunnya kali ini.
\=\=\=\=\=
Ramon, Lanni, Gondo dan Mira tiba saat sore hari. Keempatnya langsung disambut pelukan hangat anak mereka masing-masing. Kebahagiaan nampak mewarnai rumah Rusminah hingga membuat Tini yang menyaksikan pun terharu.
" Udah pelukannya, sekarang bantu orangtua Kalian meletakkan tas di kamar...," kata Rusminah.
" Siap Nek...!" sahut Rex, Gama dan Lilian bersamaan.
" Jadi Rex dan Gama tidur dimana kalo kamar itu ditempati sama Bu Mira dan Suaminya Mak...?" tanya Lanni setengah berbisik.
" Gampang Bu. Aku sama Gama bisa tidur di depan tivi kok...!" sahut Rex dari ambang pintu kamar.
" Tuh, Kamu denger sendiri jawabannya. Rex dan Gama itu udah paham kalo suami istri memang harus tidur sekamar. Jangan-jangan Kamu lagi musuhan sama Ramon jadi niat tidur sekamar sama Mira ya...?" tanya Rusminah curiga.
" Apaan sih Mak ini. Aku dan Ayahnya Anak-anak baik-baik aja kok. Iya kan Yah...?" kata Lanni sambil memeluk lengan suaminya.
Ramon mengangguk sambil tersenyum sedangkan Rusminah, Gondo dan Mira hanya tertawa kecil.
Sikap mesra Lanni dan Ramon membuat sepasang mata yang melihatnya nampak berkaca-kaca. Menyadari kehadiran Tini, Rusminah pun memanggilnya untuk ikut bergabung.
" Lho, Kamu kok malah di situ Tin ?. Ayo ke sini...!" panggil Rusminah yang diangguki Tini.
Semua orang menoleh kearah Tini dan tersenyum melihatnya.
" Apa kabar Tin, sini dong masa ngumpet terus...," sapa Ramon dengan ramah.
" Alhamdulillah baik Mas...," sahut Tini sambil melangkah pelan menuju ruang tamu.
Lanni pun melepas pelukannya pada lengan suaminya dan berbalik memeluk Tini.
" Apa kabar Tin, maaf ya kalo Anak-anak udah ngerepotin Kamu...," kata Lanni.
" Gapapa Mbak. Saya ga repot kok, justru Saya seneng kedatangan mereka...," sahut Tini sambil tersenyum dan balas memeluk Lanni.
Sikap Tini dan Lanni membuat Ramon dan Rusminah saling menatap sejenak lalu mengangguk.
" Oh iya, kenalin ini orangtuanya Gama. Namanya Pak Gondo dan Bu Mira...," kata Lanni.
Tini pun menjabat tangan Gondo dan Mira bergantian.
" Dimana Daud dan Anak-anak Tin ?. Kabar mereka baik-baik aja kan...?" tanya Ramon.
" Alhamdulillah baik Mas. Septia lagi ngaji di masjid dan Mas Daud lagi nukang di rumah tetangga. Mas Daud titip salam dan minta maaf karena ga bisa nyambut kedatangan Mas Ramon...," sahut Tini.
" Aku ga perlu disambut Tin. Aku kan bukan presiden atau pejabat yang lagi sidak di tanah kelahiranku sendiri...," gurau Ramon hingga membuat semua orang tertawa.
" Kalo Ayah sama Ibu udah di sini, bisa kan Kita jalan-jalan ke tempat yang seru. Kalo bisa nginep gitu...," kata Lilian tiba-tiba.
" Setuju Kak...!" sahut Rex dan Gama bersamaan.
" Insya Allah Kita cari tempat yang bagus biar bisa dinikmati sama semuanya yang berbeda umur ini. Kamu juga ya Tin. Ajak Daud dan anak-anak besok...," kata Ramon sambil menatap Tini.
" Tapi Mas...," ucapan Tini terputus karena Rusminah memotong cepat.
" Ga ada tapi-tapian. Pokoknya Kamu dan keluargamu harus ikut Tin. Ini perintah. Kalo ga, Mamak marah sama Kamu...!" ancam Rusminah sambil menatap lekat kearah Tini.
" Tuh, Kamu denger kan Mamak ngomong apa. Lagian kenapa ga mau ikut sih Tin...?" tanya Ramon tak mengerti hingga membuat Tini salah tingkah. Setelah berpikir sejenak akhirnya Tini pun mengangguk mengiyakan permintaan Ramon dan Rusminah.
" Kalo Mak yang ngomong Aku ga berani nolak Mas. Daripada dikutuk jadi batu lebih baik Aku manut aja deh...," sahut Tini pasrah hingga membuat semua orang tertawa.
\=\=\=\=\=
Keesokan harinya terlihat kesibukan di rumah Rusminah. Tini, Lanni dan Mira nampak paling sibuk mempersiapkan segala keperluan yang harus dibawa.
" Cemilan dan minuman udah masuk ke mobil. Apalagi yang harus dibawa Bu Lanni...?" tanya Mira.
" Pakaian ganti Bu. Kan Kita mau nginep...," sahut Lanni.
" Oh iya, untung diingetin...," kata Mira sambil bergegas masuk ke kamar.
" Nanti Saya sama Mas Daud naik motor aja Mbak. Khawatir ga nyaman kalo kepenuhan di dalam mobil. Saya titip Septia aja ya...," kata Tini.
" Ok...," sahut Lanni cepat karena sejujurnya ia sedikit tak nyaman melihat interaksi Tini dengan Ramon.
Lanni khawatir jika Tini akan salah kaprah dengan kebaikan Ramon. Sejak awal mengenal Tini ia tahu jika wanita itu menyimpan rasa untuk suaminya.
Lanni tahu jika Tini adalah anak angkat Rusminah yang tinggal tak jauh dari rumah Rusminah. Keluarga Tini tergolong susah hingga membuat Rusminah dan suaminya tergerak membiayai sekolah Tini hingga jenjang SMA. Mereka juga memperlakukan Tini layaknya anak sendiri dan selalu memberikan apa pun yang mereka berikan pada Ramon dan Ramzi.
Walau Tini tinggal bersama orangtuanya, namun Tini juga kerap berkunjung ke rumah Rusminah. Interaksi Tini dengan Ramon dan Ramzi pun sangat baik. Hingga saat remaja mulai lah tumbuh benih cinta di hati Tini untuk Ramon.
Cinta di hati Tini membuatnya bertindak di luar nalar hanya untuk menjauhkan Ramon dari gadis-gadis yang menyukainya. Rusminah tahu tentang perasaan Tini pada putranya termasuk apa yang dilakukan Tini pada 'rivalnya' itu. Rusminah pun mengingatkan Tini agar tak menyakiti orang lain demi obsesinya itu. Namun sayangnya Tini tak menggubris ucapan Rusminah dan itu membuat Rusminah marah.
Saat Ramon pamit melanjutkan pendidikan di Jakarta Rusminah dan suaminya tak keberatan. Mereka berpikir itu adalah cara menjauhkan Ramon dengan Tini karena mereka merasa jika obsesi Tini akan melukai Ramon kelak.
Di Jakarta Ramon bertemu Lanni yang merupakan juniornya di kampus. Ramon memacari Lanni lalu menikahinya.
Tini yang merasa kecolongan pun hampir mengakhiri hidupnya saat mendengar Ramon menikahi gadis lain di Jakarta. Beruntung perbuatannya diketahui warga dan Tini pun harus menerima tamparan keras di wajahnya. Selain itu Rusminah juga mengatakan sesuatu yang membuat Tini sadar.
" Sampai kapan pun Aku ga akan pernah merestui pernikahan Kamu dan Ramon walau pun Kamu menggunakan cara kotor sekali pun...," kata Rusminah sambil menatap Tini dengan tatapan marah.
" Kenapa Mak ?. Apa kekurangan Saya hingga Saya ga pantas mendampingi Mas Ramon...?" tanya Tini sambil menangis.
" Karena Aku menganggap Kamu anakku dan itu artinya Ramon dan Ramzi adalah Kakakmu. Jadi mana mungkin Aku mengijinkan Kalian menikahi satu sama lain. Aku lebih baik mati daripada melihat Kalian menikah...!" kata Rusminah lantang.
Mendengar ucapan Rusminah membuat Tini terkejut. Ia bersimpuh di hadapan Rusminah sambil menangis dan memohon maaf. Rusminah pun memaafkan Tini lalu memeluknya erat.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Marisa Ria
sebenernya gpp, kan anak angkat
2022-12-18
2
May Yadi
aku penasaran sama Zada
2022-11-22
0
Ganuwa Gunawan
mas Daud jgain Tini
takut khilaf liat bang Ramon
2022-11-19
1