Cinta Anak Kompleks
Namanya Cefixime Xaviera Salim, Cefixime? Iya. Namanya memang antibiotik yang selalu kalian liat namanya di bungkus obat yang diberikan oleh dokter di rumah sakit.
Lucu? Bagi Cefi tentu saja tidak. Lihatlah bagaimana dia meledak-ledak, berlari dari depan rumahnya masuk ke dalam rumah tanpa memberikan salam dan justru ...
Brakkk!
Cefi membanting tasnya dengan kekesalan tingkat dewa setelah masuk ke dalam rumah, tepat di depan pintu. Seragam SMA-nya sudah sangat berantakan dan terlihat kekanak-kanakan di usianya yang 19tahun.
Iya, meski cantik, dia tidak sepintar teman-temannya, dia bahkan pernah tidak naik kelas satu kali karena kebebalan dan kemalasannya untuk datang ke sekolah. Kini dia kelas 12, usianya paling tua satu angkatan, ah tidak, maksudnya usianya masuk ke dalam jajaran teman laki-lakinya yang tidak naik kelas karena terlibat tawuran.
Cefi melihat ayahnya, Wijaja Salim, yang ternyata sedang duduk di sofa ruang tamu dengan ponsel yang ada di tangan.
"Astagfirullah, Nak? Kenapa lagi? Sini duduk dulu sama papa." Tanya sang ayah sambil menepuk-nepuk sofa di sebelah beliau.
Beliau tidak terlalu terkejut dengan tingkah putrinya yang meledak-ledak. Beliau bahkan sepertinya tahu apa yang terjadi kepada anaknya tersebut, karena alasan anaknya selalu marah-marah selalu sama.
"Pah, aku mau papa sewa mobil buldoser sekarang juga! Pokoknya sekarang jugaaaa!" Ucap Cefi sambil menghempaskan bokongnya di atas sofa tepat di samping ayahnya dan melipat tangan di dada menunjukkan kekesalannya kepada ayahnya.
Meski bandel, Cefi memang anak yang penurut pada orang tua. Jadi, diminta untuk duduk, ya dia akan duduk.
"Anak papa kenapa sih? Sewa mobil buldoser buat apa?" Tanya Pak Wijaja dengan lembut mencoba menenangkan anaknya.
Cefi mengubah posisinya dan menatap ayahnya dengan berapi-api.
"Buat ancurin rumah tetangga yang ada di depan rumah!" kata Cefi sambil menunjuk-nunjuk rumah yang ada di depan rumahnya.
"Astaghfirullah al-azim, Nak."
"Cepetan telepon mobil buldoser, Pa! Biar rumah itu cepet hancur sama penghuni-penghuninyaaa..."
"Astaghfirullah, Sayang. Kalau kita masuk penjara gimana?"
"Ya, kita tinggal bilang sama polisi kalau kita udah diusik. Putri papa ini udah dilecehkan, Pa. Masa papa mau diem aja? Papa nggak sayang ya sama aku?" Cefi pun menangis setelah mengucapkan kalimat itu.
pak Wijaja terkejut setengah mati, beliau langsung menatap anaknya yang kini tengah menangis. "Siapa yang melecehkan kamu? Antar papa sekarang juga!"
Kali ini giliran Pak Wijaja yang bangkit dan menarik tangan anaknya.
"Baron?" Tanya Pak Wijaja.
Cefi menganggukkan kepalanya.
Cefi terdiam sebentar, dia bingung harus berbuat apa. Ibunya Cefi yang mendengar suara keributan pun langsung bergabung dengan anak dan suaminya.
"Ada apa si, Pa?" Tanya Ibu Larasati, ibu dari Cefi. Beliau bertanya dengan penuh rasa khawatir.
"Ini, Ma. Anak kita dilecehkan. Papa nggak terima!" Kata Pak Wijaja dengan berapi-api.
Kini giliran Cefi yang terdiam, dia sedikit merasa ada yang salah dengan apa yang terjadi. Namun, dia juga bingung di mana kesalahannya. Yang dia tahu dia memang sedang marah gara-gara Baron, tetangganya yang merupakan musuh bebuyutannya.
Baron Xavier Halim. Tetangga Cefi yang sudah tinggal di depan rumahnya sejak usia Cefi satu tahun. Usia Baron kini 22 tahun, semester 7, jurusan pendidikan matematika di salah satu universitas terbaik di Jakarta.
Sesampainya di depan rumah keluarga Halim, ayah dari Cefi langsung menekan bel rumah tersebut beberapa kali hingga seseorang membuka gerbang rumah tersebut.
Orang tersebut adalah ayah dari Baron, namanya Pradana Halim.
"Ada apa, Pak Wijaja?" Tanya Pak Pradana.
"Saya datang mau minta tanggung jawab anak kamu. Di mana Baron?"
"Lebih baik masuk dulu, Pak. Kita bicarakan baik-baik di dalam."
"Nggak usah, Pak. Saya ingin menyelesaikan di sini saja."
"Tapi banyak orang berdatangan, Pak."
Mendengar suara ribut-ribut memang membuat semua warga Kompleks keluar rumah dan penasaran dengan apa yang terjadi.
"Biarkan saja. Biar semua orang tau kalau anak bapak udah melecehkan anak saya!"
"Astagfirullah, nggak mungkin anak saya melecehkan Xaviera."
"Xaviera sendiri yang bilang pada saya, Pak. Dia bilang kalau dia dilecehkan sama Baron. Di mana Baron?! Di mana?"
Pak Pradana melihat istrinya yang bernama Anesia datang, "Ma, tolong panggilkan Baron, Ma!"
Tanpa menunggu perintah dua kali, Ibu Anes pun langsung berlari menuju ke dalam rumah, "Barooon! Barooon!" Seru Anes.
Di luar rumah, tetangga kompleks sudah keluar dan mencoba mencari tahu mengenai apa yang terjadi. Cefi masih di tempat, dia masih ingin melihat Baron dimarahi.
Tak lama kemudian, Baron pun keluar.
"Nah, ini dia anaknya. Baron! Kamu harus tanggung jawab sama anak saya. Selama ini saya sabar sama kamu tapi kali ini saya gak bisa sabar lagi!" Seru Pak Wijaja.
"Pak, sabar dulu, Pak. Kita bicarakan baik-baik." Ayah dari Baron terus menengahi.
Baron melirik Cefi, dia merasa bingung dengan apa yang terjadi namun Cefi langsung membuang muka ke arah lain. Rasanya dia tidak sudi melihat ke arah Baron.
"Maaf, Om. Tanggung jawab kenapa ya?" Baron terlihat bingung.
"Kamu telah melecehkan anak saya! Anak saya tadi datang menangis dan ingin menyewa buldoser buat hancurin rumah kalian karena kamu sudah mecelehkan dia!" seru Pak Wijaja masih berapi-api.
"Sabar, Pa. Sabar." Ibunya Cefi mencoba menenangkan suaminya.
"Nggak bisa, Bu. Saya gak terima anak kita dilecehkan sama Baron!" Seru Pak Wijaja.
Baron terkejut setengah mati mendengar tuduhan kalau dia telah melecehkan Cefi.
"Maaf ya, Om, Tante. Ini bukannya saya nggak sopan tapi kayaknya ada salah paham. Saya nggak pernah sekalipun melecehkan si Antibiotik, maksud saya Xaviera. Menyentuh dia aja saya nggak pernah, Om. Sumpah demi apapun Om, Tante."
"Tapi anak saya bilang kalau dia sudah dilecehkan oleh kamu. Jangan bohong kamu. Anak saya itu walaupun bodoh tapi dia anak yang jujur, nggak pernah bohong."
Baron kesal sekali kepada Cefi atas tuduhan itu, dia pun menatap Cefi, Cefi langsung mengalihkan pandangan ke arah lain, "Heh, Antibiotik! Lo ngomong apaan sama bokap lo?"
"Ya, gue jujurlah kalau lo udah melecehkan gue."
"Tuhkan! Anak saya pasti jujur!" Seru ayahnya Cefi. Ibunya Cefi hanya bisa mengusap lengan suaminya untuk menenangkan.
Baron menatap Cefi, "Astaga, fitnah lo! Sekarang gue tanya, kalau gue udah melecehkan lo, bagian mana yang gue sentuh?"
"Sentuh?"
"Iya! Gue gre.pe-gre.pe lo bagian mana?"
"Gre.pe-gre.pe?"
"Iyaa gue megang badan lo gak? Pegang dada lo atau alat- ..."
"Hus!" Ayahnya Baron mengingatkan sebelum anaknya menyebutkan sesuatu yang sangat tabu.
"Pegang gak? Gue nyentuh lo aja ogah ya, gimana mungkin gue perkosa lo?" Baron melanjutkan sambil bertanya dengan kekesalan yang memuncak kepada Cefi. Bisa-bisanya Cefi menuduh dia melakukan pelecehan.
"Ih, gue nggak bilang kalau lo perkosa gue. Gue cuma bilang kalau lo udah melecehkan gue!" Seru Cefi yang juga merasa kesal dengan Baron yang memarahinya.
"Trus lo ngapain bilang ke bokap lo kalau lo dilecehin sama gue, Antibiotik!" Seru Baron kesal setengah mati.
"Kan lo emang melecehkan gue. Sekarang aja lo lagi melecehkan gue. Lo manggil gue pake antibiotik-antibiotik."
"Itu namanya bukan melecehkan tapi ngatain! Astaghfirullah, bisa mati muda gue kalo deket lo."
Cefi langsung mengambil ponselnya dan membuka aplikasi KBBI, dan menuliskan kata 'melecehkan'. Cefi memberikan ponselnya kepada Baron. Ayah Cefi dan Ayah Baron langsung ikut melihat apa yang diperlihatkan oleh Cefi.
"Melecehkan artinya memandang rendah, menghina, menista. Itu artinya lo udah melecehkan gue! Karena lo selama ini udah ngata-ngatain gue, udah- ..." Belum selesai Cefi mengucapkan sesuatu, Ayahnya Cefi langsung membawa anaknya pulang ke rumah.
Pak Wijaja benar-benar merasa malu dengan apa yang terjadi, apalagi beliau sudah marah-marah di depan Keluarga Halim dan juga warga kompleks. Ntah harus diletakkan di mana wajahnya untuk disembunyikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
efvi ulyaniek
lucu nih kayanya
2024-10-11
0
aNDiaNa
bab 1. lutju 😍
2023-01-24
0
Sartini Ridwan
kak UPI aku mampir,nie setelah sekian lama menghilang hehe,ka UPI aku padamu pokok nya🥰🥰🥰
2022-12-27
0