Cefi pulang ke rumahnya dengan diantar oleh Baron. Baron mengatakan ada urusan yang harus dibereskan sehingga dia harus pergi dulu dan akan kembali nanti. "Gue tinggal sebentar gakpapa ya?"
"Iya, nggakpapa. Gue juga mau ketemu keluarga gue dulu di rumah." Kata Cefi.
Baron menganggukkan kepalanya. Kemudian, Cefi masuk ke dalam rumah. Semua orang sudah pergi. Tinggal Om Soni, Tante Sonya, dan juga Andrea anak mereka yang seumuran dengan Cefi. Andrea dan Cefi tidak pernah dekat itulah sebabnya Andrea tidak menempeli Cefi sejak tadi.
"Nak, duduk dulu." Kata Om Soni.
Cefi pun menurut. Dia tidak membantah apapun, dia seperti anak yang kehilangan arah meski pikirannya masih waras.
"Begini, Nak. Tadi petugas asuransi datang ke rumah dan bilang kalau kedua orang tua kamu punya asuransi. Om akan bantu untuk mengklaim asuransi tersebut." Kata Om Soni.
Cefi menghela napas. Om dan tantenya ini memang sangat gila harta. Bagaimana mungkin om-nya mengatakan hal itu sekarang.
"Bukannya Om gak tau waktu, Nak. Om cuma mau bantu kamu. Lagian satu-satunya keluarga kamu ya keluarga om." Ucap Om Soni.
Cefi mengakui kalau ibunya sudah tidak memiliki keluarga. Mamanya anak tunggal dan kedua orang tua mama sudah lama meninggal dunia. Sedangkan ayahnya memiliki satu adik kandung, yakni Om Soni. Namun, kedua orang tua ayahnya juga sudah meninggal dunia. Benar yang dikatakan oleh om-nya tersebut kalau satu-satunya keluarga yang Cefi punya hanyalah Keluarga Om Soni.
"Terserah Om aja. Aku ikut aja." Kata Cefi.
"Baguslah kalau begitu. Gimana kalau kamu ikut pulang ke Rumah Om? Jual saja rumah ini dan tinggallah di rumah Om." Kata Om Soni.
"Astaghfirullah, Om. Mama sama papa baru aja meninggal tapi om udah mau jual rumah ini?" Tanya Cefi kesal setengah mati.
"Menurut Om itu lebih baik dari pada kamu berada di sini sendiri." Kata Om Soni.
"Enggak, Om. Aku lebih baik di sini aja." Kata Cefi.
"Uang penjualannya bisa buat biaya sehari-hari kamu. Nanti Om yang simpan agar aman!" seru Om Soni.
Cefi berdecak pelan, "Ck, orang gila."
Cefi meninggalkan Om-nya. Baik Tante Sonya maupun Andrea tidak ada yang mengejar Cefi. Cefi pun menangis di kamarnya. Belum genap kesedihannya, Om-nya justru mengatakan hal seperti itu.
***
Sayup-sayup Cefi mendengar suara ribut-ribut di bawah. Cefi pun membuka mata, akibat kebanyakan menangis membuat matanya bengkak. Banyak sekali yang Cefi pikirkan. Dia bingung sendirian. Dia ditinggal tanpa ada persiapan apa-apa. Cefi juga tidak mengerti apapun. Untungnya prosesi pemakaman ayahnya Cefi diurus oleh Keluarga Baron. Cefi sangat merasa berutang budi pada keluarga itu. Ntah apa yang terjadi kalau Keluarga Baron tidak membantunya. Om dan Tantenya tentu tidak akan mau direpotkan oleh hal-hal semacam ini.
"Saya tidak terima! Gimana mungkin keponakan saya udah nikah? Kita keluarganya saja tidak ada yang tau." Ucap Om Soni.
Cefi yang mendengar itu pun terbangun, terkejut mendengar ada ribut-ribut. Kemudian, Cefi pun langsung berjalan turun ke bawah untuk mencari tahu mengenai apa yang terjadi. Kepalanya sudah sangat pusing. Mendengar keributan semakin membuatnya sakit kepala.
Cefi mendengar kalau suara teriakan Omnya semakin lantang.
"Maaf, Mas Soni. Jangan emosi dulu. Saya hanya ingin memberitahukan hal ini agar anda tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan Xaviera. Xaviera sudah memiliki suami dan suaminyalah yang akan menjaganya." Kata Pak Pradana. Beliau memang sosok pria paling sabar yang pernah Cefi temui. Cefi tau kalau tujuan ayah mertuanya itu baik.
"Tidak! Pernikahan itu tidak sah! Kalian pasti hanya memanfaatkan momen untuk menguasai harta keluarga ini kan?" Tuduh Om Soni.
"Mas Soni sepertinya sudah keterlaluan. Saya tidak pernah sama sekali bermaksud untuk menguasai apapun. Harta peninggalan kedua orang tuanya Xaviera akan tetap tetap milik Xaviera. Saya sama sekali tidak memusingkan soal itu. Saya hanya ingin Mas Soni tidak membawa Xaviera pergi karena dia masih dalam kondisi berduka dan dia juga sudah memiliki suami." Kata Pak Pradana.
"Tidak bisa. Xaviera tetap akan saya bawa pergi. Dia harus ikut dengan saya. Saya akan jauhkan dia dari orang-orang seperti kalian!" Ucap Om Soni.
Cefi memijit kepalanya yang sangat pusing. Om-nya benar-benar sudah tidak waras.
"Cukup, Om Soni! Om sudah keterlaluan sama Om Pradana. Aku mohon. Kalau kedatangan Om Soni cuma mau marah-marah di rumah ini lebih baik Om Soni pulang aja." Kata Cefi. Cefi sungguh sangat lelah.
"Oh, begini sikap kamu sama Om, Xaviera?" Tanya Om Soni.
"Maaf, Om. Maaf kalau aku sakitin hati Om. Tapi benar kata Om Pradana. Aku sudah menikah. Aku juga nggak mau ikut Om." Kata Cefi.
"Nak, kamu pasti dihipnotis sama mereka. Mereka cuma kuasain harga orang tua kamu. Om nggak bisa tinggal diam." Kata Om Soni. Menahan amarahnya.
"CUKUP, OM! AKU MOHON CUKUP! LEBIH BAIK OM PERGI AJA. PERGI!" Usir Cefi.
"Kamu berani usir, Om?" Tanya Om Soni dengan raut wajah bengisnya menghampiri Cefi sambil mengacungkan tangannya hendak menampar pipi Cefi.
Cefi menatap Om Soni tanpa rasa takut sedikit pun. Tiba-tiba seseorang sudah ada di depan Cefi, "Saya tidak akan membiarkan anda menyentuhnya Om." Kata Baron.
Andrea di tempatnya membeku. Dia sangat mengenal siapa Baron. Baron adalah kakak kelas di kampusnya. Orang yang dia sukai sejak lama. Bagaimana mungkin Baron justru menikah dengan Cefi?
"Siapa kamu?" Tanya Om Soni.
"Nama saya Baron. Suami Xaviera." Ucap Baron.
"Brengsek!" Seru Om Soni yang hendak memukul Baron namun Baron lebih cepat tanggap dia bisa menampik tangan Om Soni.
"Maaf, Om. Ini pertemuan pertama kita tapi sepertinya first impression om terhadap saya harus buruk. Seperti yang istri saya katakan, lebih baik Om pergi dari sini. Mendinginkan pikiran sepertinya sangat diperlukan untuk Om." Kata Baron sambil melepaskan tangan Om Soni.
"Ayo, Pa. Kita pergi saja." Kata Tante Sonya.
"Dengar kata-kata Om, Xaviera. Om akan balas perbuatan kamu ini. Kamu sudah mempermalukan Om, jadi jangan sekali-sekali datang ke Rumah Om kalau ada apa-apa." Kata Om Soni.
"Oh, tenang, Om. Saya bisa mematikan kalau Omlah yang akan mengemis maaf kalau sampai melakukan sesuatu yang buruk pada Xaviera." Kata Baron.
Om Soni, Tante Sonya, dan Andrea pun pergi meninggalkan rumah Cefi. Cefi pun terjatuh ke lantai. Dia merasa bersalah kepada kedua orang tuanya karena belum kering tanah kuburan itu sudah terjadi keributan di dalam rumah. Dia juga tidak enak pada Keluarga Baron yang sudah dituduh tidak-tidak oleh omnya sendiri.
"Lo nggakpapa?" Tanya Baron yang langsung berjongkok di hadapan Cefi. Cefi menangis.
Pak Pradana dan Ibu Anes segera menghampiri Cefi, "Om, Tante, maafkan Om Soni. Dia memang seperti itu. Menyebalkan, gila harta, dan suka marah-marah." Kata Cefi kepada kedua orang tua Baron.
"Iya, Nak. Nggakpapa. Nggak usah dipikirin. Sekarang kamu istirahat ya?" Kata Pak Pradana.
"Makasih ya, Om." Kata Cefi.
"Panggil Papa aja ya. Sekarang kan kamu benar-benar jadi anak papa sama seperti Baron." Kata Pak Pradana.
Tiba-tiba Cefi menangis. Dia jadi teringat pada ayahnya. Baron dan kedua orang tuanya pun panik.
"Kamu kenapa, Nak?" Tanya Pak Pradana.
"Aku ingat papa." Kata Cefi. "Om, eh, Papa boleh peluk gak?" Kata Cefi.
"Boleh, Nak. Boleh." Kata Pak Pradana yang langsung memeluk Cefi dan mengucapkan terima kasih.
Setelah memeluk Pak Pradana, Cefi menatap ibu mertuanya. Dia bingung apakah dia juga boleh memanggilnya Mama atau masih Tante. Ibu Anes tersenyum.
"Tante ..." panggil Cefi.
"Mama, Sayang, bukan Tante lagi." Kata Ibu Anes yang memeluk Cefi. Cefi pun menangis lagi di pelukan Ibu Anes sambil mengucap terima kasih.
Setelah selesai, Cefi melirik Baron.
"Apa? Gue nggak mau pelukan." Kata Baron.
"Astaghfirullah siapa juga yang mau pelukan sama lo, hih!" kata Cefi.
Pak Pradana dan Ibu Anes pun tertawa melihat pasangan suami istri yang tidak ada akur-akurnya itu. Padahal mereka mengira kalau keduanya sudah akur setelah menikah, namun sepertinya hal itu sedikit sulit terjadi.
"Kalian makan dulu ya. Kalian belum makan dari kemarin sore." Kata Ibu Anes kepada Cefi dan Baron.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
💙 Ɯιʅԃα 🦅™ 📴
Semangat thor... lanjut
2022-11-24
1
˚₊· ͟͟͞͞➳❥𝖚𝖓𝖚𝖓𝖌1723༆•❤꧂
di dunia halus maupun nyata, akan selalu ada orang seperti om soni
2022-11-23
0
Sri
Huuuh, benar2 gila yaa om soni, gak habis pikir sama jalan pikirannya 🤦🏻♀️🤦🏻♀️
2022-11-23
0