BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan

Cefi pulang ke rumahnya dengan diantar oleh Baron. Baron mengatakan ada urusan yang harus dibereskan sehingga dia harus pergi dulu dan akan kembali nanti. "Gue tinggal sebentar gakpapa ya?"

"Iya, nggakpapa. Gue juga mau ketemu keluarga gue dulu di rumah." Kata Cefi.

Baron menganggukkan kepalanya. Kemudian, Cefi masuk ke dalam rumah. Semua orang sudah pergi. Tinggal Om Soni, Tante Sonya, dan juga Andrea anak mereka yang seumuran dengan Cefi. Andrea dan Cefi tidak pernah dekat itulah sebabnya Andrea tidak menempeli Cefi sejak tadi.

"Nak, duduk dulu." Kata Om Soni.

Cefi pun menurut. Dia tidak membantah apapun, dia seperti anak yang kehilangan arah meski pikirannya masih waras.

"Begini, Nak. Tadi petugas asuransi datang ke rumah dan bilang kalau kedua orang tua kamu punya asuransi. Om akan bantu untuk mengklaim asuransi tersebut." Kata Om Soni.

Cefi menghela napas. Om dan tantenya ini memang sangat gila harta. Bagaimana mungkin om-nya mengatakan hal itu sekarang.

"Bukannya Om gak tau waktu, Nak. Om cuma mau bantu kamu. Lagian satu-satunya keluarga kamu ya keluarga om." Ucap Om Soni.

Cefi mengakui kalau ibunya sudah tidak memiliki keluarga. Mamanya anak tunggal dan kedua orang tua mama sudah lama meninggal dunia. Sedangkan ayahnya memiliki satu adik kandung, yakni Om Soni. Namun, kedua orang tua ayahnya juga sudah meninggal dunia. Benar yang dikatakan oleh om-nya tersebut kalau satu-satunya keluarga yang Cefi punya hanyalah Keluarga Om Soni.

"Terserah Om aja. Aku ikut aja." Kata Cefi.

"Baguslah kalau begitu. Gimana kalau kamu ikut pulang ke Rumah Om? Jual saja rumah ini dan tinggallah di rumah Om." Kata Om Soni.

"Astaghfirullah, Om. Mama sama papa baru aja meninggal tapi om udah mau jual rumah ini?" Tanya Cefi kesal setengah mati.

"Menurut Om itu lebih baik dari pada kamu berada di sini sendiri." Kata Om Soni.

"Enggak, Om. Aku lebih baik di sini aja." Kata Cefi.

"Uang penjualannya bisa buat biaya sehari-hari kamu. Nanti Om yang simpan agar aman!" seru Om Soni.

Cefi berdecak pelan, "Ck, orang gila."

Cefi meninggalkan Om-nya. Baik Tante Sonya maupun Andrea tidak ada yang mengejar Cefi. Cefi pun menangis di kamarnya. Belum genap kesedihannya, Om-nya justru mengatakan hal seperti itu.

***

Sayup-sayup Cefi mendengar suara ribut-ribut di bawah. Cefi pun membuka mata, akibat kebanyakan menangis membuat matanya bengkak. Banyak sekali yang Cefi pikirkan. Dia bingung sendirian. Dia ditinggal tanpa ada persiapan apa-apa. Cefi juga tidak mengerti apapun. Untungnya prosesi pemakaman ayahnya Cefi diurus oleh Keluarga Baron. Cefi sangat merasa berutang budi pada keluarga itu. Ntah apa yang terjadi kalau Keluarga Baron tidak membantunya. Om dan Tantenya tentu tidak akan mau direpotkan oleh hal-hal semacam ini.

"Saya tidak terima! Gimana mungkin keponakan saya udah nikah? Kita keluarganya saja tidak ada yang tau." Ucap Om Soni.

Cefi yang mendengar itu pun terbangun, terkejut mendengar ada ribut-ribut. Kemudian, Cefi pun langsung berjalan turun ke bawah untuk mencari tahu mengenai apa yang terjadi. Kepalanya sudah sangat pusing. Mendengar keributan semakin membuatnya sakit kepala.

Cefi mendengar kalau suara teriakan Omnya semakin lantang.

"Maaf, Mas Soni. Jangan emosi dulu. Saya hanya ingin memberitahukan hal ini agar anda tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan Xaviera. Xaviera sudah memiliki suami dan suaminyalah yang akan menjaganya." Kata Pak Pradana. Beliau memang sosok pria paling sabar yang pernah Cefi temui. Cefi tau kalau tujuan ayah mertuanya itu baik.

"Tidak! Pernikahan itu tidak sah! Kalian pasti hanya memanfaatkan momen untuk menguasai harta keluarga ini kan?" Tuduh Om Soni.

"Mas Soni sepertinya sudah keterlaluan. Saya tidak pernah sama sekali bermaksud untuk menguasai apapun. Harta peninggalan kedua orang tuanya Xaviera akan tetap tetap milik Xaviera. Saya sama sekali tidak memusingkan soal itu. Saya hanya ingin Mas Soni tidak membawa Xaviera pergi karena dia masih dalam kondisi berduka dan dia juga sudah memiliki suami." Kata Pak Pradana.

"Tidak bisa. Xaviera tetap akan saya bawa pergi. Dia harus ikut dengan saya. Saya akan jauhkan dia dari orang-orang seperti kalian!" Ucap Om Soni.

Cefi memijit kepalanya yang sangat pusing. Om-nya benar-benar sudah tidak waras.

"Cukup, Om Soni! Om sudah keterlaluan sama Om Pradana. Aku mohon. Kalau kedatangan Om Soni cuma mau marah-marah di rumah ini lebih baik Om Soni pulang aja." Kata Cefi. Cefi sungguh sangat lelah.

"Oh, begini sikap kamu sama Om, Xaviera?" Tanya Om Soni.

"Maaf, Om. Maaf kalau aku sakitin hati Om. Tapi benar kata Om Pradana. Aku sudah menikah. Aku juga nggak mau ikut Om." Kata Cefi.

"Nak, kamu pasti dihipnotis sama mereka. Mereka cuma kuasain harga orang tua kamu. Om nggak bisa tinggal diam." Kata Om Soni. Menahan amarahnya.

"CUKUP, OM! AKU MOHON CUKUP! LEBIH BAIK OM PERGI AJA. PERGI!" Usir Cefi.

"Kamu berani usir, Om?" Tanya Om Soni dengan raut wajah bengisnya menghampiri Cefi sambil mengacungkan tangannya hendak menampar pipi Cefi.

Cefi menatap Om Soni tanpa rasa takut sedikit pun. Tiba-tiba seseorang sudah ada di depan Cefi, "Saya tidak akan membiarkan anda menyentuhnya Om." Kata Baron.

Andrea di tempatnya membeku. Dia sangat mengenal siapa Baron. Baron adalah kakak kelas di kampusnya. Orang yang dia sukai sejak lama. Bagaimana mungkin Baron justru menikah dengan Cefi?

"Siapa kamu?" Tanya Om Soni.

"Nama saya Baron. Suami Xaviera." Ucap Baron.

"Brengsek!" Seru Om Soni yang hendak memukul Baron namun Baron lebih cepat tanggap dia bisa menampik tangan Om Soni.

"Maaf, Om. Ini pertemuan pertama kita tapi sepertinya first impression om terhadap saya harus buruk. Seperti yang istri saya katakan, lebih baik Om pergi dari sini. Mendinginkan pikiran sepertinya sangat diperlukan untuk Om." Kata Baron sambil melepaskan tangan Om Soni.

"Ayo, Pa. Kita pergi saja." Kata Tante Sonya.

"Dengar kata-kata Om, Xaviera. Om akan balas perbuatan kamu ini. Kamu sudah mempermalukan Om, jadi jangan sekali-sekali datang ke Rumah Om kalau ada apa-apa." Kata Om Soni.

"Oh, tenang, Om. Saya bisa mematikan kalau Omlah yang akan mengemis maaf kalau sampai melakukan sesuatu yang buruk pada Xaviera." Kata Baron.

Om Soni, Tante Sonya, dan Andrea pun pergi meninggalkan rumah Cefi. Cefi pun terjatuh ke lantai. Dia merasa bersalah kepada kedua orang tuanya karena belum kering tanah kuburan itu sudah terjadi keributan di dalam rumah. Dia juga tidak enak pada Keluarga Baron yang sudah dituduh tidak-tidak oleh omnya sendiri.

"Lo nggakpapa?" Tanya Baron yang langsung berjongkok di hadapan Cefi. Cefi menangis.

Pak Pradana dan Ibu Anes segera menghampiri Cefi, "Om, Tante, maafkan Om Soni. Dia memang seperti itu. Menyebalkan, gila harta, dan suka marah-marah." Kata Cefi kepada kedua orang tua Baron.

"Iya, Nak. Nggakpapa. Nggak usah dipikirin. Sekarang kamu istirahat ya?" Kata Pak Pradana.

"Makasih ya, Om." Kata Cefi.

"Panggil Papa aja ya. Sekarang kan kamu benar-benar jadi anak papa sama seperti Baron." Kata Pak Pradana.

Tiba-tiba Cefi menangis. Dia jadi teringat pada ayahnya. Baron dan kedua orang tuanya pun panik.

"Kamu kenapa, Nak?" Tanya Pak Pradana.

"Aku ingat papa." Kata Cefi. "Om, eh, Papa boleh peluk gak?" Kata Cefi.

"Boleh, Nak. Boleh." Kata Pak Pradana yang langsung memeluk Cefi dan mengucapkan terima kasih.

Setelah memeluk Pak Pradana, Cefi menatap ibu mertuanya. Dia bingung apakah dia juga boleh memanggilnya Mama atau masih Tante. Ibu Anes tersenyum.

"Tante ..." panggil Cefi.

"Mama, Sayang, bukan Tante lagi." Kata Ibu Anes yang memeluk Cefi. Cefi pun menangis lagi di pelukan Ibu Anes sambil mengucap terima kasih.

Setelah selesai, Cefi melirik Baron.

"Apa? Gue nggak mau pelukan." Kata Baron.

"Astaghfirullah siapa juga yang mau pelukan sama lo, hih!" kata Cefi.

Pak Pradana dan Ibu Anes pun tertawa melihat pasangan suami istri yang tidak ada akur-akurnya itu. Padahal mereka mengira kalau keduanya sudah akur setelah menikah, namun sepertinya hal itu sedikit sulit terjadi.

"Kalian makan dulu ya. Kalian belum makan dari kemarin sore." Kata Ibu Anes kepada Cefi dan Baron.

Terpopuler

Comments

💙 Ɯιʅԃα 🦅™ 📴

💙 Ɯιʅԃα 🦅™ 📴

Semangat thor... lanjut

2022-11-24

1

˚₊· ͟͟͞͞➳❥𝖚𝖓𝖚𝖓𝖌1723༆•❤꧂

˚₊· ͟͟͞͞➳❥𝖚𝖓𝖚𝖓𝖌1723༆•❤꧂

di dunia halus maupun nyata, akan selalu ada orang seperti om soni

2022-11-23

0

Sri

Sri

Huuuh, benar2 gila yaa om soni, gak habis pikir sama jalan pikirannya 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

2022-11-23

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Awal
2 BAB 2 - Gosip Terbaru
3 BAB 3 - Pengganggu
4 BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5 BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6 BAB 6 - Haus Pengakuan
7 BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8 BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9 BAB 9 - Perjanjian
10 BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11 BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12 BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13 BAB 13 - Mendadak Demam
14 BAB 14 - Kabar Buruk
15 BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16 BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17 BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18 BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19 BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20 BAB 20 - Minta Duit
21 BAB 21 - Suara Pecahan
22 BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23 BAB 23 - Film Dewasa
24 BAB 24 - Kehebohan
25 BAB 25 - Sakit Hati
26 BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27 BAB 27 - Baikan?
28 BAB 28 - Ketahuan
29 BAB 29 - Baron-Sai
30 BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31 BAB 31 - Permintaan Maaf
32 BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33 BAB 33 - Menghapus Kotoran
34 BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35 BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36 BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37 BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38 BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39 BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40 BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41 BAB 41 - Kabar Gembira
42 BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43 BAB 43 - Masih Berhubungan?
44 BAB 44 - Coklat
45 BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46 BAB 46 - Berbaikan
47 BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48 BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49 BAB 49 - Uang Hilang
50 BAB 50 - Suami Galak
51 BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52 BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53 BAB 53 - Rayuan Gagal
54 BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55 BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56 BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57 BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58 BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59 BAB 59 - Baron Cemburu
60 BAB 60 - Air Mata Palsu
61 BAB 61 - Pelaku Pencurian
62 BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63 BAB 63 - Survei Asuransi
64 BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65 BAB 65 - Mau Bicara
66 BAB 66 - Jambak-Jambakan
67 BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68 BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69 BAB 69 - Ada Apa?
70 BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71 BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72 BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73 BAB 73 - Ada yang Berbeda
74 BAB 74 - Setia Kawan
75 BAB 75 - Penjualan Rumah
76 BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77 BAB 77 - Pencarian Riza
78 BAB 78 - Pencarian Andrea
79 BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80 BAB 80 - Penangkapan
81 BAB 81 - Tamparan Keras
82 BAB 82 - Tanda-Tanda
83 BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84 BAB 84 - Hasil Pergulatan
85 BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86 BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87 BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88 BAB 88 - Ujian Terakhir
89 BAB 89 - Telepon dari Baron
90 BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91 BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92 BAB 92 - Wisuda Baron
93 BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94 BAB 94 - Ketenangan Batin
95 BAB 95 - Kenyataan Pahit
96 BAB 96 - Buah Hati
97 BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98 BAB 98 - Penguntit
99 BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)
Episodes

Updated 99 Episodes

1
BAB 1 - Awal
2
BAB 2 - Gosip Terbaru
3
BAB 3 - Pengganggu
4
BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5
BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6
BAB 6 - Haus Pengakuan
7
BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8
BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9
BAB 9 - Perjanjian
10
BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11
BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12
BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13
BAB 13 - Mendadak Demam
14
BAB 14 - Kabar Buruk
15
BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16
BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17
BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18
BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19
BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20
BAB 20 - Minta Duit
21
BAB 21 - Suara Pecahan
22
BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23
BAB 23 - Film Dewasa
24
BAB 24 - Kehebohan
25
BAB 25 - Sakit Hati
26
BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27
BAB 27 - Baikan?
28
BAB 28 - Ketahuan
29
BAB 29 - Baron-Sai
30
BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31
BAB 31 - Permintaan Maaf
32
BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33
BAB 33 - Menghapus Kotoran
34
BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35
BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36
BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37
BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38
BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39
BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40
BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41
BAB 41 - Kabar Gembira
42
BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43
BAB 43 - Masih Berhubungan?
44
BAB 44 - Coklat
45
BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46
BAB 46 - Berbaikan
47
BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48
BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49
BAB 49 - Uang Hilang
50
BAB 50 - Suami Galak
51
BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52
BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53
BAB 53 - Rayuan Gagal
54
BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55
BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56
BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57
BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58
BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59
BAB 59 - Baron Cemburu
60
BAB 60 - Air Mata Palsu
61
BAB 61 - Pelaku Pencurian
62
BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63
BAB 63 - Survei Asuransi
64
BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65
BAB 65 - Mau Bicara
66
BAB 66 - Jambak-Jambakan
67
BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68
BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69
BAB 69 - Ada Apa?
70
BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71
BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72
BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73
BAB 73 - Ada yang Berbeda
74
BAB 74 - Setia Kawan
75
BAB 75 - Penjualan Rumah
76
BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77
BAB 77 - Pencarian Riza
78
BAB 78 - Pencarian Andrea
79
BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80
BAB 80 - Penangkapan
81
BAB 81 - Tamparan Keras
82
BAB 82 - Tanda-Tanda
83
BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84
BAB 84 - Hasil Pergulatan
85
BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86
BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87
BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88
BAB 88 - Ujian Terakhir
89
BAB 89 - Telepon dari Baron
90
BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91
BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92
BAB 92 - Wisuda Baron
93
BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94
BAB 94 - Ketenangan Batin
95
BAB 95 - Kenyataan Pahit
96
BAB 96 - Buah Hati
97
BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98
BAB 98 - Penguntit
99
BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!