BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS

Cefi berjalan memasuki gerbang. Dadanya masih saja sakit mengingat harusnya dia diantar oleh ayahnya ke sekolah. Meskipun Pak Pradana adalah orang baik dan suka rela mengantarkannya namun tetap saja rasanya lain. Dia sangat merindukan ayah dan ibunya.

"Cefiii!" Seru Dara yang langsung berlari menghampiri Cefi dan memeluk Cefi.

"Haiii!" Seru Cefi.

"Lo udah masuk?" Tanya Dara.

Cefi mencoba terkekeh, "Iyalah. Kalau belum masuk ini siapa dong? Setan?" Tanya Cefi.

"Iyaaa bener juga sih." Kata Dara. "Yuk, ke kelas." Kata Dara.

Belum genap mereka sampai ke kelas. Tiba-tiba ada Daren yang berdiri di depan Cefi dan Dara. Cefi menghela napas, dia memang tidak memegang ponsel sejak kecelakaan kedua orang tuanya. Dia juga tidak terlalu menggilai ponsel. Bahkan, hari ini dia sendiri tidak membawa ponsel karena lupa.

"Lo duluan aja, Dar." Kata Cefi kepada Dara.

Dara pun langsung mengangguk mengerti dan berjalan ke kelas lebih dulu. Cefi menatap Daren. Ntah mengapa dia merasa kecewa pada Daren, karena Daren tidak datang ke rumahnya kemarin untuk memberikan semangat atau apalah itu.

"Sayang, sorry ..." Kata Daren kepada Cefi.

"Lo kemaren ke mana?" Tanya Cefi. "Di saat gue butuh orang di samping gue, lo ke mana?" Sambung Cefi.

Mata Cefi mulai berkaca-kaca lagi.

"Maaf, Sayang. Aku bener-bener gak tau apa yang terjadi sama orang tua kamu dari kemarin. Kamu juga gak bilang sama aku. Jadi, aku baru tau hari ini." Kata Daren. "Maaf ya?"

Cefi menghela napas. Dia memang tidak mengabari Daren, "Iya, aku maafin." Kata Cefi.

Daren pun tersenyum dan langsung hendak memeluk Cefi namun seseorang buru-buru mengacungkan rotan di depan Daren, "Ini sekolah. Cepat kembali ke kelas!" Seru seseorang.

Cefi mendongak dan ternyata di sana ada Baron. Baron memang sudah memakai baju seragam gurunya, setelan biru dongker. Meski hanya guru magang namun sepertinya Baron dan teman-temannya benar-benar harus mencerminkan sikap gurunya yang sesungguhnya.

"Baik, Pak." Jawab Cefi dan Daren.

"Cefi, aku chat kamu ya!" Kata Daren.

Cefi menganggukkan kepalanya. Dia sendiri bahkan lupa kalau ponselnya ketinggalan di rumah. Setelah Daren pergi, Cefi menatap Baron.

"Kenapa sih ganggu gue mulu?" Tanya Cefi pelan. Dia tidak mau semua orang tau kalau dia mengenal Baron.

"Di sini saya guru kamu." Kata Baron.

Cefi seketika langsung menutup mulutnya sendiri sambil terkekeh, "Kamuuu." Katanya.

"Sialan." Kata Baron.

Baron yang tidak mau ditertawakan langsung memutar tubuh Cefi dan mendorong pelan, "Masuk kelas sana!"

Cefi pun langsung berjalan menuju ke kelasnya. Di dalam kelas dia pun langsung disambut oleh teman-temannya yang langsung mengatakan belasungkawa kepada Cefi. Cefi pun hanya bisa mengatakan terima kasih. Ternyata teman-temannya sangat perhatian kepadanya.

Tak lama kemudian bel berbunyi masuk dan Baron masuk ke dalam kelas. Jam pertama sampai ketiganya ada di kelas Cefi. Tiga jam pelajaran dia akan menghadapi murid pertamanya.

Lalu, karena pada pertemuan terakhir kali Cefi mengatakan ketidaksetujuannya kalau Baron yang mengajar matematika akhirnya teman-teman Cefi terlihat biasa saja. Bahkan mengabaikan Baron.

"Ketua kelas, silakan disiapkan!" Pinta Baron.

Ketua kelas diam saja tidak mau menyiapkan.

"Ketua kelas?" Panggil Baron.

"Maaf, Pak. Karena Cefi gak mau bapak ngajar di kelas ini jadi kita gak akan nurutin bapak. Ini namanya solid!" Kata Adam ketua kelas.

"Iya, Pak. Kita gak mau diajarin sama bapak!" Seru Shila.

Semua orang pun langsung membenarkan ucapan ketua kelas. Baron pun langsung menatap Cefi, "Xaviera, apa kamu tidak mau saya mengajar kamu dan teman-teman kamu? Kalau iya, saya bisa memastikan kalau tidak akan ada guru matematika yang masuk ke kelas ini sampai kalian lulus. Ah, maksud saya sampai kalian mengulang kelas 12 kambali." Kata Baron.

"Xaviera?" Tanya teman-teman Cefi. Namun, ketika melihat tatapan Baron yang menuju ke arah Cefi, mereka pun langsung sadar kalau nama Cefi memang ada "Xaviera"-nya.

Semua orang menatap Cefi menunggu persetujuan. Mereka semua memang keras kepala dan solid jadi mereka tetap akan menunggu jawaban Cefi.

Cefi hendak mengatakan tetap tidak mau diajar oleh Baron, namun seketika dia teringat bagaimana Baron membantunya mencari keberadaan orang tuanya kemarin. Dia jadi merasa memiliki hutang budi kepada Baron.

"Bisa menjamin nilai kita diatas 6 gak, Pak?" Tanya Cefi. Gengsi kalau mengatakan mau diajar sama Baron.

"Tentu saja. Kalau kalian nurut sama saya, jangankan diatas 6, di atas 8 aja saya sanggupi." Jawab Baron.

"Udah denger sendiri ya, Guys. Dam, siapin!" Seru Cefi.

Ada pun menganggukkan kepalanya begitu saja, "Bersiap, berdoa dimulai!" Seru Adam.

Setelah berdoa dan juga memberi salam. Baron pun mengabsen nama murid-muridnya satu persatu karena dia mengajar berdasarkan RPP yang telah dia dan teman-temannya buat. Dan tahap awal mengajar memang seperti itu. Dia juga mengabsen agar tahu nama-nama murid-muridnya.

"Kemarin sampai mana belajarnya?" Tanya Baron. Padahal, dia jelas sudah diberitahukan oleh guru pamongnya mengenai materi apa yang harus dia ajarkan kepada murid-muridnya.

"Nggak tau, Pak!" Jawab satu kelas spontas.

"Astaghfirullah." Ucap Baron.

Teman-teman Cefi pun terkekeh mendengar gurunya beristighfar. Baron menghampiri murid di depannya dan meminjam buku tulis muridnya itu. Dia membolak-balik buku itu, kosong. Tidak ada catatan apapun. Dia beralih ke murid sebelahnya juga sama-sama kosong. Dia mengecek lebih dari 5 murid yang duduk di depan yang notabenernya 'otaknya lebih mendingan' namun tetap saja tidak ada yang memiliki catatan apapun.

"Kok saya jadi nyesel ngajar kalian." Kata Baron.

Semua anak-anak kelas pun langsung terkekeh. Cefi yang melihat Baron kebingungan juga hanya bisa menertawakan Baron, "Ck, emang enak. Makan noh ngajar anak IIS!" Desis Cefi.

Baron langsung menanyakan kepada murid-muridnya mengenai rumus. Namun, teman-teman Cefi juga tidak ada yang bisa menjawab. Baron jadi tambah pusing sendiri. Sedangkan Cefi hanya bisa tertawa karena ini termasuk ke dalam hiburan.

"Sekarang saya akan kasih pertanyaan anak SD. Kalau gak bisa jawab juga, kerjakan halaman 10-15 di buku paket. Hei, kamu! Ketua kelas 7x7 berapa?" Tanya Baron.

Teman-teman Cefi langsung diam karena mereka tidak mau ditanya oleh gurunya. Kalau mereka berisik tentu pertanyaan itu akan terlontar padanya.

"Ah? Apa, Pak?" Tanya Adam.

"7x7 berapa?" Tanya Baron dengan wajah frustasi.

Adam melirik ke kanan dan ke kiri. Semua orang sedang sibuk menghitung. Adam menatap jarinya dengan bingung, "Em-empat belas, Pak." Jawab Adam.

"Astaghfirullah. Itu jawaban dari 7x2!" Ucap Baron. Ketimbang mengucapkan sialan, brengsek, dan kata-kata kasar di depan muridnya, dia lebih memilih untuk beristighfar saja. Lumayan tambah pahala.

"Oh, iya, Pak." Jawab Adam.

"Berapa jawabannya?" Tanya Baron.

"Eh, ... 45, Pak." Jawab Adam setelah bertanya pada Cefi.

Baron menggelengkan kepalanya, "Jawabannya 49, silakan kerjakan tugasnya di depan papan tulis!"

Cefi pun langsung terkekeh mendengar jawaban Adam, "Bodoh, bodoh. Gue aja gak bisa ngitung, nanya gue." Kata Cefi. Dara di samping Cefi juga tergelak.

"Eh, sampul buku gue ada kali-kalian ternyata anjir." Ucap Dara terkejut dan pelan melihat bukunya.

Cefi pun bertukar senyuman licik dengan Dara. Mereka berdua cukup beruntung kali ini.

"Kamu yang di samping Xaviera, 5x5, berapa hasilnya?" Tanya Baron yang seperti anak TK. Sebenernya dia ingin mengetahui sedangkan apa ilmu murid-muridnya itu yang ternyata cukup membuat dia istighfar berkali-kali.

Dara melirik buku yang dia tutupi dengan tangannya, "25, Pak!" Jawab Dara.

"Bagus!" Puji Baron.

Dara pun tersipu malu mendengar pujian itu. "Pak! Itu ada kecoa di baju bapak!" Seru Cefi.

Baron langsung melihat ke bajunya. Dan di saat itulah dia menukar bukunya dengan buku Dara. Dia tidak mau mengerjakan soal matematika. Dara sudah dipanggil jadi tidak mungkin dipanggil lagi.

"Maaf, Pak. Saya salah liat." Jawab Cefi.

Semua murid pun langsung tertawa. Baron menatap Cefi dengan kesal, "6x5, berapa hasilnya Xaviera?" Tanya Baron.

"Sebentar pak saya ngitung dulu." Jawab Cefi yang sebetulnya sedang mencari jawaban. "Oh, 30, Pak!"

"8x8?" Tanya Baron lagi sambil berjalan menuju Cefi.

"Oh, 64, Pak!" Jawab Cefi sambil menunduk.

"9x9?" Baron mempercepat pertanyaannya.

"81, Pak!" Jawab Cefi lancar jaya.

"12+2x0" Tanya Baron yang sudah ada di samping Dara. Dara meringis melihat kelakuan Cefi yang tidak menyadari keberadaan gurunya itu.

Cefi mendongak dan nyengir lebar, "Eh, berapa, Pak?" Tanya Cefi sambil menutupi bukunya dengan menggunakan tangan.

Baron berdecak kesal, "Berikan pada saya!"

"Apanya, Pak?" Tanya Cefi dengan wajah tanpa dosa.

"Hati kamu, ya jelas buku kamu!" Seru Baron.

"Cieee cieeee... Cuit cuittt..."

"Pacarku guru matematikaku. Uhuyyy!"

Semua orang pun langsung menggoda Cefi habis-habisan hingga kelas mulai menjadi gaduh sedangkan wajah Cefi memerah.

"Sialan." Jawab Cefi. Dia memberikan. Buku itu kepada Baron akhirnya.

"Sudah-sudah! Cukup!" Seru Baron mereka pun akhirnya diam. "Tugas matematika kalian sekarang bertambah. Kalian harus menghafal perkalian ini dan setor ke saya setiap pulang sekolah. Yang tidak setor silakan tidak usah ikut UTS."

"Bendaharanya siapa?" tanya Baron.

"Saya, Pak." Jawab Stefani.

"Bendahara, silakan perkalian ini difotokopi dan dibagian kepada teman-temannya." kata Baron.

"Yaahhhh. Elo si Cef ahelaaaa!" Semua orang pun menyalahkan Cefi.

Terpopuler

Comments

Santi Eprilianti

Santi Eprilianti

belum up thor??
udah nunggu dari kemaren😢😢😢

2022-11-26

0

Sri

Sri

Wkwkwk,,lucu sekali kelakuan siswa kelas XII IPS 😁😁😁

2022-11-24

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Awal
2 BAB 2 - Gosip Terbaru
3 BAB 3 - Pengganggu
4 BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5 BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6 BAB 6 - Haus Pengakuan
7 BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8 BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9 BAB 9 - Perjanjian
10 BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11 BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12 BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13 BAB 13 - Mendadak Demam
14 BAB 14 - Kabar Buruk
15 BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16 BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17 BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18 BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19 BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20 BAB 20 - Minta Duit
21 BAB 21 - Suara Pecahan
22 BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23 BAB 23 - Film Dewasa
24 BAB 24 - Kehebohan
25 BAB 25 - Sakit Hati
26 BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27 BAB 27 - Baikan?
28 BAB 28 - Ketahuan
29 BAB 29 - Baron-Sai
30 BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31 BAB 31 - Permintaan Maaf
32 BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33 BAB 33 - Menghapus Kotoran
34 BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35 BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36 BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37 BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38 BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39 BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40 BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41 BAB 41 - Kabar Gembira
42 BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43 BAB 43 - Masih Berhubungan?
44 BAB 44 - Coklat
45 BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46 BAB 46 - Berbaikan
47 BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48 BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49 BAB 49 - Uang Hilang
50 BAB 50 - Suami Galak
51 BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52 BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53 BAB 53 - Rayuan Gagal
54 BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55 BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56 BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57 BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58 BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59 BAB 59 - Baron Cemburu
60 BAB 60 - Air Mata Palsu
61 BAB 61 - Pelaku Pencurian
62 BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63 BAB 63 - Survei Asuransi
64 BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65 BAB 65 - Mau Bicara
66 BAB 66 - Jambak-Jambakan
67 BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68 BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69 BAB 69 - Ada Apa?
70 BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71 BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72 BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73 BAB 73 - Ada yang Berbeda
74 BAB 74 - Setia Kawan
75 BAB 75 - Penjualan Rumah
76 BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77 BAB 77 - Pencarian Riza
78 BAB 78 - Pencarian Andrea
79 BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80 BAB 80 - Penangkapan
81 BAB 81 - Tamparan Keras
82 BAB 82 - Tanda-Tanda
83 BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84 BAB 84 - Hasil Pergulatan
85 BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86 BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87 BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88 BAB 88 - Ujian Terakhir
89 BAB 89 - Telepon dari Baron
90 BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91 BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92 BAB 92 - Wisuda Baron
93 BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94 BAB 94 - Ketenangan Batin
95 BAB 95 - Kenyataan Pahit
96 BAB 96 - Buah Hati
97 BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98 BAB 98 - Penguntit
99 BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)
Episodes

Updated 99 Episodes

1
BAB 1 - Awal
2
BAB 2 - Gosip Terbaru
3
BAB 3 - Pengganggu
4
BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5
BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6
BAB 6 - Haus Pengakuan
7
BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8
BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9
BAB 9 - Perjanjian
10
BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11
BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12
BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13
BAB 13 - Mendadak Demam
14
BAB 14 - Kabar Buruk
15
BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16
BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17
BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18
BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19
BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20
BAB 20 - Minta Duit
21
BAB 21 - Suara Pecahan
22
BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23
BAB 23 - Film Dewasa
24
BAB 24 - Kehebohan
25
BAB 25 - Sakit Hati
26
BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27
BAB 27 - Baikan?
28
BAB 28 - Ketahuan
29
BAB 29 - Baron-Sai
30
BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31
BAB 31 - Permintaan Maaf
32
BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33
BAB 33 - Menghapus Kotoran
34
BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35
BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36
BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37
BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38
BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39
BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40
BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41
BAB 41 - Kabar Gembira
42
BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43
BAB 43 - Masih Berhubungan?
44
BAB 44 - Coklat
45
BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46
BAB 46 - Berbaikan
47
BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48
BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49
BAB 49 - Uang Hilang
50
BAB 50 - Suami Galak
51
BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52
BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53
BAB 53 - Rayuan Gagal
54
BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55
BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56
BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57
BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58
BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59
BAB 59 - Baron Cemburu
60
BAB 60 - Air Mata Palsu
61
BAB 61 - Pelaku Pencurian
62
BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63
BAB 63 - Survei Asuransi
64
BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65
BAB 65 - Mau Bicara
66
BAB 66 - Jambak-Jambakan
67
BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68
BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69
BAB 69 - Ada Apa?
70
BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71
BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72
BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73
BAB 73 - Ada yang Berbeda
74
BAB 74 - Setia Kawan
75
BAB 75 - Penjualan Rumah
76
BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77
BAB 77 - Pencarian Riza
78
BAB 78 - Pencarian Andrea
79
BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80
BAB 80 - Penangkapan
81
BAB 81 - Tamparan Keras
82
BAB 82 - Tanda-Tanda
83
BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84
BAB 84 - Hasil Pergulatan
85
BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86
BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87
BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88
BAB 88 - Ujian Terakhir
89
BAB 89 - Telepon dari Baron
90
BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91
BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92
BAB 92 - Wisuda Baron
93
BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94
BAB 94 - Ketenangan Batin
95
BAB 95 - Kenyataan Pahit
96
BAB 96 - Buah Hati
97
BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98
BAB 98 - Penguntit
99
BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!