"Ini sekolah bukan Taman Barito! Tempat sekolah bukan pacaran!" Ucap Pak Mur.
"Maaf, Pak." Ucap Daren.
Pak Mur menatap Cefi yang kini menatap Baron tanpa berkedip, "Heh! Kamu nggak sopan liatin orang kayak gitu!"
Seketika Cefi pun langsung sadar. Jangan sampai Baron kege-eran dengan apa yang dia lakukan. Toh, Cefi menatap Baron karena terkejut bukan karena adanya perasaan lain.
"Eh, maaf, Pak." Kini giliran Cefi yang meminta maaf dan melirik Daren karena malu. Namun, Daren hanya tersenyum singkat.
"Kalian cepat kembali ke kelas!" Titah Pak Mur.
"Baik, Pak." Jawab Daren dan Cefi.
Daren dan Cefi pun berjalan menuju ke kelas mereka.
"Sampai ketemu lagi!" Daren tersenyum pada Cefi tanda perpisahan karena mereka harus ke arah yang berbeda. Cefi pun balas tersenyum. Kali ini pikirannya sibuk dengan Baron. Kenapa dia ada di sini? Apa dia sengaja?
Pak Mur pun langsung menoleh ke mahasiwa yang sedang beliau ajak berkeliling. Beliau memang menyambut baik kedatangan mahasiwa dari kampus terbaik itu dengan suka cita. Beliau juga memiliki harapan banyak, dengan menerima baik mahasiswa tersebut, mahasiswa tersebut bisa memberikan keloyalan dalam mengajari siswa-siswi SMA Angkasa Raya.
"Maaf ya, murid-murid di sini memang kadang tingkahnya di luar nalar. Mari saya lanjutkan." Ucap Pak Mur.
Pak Mur melanjutkan perjalanan bersama mahasiswa itu. Cefi hanya bisa memandangi punggung-punggung itu. Baron menoleh ke arah Cefi dan memberikan isyarat kepada Cefi untuk diam, kemudian berjalan lagi tanpa menoleh.
"Cieeee. Liatin apa tuh?" Goda Amel.
"Apaan sih? Orang gue gak liat apa-apa." Jawab Cefi.
Amel mengikuti arah pandangan Cefi dan senyumannya mengembang, "Gimana? Ganteng kan kayak yang gue bilang?" Tanya Amel.
"Ganteng dari mananya sih? Gak ganteng!" Ucap Cefi yang langsung berjalan ke kelasnya.
***
Istirahat datang. Cefi and the gank langsung menuju ke kantin dan duduk di tempat biasa. Mereka suka duduk di pojok kantin karena nyaman untuk mengobrol.
"Gue ke toilet dulu sebentar." Ucap Cefi.
Cefi pun pergi begitu saja. Tujuan utamanya tentulah Baron. Dia ingin meminta penjelasan mengenai mengapa dia tidak tau kalau Baron PKL/magang di sekolahnya. Dia juga ingin bertanya tentang niat Baron.
Cefi menunggu di ujung koridor ketika melihat Baron berjalan. Kemudian, dia langsung menoleh ke kanan ke kiri. Setelah memastikan kalau tidak ada yang melihat, Cefi pun langsung menarik tangan Baron untuk pergi ke belakang gedung. Baron awalnya hendak melawan namun setelah melihat kalau orang yang menariknya adalah Cefi akhirnya dia mengurungkan niatnya.
"Lo ngapain di sekolah gue anjir?" Ucap Cefi pelan-pelan tapi nada kesalnya terdengar sangat jelas.
"Mana gue tau kalau ini sekolah lo?" Ucap Baron.
"Cepetan pindah sekolah! Gue gak mau lo ngajar di sini!"
"Tanpa lo bilang juga gue bakalan pindah. Ogah banget punya murid bloon kayak lo."
"Baguslah kalau begitu. Anggap kita gak kenal pokoknya!"
Baron mendengus dan langsung berjalan meninggalkan Cefi ke arah kanan, "Ke situ buntu bloon!" Ucap Cefi.
Baron pun langsung menghentikan langkahnya dan berbalik. Kemudian dia menyentil dahi Cefi, "Bilang dong!"
Cefi memegang dahinya, "Sueee! Tadi-tadi gue biarin aja." Kalau di kompleksnya, dia tentu akan marah-marah pada Baron namun di sini berbeda.
Cefi kembali ke kantin dan bergabung dengan teman-temannya. Cefi melirik meja di belakang meja gengnya dan melihat semua mahasiswa magang sedang duduk dan menikmati waktu istirahat. Di sana juga sudah ada Baron yang menaikkan alisnya kepadanya sedangkan Cefi hanya bisa mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Eh, gilaaa. Itu mahasiswa yang satu gantengnya maksimal anjay." Ucap Dara.
"Alhamdulillah temen gue normal." Celetuk Amel sambil terkekeh. Dara pun langsung melempar sedotan ke arah Amel.
"Jorok lo ah." Ucap Amel sambil terkekeh
"Sayang ya, mereka ngajarnya kelas 10 bukan 12. Coba aja ngajar kita ya?" Tanya Amel.
"Kamu tau dari mana, Mel?" Tanya Putri.
"Si Amel ditanya. Gosip dari tikus digorong-gorong juga dia tau." Ucap Dara.
"Sialan." Ucap Amel.
Cefi yang hanya diam langsung menyita perhatian semua teman-temannya. Siomai yang ada di depannya hanya dia aduk-aduk. Tidak biasanya Cefi diam seperti ini. Biasanya dia paling semangat kalau liat cowok ganteng, tapi ntah mengapa sekarang dia terlihat tidak ada senang-senangnya.
"Kamu kenapa, Cefi?" Tanya Putri.
"Gakpapa. Bokap nyokap gue mau pergi ke Singapur. Gue mau ditinggal sebulan." Ucap Cefi. Alih-alih membicarakan soal Baron, dia lebih memilih untuk membicarakan soal kepergian kedua orang tuanya.
"Ya, ikutlah, gue jadi lo si ikut." Ucap Amel.
"Jangan, Gila! Ntar gak lulus-lulus dia." Ucap Dara.
"Iya, bener kata Dara. Kalau kamu ikut nanti kalau gak boleh ikut ujian karena banyak bolosnya gimana? Tapi kesempatan ini juga langka si. Aku jadi bingung mau kasih solusi apa. Kamu pasti dilema ya, Cef?" Tanya Putri.
Cefi menganggukkan kepalanya begitu saja.
"Iya, di satu sisi gue mau ikut dan di sisi lain gue juga kayak gak pengen mereka pergi. Lagian ngapain sih ya jauh-jauh ke Singapura?" Ucap Cefi.
"Cef, Cef. Namanya juga bisnis. Lo baru mau ditinggal sebulan, Cef. Gue udah sering tuh ditinggalin bokap nyokap gue keluar kota atau keluar negeri." Ucap Amel.
"Jangan adu nasib dah." Ucap Dara.
"O iya lupa. Maaf-maaf." Sahut Amel.
"Gue minta mereka gak usah pergi aja apa ya?" Tanya Cefi.
"Kalau bisa begitu lebih baik sih. Kamu bicarain dulu aja baik-baik sama orang tua kamu, Cef." Ucap Putri bijak. "Siapa tau ada rezeki lain di Indonesia kan?"
***
Sepulang sekolah, Cefi pun berniat pulang naik angkot. Saat menunggu di seberang gerbang sekolah, Cefi melihat Baron membonceng salah satu mahasiswa magang. Cefi belum tau siapa dia namun Cefi bisa menebak kalau itu adalah pacar baru Baron.
"Ck, sok kegantengan banget tuh cowok. Hih! Mit-amit!" Decak Cefi sebal.
Angkot-angkot itu terus penuh karena semua siswa yang naik angkot lebih memilih menunggu di tanjakan sebelum sekolah.
"Nunggu angkot?" Tanya seseorang.
Cefi pun mendongak dan ternyata ada Daren yang menghentikan motornya di depan Cefi.
"Iya." Jawab Cefi.
"Gue anterin pulang aja yuk? Dari pada lo naik angkot?" Ajak Daren.
Cefi berpikir sebentar. Dia tentulah sangat mau diantar pulang oleh Daren, namun dia tidak tahu apakah dengan langsung menerima tawaran itu akan membuatnya terlihat sangat murahan atau tidak.
"Nggak usah. Rumah gue juga jauh soalnya." Ucap Cefi. Dalam hati dia ingin Daren memaksanya.
"Lebih dari dua jam dari sini?" Tanya Daren.
Cefi menggeleng, "Naik angkot 25menit."
Daren pun terkekeh, "Itu deket namanya. Ayo, naik!" Ucap Daren.
Cefi tersenyum kikuk dan menganggukkan kepalanya. Dia menyerah. Perasaannya lebih kuat dibanding dengan kepalanya.
Daren melepaskan helmnya dan memberikannya kepada Cefi, "Ini, pake dulu."
"Trus elo?"
"Yang penting keamanan lo, Cef. Dipake ya?"
Pipi Cefi rasanya sudah sangat merah. Dia pun menganggukkan kepalanya begitu saja dan memakai helm itu. Daren bahkan membantu Cefi untuk mengaitkan kaitan helm. Kemudian, setelah Cefi naik. Daren melajukan motornya.
"Awalnya gue tertarik sama nama lo, Cefixime."
"Trus lo cari tahu di internet dan dan tau nama gue itu antibiotik?" Tebak Cefi.
Daren terkekeh begitu saja, "Gampang banget ketebak ya?"
Cefi pun ikut terkekeh, "Iya, soalnya bukan cuma lo doang yang bilang gini. Udah banyak banget yang bilang."
"Kenapa nama lo antibiotik?" Tanya Daren.
"Papa sama mama bilang kalau nama itu lucu." Jawab Cefi.
"Udah? Cuma itu?" Tanya Daren sambil terkekeh.
"Iyaaa. Aneh banget kan?" Tanya Cefi.
"Enggak kok. Gue yakin dibalik itu pasti ada arti lain, mungkin orang tua lo belum mau kasih tau aja. Nama kan doa, jadi mungkin ada sebuah doa yang terselip di nama lo." Ucap Daren.
Senyum Cefi kembali mengembang.
"Iya juga sih." Ucap Cefi.
Perjalanan pun terus dilanjut. Ternyata mengobrol dengan Daren sangat menyenangkan. Daren bisa memancing Cefi menceritakan banyak hal. Daren juga sangat sopan dan bisa menempatkan diri. Mampu membuat Cefi merasa nyaman. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di depan rumah Cefi.
"Makasih ya udah anterin gue pulang. Mau masuk dulu?" Tanya Cefi.
"Nggak usah. Gue langsung pulang aja ya. Makasih tawarannya." Ucap Daren.
Cefi pun menganggukkan kepalanya, "Hati-hati di jalan." Ucapnya sambil melambaikan tangan.
Daren pun menganggukkan kepalanya dan langsung pulang begitu saja. Cefi pun terus memandangi motor Daren sampai motor itu hilang di belokan. Senyumannya kini kembali merekah. "Ganteng banget si dia." Ucap Cefi yang cengengesan sendiri di depan pagar rumahnya.
"Udah gila lo ya?" Tanya seseorang.
"Iyaaa gila gue lama-lama liat lo." Ucap Cefi yang langsung memilih masuk ke dalam rumah ketimbang beradu mulut dengan Baron.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Radiah Ayarin
lanjut kk
2022-11-25
1
Santi Eprilianti
berantem tros klo ke temu,, awas kangen deh kalian🤭🤭🤭
2022-11-16
2