BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati

"Ini sekolah bukan Taman Barito! Tempat sekolah bukan pacaran!" Ucap Pak Mur.

"Maaf, Pak." Ucap Daren.

Pak Mur menatap Cefi yang kini menatap Baron tanpa berkedip, "Heh! Kamu nggak sopan liatin orang kayak gitu!"

Seketika Cefi pun langsung sadar. Jangan sampai Baron kege-eran dengan apa yang dia lakukan. Toh, Cefi menatap Baron karena terkejut bukan karena adanya perasaan lain.

"Eh, maaf, Pak." Kini giliran Cefi yang meminta maaf dan melirik Daren karena malu. Namun, Daren hanya tersenyum singkat.

"Kalian cepat kembali ke kelas!" Titah Pak Mur.

"Baik, Pak." Jawab Daren dan Cefi.

Daren dan Cefi pun berjalan menuju ke kelas mereka.

"Sampai ketemu lagi!" Daren tersenyum pada Cefi tanda perpisahan karena mereka harus ke arah yang berbeda. Cefi pun balas tersenyum. Kali ini pikirannya sibuk dengan Baron. Kenapa dia ada di sini? Apa dia sengaja?

Pak Mur pun langsung menoleh ke mahasiwa yang sedang beliau ajak berkeliling. Beliau memang menyambut baik kedatangan mahasiwa dari kampus terbaik itu dengan suka cita. Beliau juga memiliki harapan banyak, dengan menerima baik mahasiswa tersebut, mahasiswa tersebut bisa memberikan keloyalan dalam mengajari siswa-siswi SMA Angkasa Raya.

"Maaf ya, murid-murid di sini memang kadang tingkahnya di luar nalar. Mari saya lanjutkan." Ucap Pak Mur.

Pak Mur melanjutkan perjalanan bersama mahasiswa itu. Cefi hanya bisa memandangi punggung-punggung itu. Baron menoleh ke arah Cefi dan memberikan isyarat kepada Cefi untuk diam, kemudian berjalan lagi tanpa menoleh.

"Cieeee. Liatin apa tuh?" Goda Amel.

"Apaan sih? Orang gue gak liat apa-apa." Jawab Cefi.

Amel mengikuti arah pandangan Cefi dan senyumannya mengembang, "Gimana? Ganteng kan kayak yang gue bilang?" Tanya Amel.

"Ganteng dari mananya sih? Gak ganteng!" Ucap Cefi yang langsung berjalan ke kelasnya.

***

Istirahat datang. Cefi and the gank langsung menuju ke kantin dan duduk di tempat biasa. Mereka suka duduk di pojok kantin karena nyaman untuk mengobrol.

"Gue ke toilet dulu sebentar." Ucap Cefi.

Cefi pun pergi begitu saja. Tujuan utamanya tentulah Baron. Dia ingin meminta penjelasan mengenai mengapa dia tidak tau kalau Baron PKL/magang di sekolahnya. Dia juga ingin bertanya tentang niat Baron.

Cefi menunggu di ujung koridor ketika melihat Baron berjalan. Kemudian, dia langsung menoleh ke kanan ke kiri. Setelah memastikan kalau tidak ada yang melihat, Cefi pun langsung menarik tangan Baron untuk pergi ke belakang gedung. Baron awalnya hendak melawan namun setelah melihat kalau orang yang menariknya adalah Cefi akhirnya dia mengurungkan niatnya.

"Lo ngapain di sekolah gue anjir?" Ucap Cefi pelan-pelan tapi nada kesalnya terdengar sangat jelas.

"Mana gue tau kalau ini sekolah lo?" Ucap Baron.

"Cepetan pindah sekolah! Gue gak mau lo ngajar di sini!"

"Tanpa lo bilang juga gue bakalan pindah. Ogah banget punya murid bloon kayak lo."

"Baguslah kalau begitu. Anggap kita gak kenal pokoknya!"

Baron mendengus dan langsung berjalan meninggalkan Cefi ke arah kanan, "Ke situ buntu bloon!" Ucap Cefi.

Baron pun langsung menghentikan langkahnya dan berbalik. Kemudian dia menyentil dahi Cefi, "Bilang dong!"

Cefi memegang dahinya, "Sueee! Tadi-tadi gue biarin aja." Kalau di kompleksnya, dia tentu akan marah-marah pada Baron namun di sini berbeda.

Cefi kembali ke kantin dan bergabung dengan teman-temannya. Cefi melirik meja di belakang meja gengnya dan melihat semua mahasiswa magang sedang duduk dan menikmati waktu istirahat. Di sana juga sudah ada Baron yang menaikkan alisnya kepadanya sedangkan Cefi hanya bisa mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Eh, gilaaa. Itu mahasiswa yang satu gantengnya maksimal anjay." Ucap Dara.

"Alhamdulillah temen gue normal." Celetuk Amel sambil terkekeh. Dara pun langsung melempar sedotan ke arah Amel.

"Jorok lo ah." Ucap Amel sambil terkekeh

"Sayang ya, mereka ngajarnya kelas 10 bukan 12. Coba aja ngajar kita ya?" Tanya Amel.

"Kamu tau dari mana, Mel?" Tanya Putri.

"Si Amel ditanya. Gosip dari tikus digorong-gorong juga dia tau." Ucap Dara.

"Sialan." Ucap Amel.

Cefi yang hanya diam langsung menyita perhatian semua teman-temannya. Siomai yang ada di depannya hanya dia aduk-aduk. Tidak biasanya Cefi diam seperti ini. Biasanya dia paling semangat kalau liat cowok ganteng, tapi ntah mengapa sekarang dia terlihat tidak ada senang-senangnya.

"Kamu kenapa, Cefi?" Tanya Putri.

"Gakpapa. Bokap nyokap gue mau pergi ke Singapur. Gue mau ditinggal sebulan." Ucap Cefi. Alih-alih membicarakan soal Baron, dia lebih memilih untuk membicarakan soal kepergian kedua orang tuanya.

"Ya, ikutlah, gue jadi lo si ikut." Ucap Amel.

"Jangan, Gila! Ntar gak lulus-lulus dia." Ucap Dara.

"Iya, bener kata Dara. Kalau kamu ikut nanti kalau gak boleh ikut ujian karena banyak bolosnya gimana? Tapi kesempatan ini juga langka si. Aku jadi bingung mau kasih solusi apa. Kamu pasti dilema ya, Cef?" Tanya Putri.

Cefi menganggukkan kepalanya begitu saja.

"Iya, di satu sisi gue mau ikut dan di sisi lain gue juga kayak gak pengen mereka pergi. Lagian ngapain sih ya jauh-jauh ke Singapura?" Ucap Cefi.

"Cef, Cef. Namanya juga bisnis. Lo baru mau ditinggal sebulan, Cef. Gue udah sering tuh ditinggalin bokap nyokap gue keluar kota atau keluar negeri." Ucap Amel.

"Jangan adu nasib dah." Ucap Dara.

"O iya lupa. Maaf-maaf." Sahut Amel.

"Gue minta mereka gak usah pergi aja apa ya?" Tanya Cefi.

"Kalau bisa begitu lebih baik sih. Kamu bicarain dulu aja baik-baik sama orang tua kamu, Cef." Ucap Putri bijak. "Siapa tau ada rezeki lain di Indonesia kan?"

***

Sepulang sekolah, Cefi pun berniat pulang naik angkot. Saat menunggu di seberang gerbang sekolah, Cefi melihat Baron membonceng salah satu mahasiswa magang. Cefi belum tau siapa dia namun Cefi bisa menebak kalau itu adalah pacar baru Baron.

"Ck, sok kegantengan banget tuh cowok. Hih! Mit-amit!" Decak Cefi sebal.

Angkot-angkot itu terus penuh karena semua siswa yang naik angkot lebih memilih menunggu di tanjakan sebelum sekolah.

"Nunggu angkot?" Tanya seseorang.

Cefi pun mendongak dan ternyata ada Daren yang menghentikan motornya di depan Cefi.

"Iya." Jawab Cefi.

"Gue anterin pulang aja yuk? Dari pada lo naik angkot?" Ajak Daren.

Cefi berpikir sebentar. Dia tentulah sangat mau diantar pulang oleh Daren, namun dia tidak tahu apakah dengan langsung menerima tawaran itu akan membuatnya terlihat sangat murahan atau tidak.

"Nggak usah. Rumah gue juga jauh soalnya." Ucap Cefi. Dalam hati dia ingin Daren memaksanya.

"Lebih dari dua jam dari sini?" Tanya Daren.

Cefi menggeleng, "Naik angkot 25menit."

Daren pun terkekeh, "Itu deket namanya. Ayo, naik!" Ucap Daren.

Cefi tersenyum kikuk dan menganggukkan kepalanya. Dia menyerah. Perasaannya lebih kuat dibanding dengan kepalanya.

Daren melepaskan helmnya dan memberikannya kepada Cefi, "Ini, pake dulu."

"Trus elo?"

"Yang penting keamanan lo, Cef. Dipake ya?"

Pipi Cefi rasanya sudah sangat merah. Dia pun menganggukkan kepalanya begitu saja dan memakai helm itu. Daren bahkan membantu Cefi untuk mengaitkan kaitan helm. Kemudian, setelah Cefi naik. Daren melajukan motornya.

"Awalnya gue tertarik sama nama lo, Cefixime."

"Trus lo cari tahu di internet dan dan tau nama gue itu antibiotik?" Tebak Cefi.

Daren terkekeh begitu saja, "Gampang banget ketebak ya?"

Cefi pun ikut terkekeh, "Iya, soalnya bukan cuma lo doang yang bilang gini. Udah banyak banget yang bilang."

"Kenapa nama lo antibiotik?" Tanya Daren.

"Papa sama mama bilang kalau nama itu lucu." Jawab Cefi.

"Udah? Cuma itu?" Tanya Daren sambil terkekeh.

"Iyaaa. Aneh banget kan?" Tanya Cefi.

"Enggak kok. Gue yakin dibalik itu pasti ada arti lain, mungkin orang tua lo belum mau kasih tau aja. Nama kan doa, jadi mungkin ada sebuah doa yang terselip di nama lo." Ucap Daren.

Senyum Cefi kembali mengembang.

"Iya juga sih." Ucap Cefi.

Perjalanan pun terus dilanjut. Ternyata mengobrol dengan Daren sangat menyenangkan. Daren bisa memancing Cefi menceritakan banyak hal. Daren juga sangat sopan dan bisa menempatkan diri. Mampu membuat Cefi merasa nyaman. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di depan rumah Cefi.

"Makasih ya udah anterin gue pulang. Mau masuk dulu?" Tanya Cefi.

"Nggak usah. Gue langsung pulang aja ya. Makasih tawarannya." Ucap Daren.

Cefi pun menganggukkan kepalanya, "Hati-hati di jalan." Ucapnya sambil melambaikan tangan.

Daren pun menganggukkan kepalanya dan langsung pulang begitu saja. Cefi pun terus memandangi motor Daren sampai motor itu hilang di belokan. Senyumannya kini kembali merekah. "Ganteng banget si dia." Ucap Cefi yang cengengesan sendiri di depan pagar rumahnya.

"Udah gila lo ya?" Tanya seseorang.

"Iyaaa gila gue lama-lama liat lo." Ucap Cefi yang langsung memilih masuk ke dalam rumah ketimbang beradu mulut dengan Baron.

Terpopuler

Comments

Radiah Ayarin

Radiah Ayarin

lanjut kk

2022-11-25

1

Santi Eprilianti

Santi Eprilianti

berantem tros klo ke temu,, awas kangen deh kalian🤭🤭🤭

2022-11-16

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Awal
2 BAB 2 - Gosip Terbaru
3 BAB 3 - Pengganggu
4 BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5 BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6 BAB 6 - Haus Pengakuan
7 BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8 BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9 BAB 9 - Perjanjian
10 BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11 BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12 BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13 BAB 13 - Mendadak Demam
14 BAB 14 - Kabar Buruk
15 BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16 BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17 BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18 BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19 BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20 BAB 20 - Minta Duit
21 BAB 21 - Suara Pecahan
22 BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23 BAB 23 - Film Dewasa
24 BAB 24 - Kehebohan
25 BAB 25 - Sakit Hati
26 BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27 BAB 27 - Baikan?
28 BAB 28 - Ketahuan
29 BAB 29 - Baron-Sai
30 BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31 BAB 31 - Permintaan Maaf
32 BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33 BAB 33 - Menghapus Kotoran
34 BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35 BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36 BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37 BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38 BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39 BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40 BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41 BAB 41 - Kabar Gembira
42 BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43 BAB 43 - Masih Berhubungan?
44 BAB 44 - Coklat
45 BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46 BAB 46 - Berbaikan
47 BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48 BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49 BAB 49 - Uang Hilang
50 BAB 50 - Suami Galak
51 BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52 BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53 BAB 53 - Rayuan Gagal
54 BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55 BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56 BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57 BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58 BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59 BAB 59 - Baron Cemburu
60 BAB 60 - Air Mata Palsu
61 BAB 61 - Pelaku Pencurian
62 BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63 BAB 63 - Survei Asuransi
64 BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65 BAB 65 - Mau Bicara
66 BAB 66 - Jambak-Jambakan
67 BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68 BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69 BAB 69 - Ada Apa?
70 BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71 BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72 BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73 BAB 73 - Ada yang Berbeda
74 BAB 74 - Setia Kawan
75 BAB 75 - Penjualan Rumah
76 BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77 BAB 77 - Pencarian Riza
78 BAB 78 - Pencarian Andrea
79 BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80 BAB 80 - Penangkapan
81 BAB 81 - Tamparan Keras
82 BAB 82 - Tanda-Tanda
83 BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84 BAB 84 - Hasil Pergulatan
85 BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86 BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87 BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88 BAB 88 - Ujian Terakhir
89 BAB 89 - Telepon dari Baron
90 BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91 BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92 BAB 92 - Wisuda Baron
93 BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94 BAB 94 - Ketenangan Batin
95 BAB 95 - Kenyataan Pahit
96 BAB 96 - Buah Hati
97 BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98 BAB 98 - Penguntit
99 BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)
Episodes

Updated 99 Episodes

1
BAB 1 - Awal
2
BAB 2 - Gosip Terbaru
3
BAB 3 - Pengganggu
4
BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5
BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6
BAB 6 - Haus Pengakuan
7
BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8
BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9
BAB 9 - Perjanjian
10
BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11
BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12
BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13
BAB 13 - Mendadak Demam
14
BAB 14 - Kabar Buruk
15
BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16
BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17
BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18
BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19
BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20
BAB 20 - Minta Duit
21
BAB 21 - Suara Pecahan
22
BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23
BAB 23 - Film Dewasa
24
BAB 24 - Kehebohan
25
BAB 25 - Sakit Hati
26
BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27
BAB 27 - Baikan?
28
BAB 28 - Ketahuan
29
BAB 29 - Baron-Sai
30
BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31
BAB 31 - Permintaan Maaf
32
BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33
BAB 33 - Menghapus Kotoran
34
BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35
BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36
BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37
BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38
BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39
BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40
BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41
BAB 41 - Kabar Gembira
42
BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43
BAB 43 - Masih Berhubungan?
44
BAB 44 - Coklat
45
BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46
BAB 46 - Berbaikan
47
BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48
BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49
BAB 49 - Uang Hilang
50
BAB 50 - Suami Galak
51
BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52
BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53
BAB 53 - Rayuan Gagal
54
BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55
BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56
BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57
BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58
BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59
BAB 59 - Baron Cemburu
60
BAB 60 - Air Mata Palsu
61
BAB 61 - Pelaku Pencurian
62
BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63
BAB 63 - Survei Asuransi
64
BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65
BAB 65 - Mau Bicara
66
BAB 66 - Jambak-Jambakan
67
BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68
BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69
BAB 69 - Ada Apa?
70
BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71
BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72
BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73
BAB 73 - Ada yang Berbeda
74
BAB 74 - Setia Kawan
75
BAB 75 - Penjualan Rumah
76
BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77
BAB 77 - Pencarian Riza
78
BAB 78 - Pencarian Andrea
79
BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80
BAB 80 - Penangkapan
81
BAB 81 - Tamparan Keras
82
BAB 82 - Tanda-Tanda
83
BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84
BAB 84 - Hasil Pergulatan
85
BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86
BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87
BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88
BAB 88 - Ujian Terakhir
89
BAB 89 - Telepon dari Baron
90
BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91
BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92
BAB 92 - Wisuda Baron
93
BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94
BAB 94 - Ketenangan Batin
95
BAB 95 - Kenyataan Pahit
96
BAB 96 - Buah Hati
97
BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98
BAB 98 - Penguntit
99
BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!