Pagi ini adalah pagi yang sangat berat untuk Cefi. Bagaimana tidak? Semalam dia harus begadang mengerjakan PR matematikanya di rumah Baron sampai jam dua pagi. Cefi yang tidak biasa begadang tentulah mengantuk berat di pagi hari. Apa lagi pukul enam kurang seperempat dia sudah harus berangkat ke sekolah.
Kini, mata panda tidak bisa dihindari. Cefi berjalan bagai zombie. Dia yang tidak fokus tiba-tiba tertabrak seseorang.
"Sorry-sorry. Lo nggakpapa kan?" Tanya seseorang yang tengah memegangi Cefi agar tidak jatuh begitu saja.
Cefi mendongak seketika dia langsung melihat Daren, teman seangkatannya. Anak kelas 12 MIA 1. Murid tertampan di SMA Angkasa Raya.
"Eh, iya nggakpapa. Gue yang salah kok." Ucap Cefi. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Ntah mengapa dia mudah sekali jatuh cinta pada laki-laki.
"Lo sakit?" Tanya Daren yang mencoba mengecek suhu tubuh Cefi dengan punggung tangannya.
Cefi seakan terhipnotis jadi dia diam saja tidak tahu harus mengatakan apa.
"Cef?" Daren mencoba mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Cefi agar Cefi bisa kembali sadar. "Badan lo anget. Mending ke UKS deh." Sambungnya.
"Eh? Iya? Eh? Lo tau nama gue?" Tanya Cefi gelagapan.
Daren melepaskan tangannya saat Cefi sudah bisa berdiri dengan tegap. Melihat bagaimana Cefi yang salah tingkah membuat Daren terkekeh, "Lucu banget sih lo. Ya, kenallah. Siapa juga yang gak kenal sama lo di sini?"
"Ya, bener juga sih." Ucap Cefi sambil mengusap kupingnya yang tidak gatal.
Benar juga apa kata Daren. Rasanya di sekolah ini tidak ada satupun warganya yang tidak mengenal Cefi 'Si Cantik yang Tidak Naik Kelas'. Dari ujung pos satpam sampai kantin, semuanya tentu tahu siapa Cefi.
Bel pun berbunyi. Cefi merutuki siapapun yang membunyikan bel tersebut, karena itu artinya obrolan ini harus segera selesai dan Cefi seakan tidak mau itu.
"Gue balik ke kelas ya. Maaf udah nabrak lo." Ucap Daren.
Cefi pun tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya begitu saja. Mereka pun berjalan ke arah yang berbeda. Cefi menoleh ke belakang mengamati punggung Daren dengan perasaan yang lain. Lalu dia pun menggibir bibirnya agar senyumannya tidak merekah.
Tiba-tiba Daren pun berhenti kemudian menoleh ke belakang, Cefi pun langsung terkejut dan langsung berjalan menuju ke kelasnya dengan cepat. Daren hanya terkekeh di tempatnya
Belum sampai ke kelas, Putri datang sambil cengengesan, "Cieee, abis pelukan." Goda Putri.
"Ish, siapa juga yang pelukan?" Kelam Cefi.
"Loh, mata kamu kenapa, Cef, kamu nggak tidur semaleman?" Tanya Putri.
"Iya. Gara-gara tetangga gue tuh! Sialan banget emang anaknya! Benci banget gue sumpah!" Seru Cefi kesal.
Cefi dan Putri pun sampai di tempat duduk mereka. Berada di pojok paling belakang.
"Kenapa lo?" Tanya Dara yang duduk di sebuah Cefi.
Cefi menempelkan pipinya di atas meja, malas menanggapi.
"Itu karena dia begadang semalaman sama cowok nyebelin itu." Terang Putri.
"Iya? Lo semaleman sama cowok, Cef?" Tanya Dara terkejut.
"Iyaaa, gue tuh semalem disiksa tau sama sama dia. Sampe pegel semua badan gue anjir. Mana kurang tidur gue." Ucap Cefi.
"Anjir semaleman lu diapain sama tuh cowok?!" Pekik Amel.
Putri yang duduk di samping Amel langsung menutup mulut Amel karena takut semua orang mendengar percakapan mereka.
"Iyaaa gue disiksa disuruh nurut sama dia. Ah, parah dah pokoknya. Liat nih gue gue dicubit-cubit di leher, ditangan, di perut, ah banyak dahhh. Gue butuh tidur kepala gue pusing, badan gue kayak mau remuk semua." Ucap Cefi.
"Astaghfirullah. Kita harus lapor polisi kalau kayak gituhmah, Cef." Kata Putri.
"Eh, kenapa si Cefi?" Tanya Dodo.
"Nguping aja lo! Sono-sono jauh-jauh! Hus-hus!" Usir Dara.
"Iyaaa rasanya mau lapor polisi aja." Kata Cefi. Matanya mulai terjaga.
"Berarti lo udah gak perawan dong?" Tanya Dara.
Cefi yang mendengar ucapan Dara langsung bangun, "Anjir! Masih perawanlah gue!" Ucap Cefi sambil melempari Dara dengan menggunakan tisu yang masih ada di plastiknya.
"Tapi kata lo tadi lo diperkosa." Timpal Amel.
"Astaghfirullah. Istighfar ege lo. Ya kali gue diperkosa. Enggaklah." Kata Cefi.
"Maaf ya, Cef. Maaf banget tapi kan kamu tadi bilang kamu semalem disiksa semaleman sama cowok itu." Ucap Putri lebih hati-hati.
"Maksud gue tuh bukan diperkosa, Jubaedah! Gue kan semalem minta tolong sama Si Barongsai buat ngerjain PR gue, nah tapi dia gak mau ngerjain kayak biasanya. Dia maunya ngajarin gue. Yaudah dong alamat sampe jam 2 gue gak tidur-tidur. Mana dia suka nyubit-nyubit sama nyuruh gue makan cabe biar melek. Ah, disiksa banget ini gue sama dia." Terang Cefi sebelum semua orang salah paham.
"Ya ampun kasian temen gueee ..." Kata Amel yang sedikit memeluk Cefi.
Dara dan Putri hanya bisa menghela napas lega.
Tak lama kemudian, guru mereka pun masuk ke dalam kelas. Suasana kelas yang tadinya sangat ramai langsung berubah menjadi hening. Siswa yang tadinya duduk di atas meja langsung turun dan duduk di kursi mereka masing-masing. Doa pun dimulai, Bu Nur yang merupakan Guru Matematika sekaligus walikelas mereka pun langsung meminta kepada Cefi untuk menyerahkan tugasnya.
"Cefixime, ayo kumpulkan tugas kamu!" Pinta Bu Nur.
"Mampus gue." Pekik Cefi.
"Kenapa?" Tanya Dara kepada Cefi yang duduk dengan gemetar.
"Gue semalem baru ngerjain sampe 20." Jawab Cefi berbisik.
"Astaga." Pekik Dara.
"Duh, gimana dong?" Tanya Cefi dengan panik.
"Cefixime! Saya menyuruh kamu mengumpulkan tugas bukan mengobrol. Cepat kumpulkan atau tidak usah ikut ulangan!"
Jantung Cefi berdegup dengan sangat kencang. Namun, dia pun memilih mengambil buku matematikanya dan berjalan menuju ke arah Bu Nur. Dia berharap gurunya itu tidak melihat isi dari buku itu. Kalau beliau melihat kalau Cefi baru selesai mengerjakan 20 soal maka besar kemungkinan kalau Cefi tidak boleh ikut ulangan.
Bu Nur membuka buku tersebut dan menganggukkan kepalanya begitu saja, "Kamu boleh ikut ulangan." Ucap Bu Nur.
Cefi membelalakkan matanya, namun dia tidak mau bertanya lebih lanjut, "Terima kasih, Bu." Jawab Cefi yang langsung berjalan menuju ke tempat duduknya.
Kertas ujian pun mulai diedarkan, Cefi terlihat menguap beberapa kali. "Cefi! Cuci muka sekarang juga!"
"Baik, Bu." Ucap Cefi.
Seusai cuci muka, Cefi pun kembali ke mejanya dan langsung mengerjakan soal matematika, namun dia kembali mengantuk. Dia pun langsung merutuki Baron dalam hati, karena kalau saja Baron tidak melakukan ini semua, dia tidak akan seperti ini.
Beruntung soal yang dikeluarkan oleh Bu Nur sama dengan soal yang diberikan oleh Bu Nur yang dia kerjakan. Namun ... Tiba-tiba dipertanyaan nomor 10, dia tidak kuasa lagi menahan kantuk. Dan ... Cefi pun tertidur.
Dara menendang bangku Cefi agar bangun namun Cefi justru tidak juga mau bangun. Sampai akhirnya waktu selesai namun Cefi belum juga bangun.
"Bangun, bego!" Ucap Dara kali ini sambil mengguncang bahu Cefi.
Cefi pun langsung gelagapan. Dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi.
"Please-please gue belum selesai. Jawaban nomor 10 apa?" Tanya Cefi kelabakan namun soal itu adalah soal essay. Meski Dara memperlihatkan jawabannya dari belakang tubuhnya, Cefi menulis dengan cepat namun tetap saja Cefi tidak bisa menyelesaikan semuanya.
"Dalam hitungan ketiga kalau tidak dikumpulkan kalian tidak boleh ikut UTS. Satu! Dua!"
Cefi langsung berlari begitu juga dengan semua teman-teman Cefi. Mereka langsung mengumpulkan soal di meja Bu Nur. Bu Nurpun menyudahi kelas. "Ini bukunya, Cefi. Kenapa kamu tidur di kelas?"
"Maaf, Bu. Semalam saya begang mengerjakan itu." Kata Cefi jujur.
Setelah Bu Nur meninggalkan kelas, Cefi pun langsung membuka bukunya. Dia merasa penasaran mengenai mengapa dirinya bisa Ikut ulangan padahal dirinya baru mengerjakan 20 soal saja dari 40 soal.
"Anjir, soalnya sama kayak tadi!" Pekik Dara.
"Ah, nyesel gue gak bantuin lo semalam." Kata Amel.
"Emang kamu bisa ngerjain, Mel?" Tanya Putri.
"Ya enggak sih hahahaha." Amel pun tertawa.
Cefi terdiam mengamati jawaban dari 21-40. Semuanya terisi lengkap dengan caranya dan tulisannya juga sangat mirip dengan tulisan dirinya. Bagaimana mungkin? Tapi dia tahu kalau yang mengerjakan adalah Baron karena setiap mengerjakan PR pun, Baron bisa meniru tulisannya.
"Bohong lo ya? Itu udah dikerjain ampe 40. Mana jawabannya bener semua lagi, anjir." Kata Dara heboh melihat jawaban Cefi yang betul semua.
"Bukan gue yang ngerjain." Ucap Cefi.
"Cowok itu?" Tanya Putri.
Cefi menganggukkan kepalanya. Mereka saling memandang dengan pikiran masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments