BAB 5 - Sedikit Kebaikan

Pagi ini adalah pagi yang sangat berat untuk Cefi. Bagaimana tidak? Semalam dia harus begadang mengerjakan PR matematikanya di rumah Baron sampai jam dua pagi. Cefi yang tidak biasa begadang tentulah mengantuk berat di pagi hari. Apa lagi pukul enam kurang seperempat dia sudah harus berangkat ke sekolah.

Kini, mata panda tidak bisa dihindari. Cefi berjalan bagai zombie. Dia yang tidak fokus tiba-tiba tertabrak seseorang.

"Sorry-sorry. Lo nggakpapa kan?" Tanya seseorang yang tengah memegangi Cefi agar tidak jatuh begitu saja.

Cefi mendongak seketika dia langsung melihat Daren, teman seangkatannya. Anak kelas 12 MIA 1. Murid tertampan di SMA Angkasa Raya.

"Eh, iya nggakpapa. Gue yang salah kok." Ucap Cefi. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Ntah mengapa dia mudah sekali jatuh cinta pada laki-laki.

"Lo sakit?" Tanya Daren yang mencoba mengecek suhu tubuh Cefi dengan punggung tangannya.

Cefi seakan terhipnotis jadi dia diam saja tidak tahu harus mengatakan apa.

"Cef?" Daren mencoba mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Cefi agar Cefi bisa kembali sadar. "Badan lo anget. Mending ke UKS deh." Sambungnya.

"Eh? Iya? Eh? Lo tau nama gue?" Tanya Cefi gelagapan.

Daren melepaskan tangannya saat Cefi sudah bisa berdiri dengan tegap. Melihat bagaimana Cefi yang salah tingkah membuat Daren terkekeh, "Lucu banget sih lo. Ya, kenallah. Siapa juga yang gak kenal sama lo di sini?"

"Ya, bener juga sih." Ucap Cefi sambil mengusap kupingnya yang tidak gatal.

Benar juga apa kata Daren. Rasanya di sekolah ini tidak ada satupun warganya yang tidak mengenal Cefi 'Si Cantik yang Tidak Naik Kelas'. Dari ujung pos satpam sampai kantin, semuanya tentu tahu siapa Cefi.

Bel pun berbunyi. Cefi merutuki siapapun yang membunyikan bel tersebut, karena itu artinya obrolan ini harus segera selesai dan Cefi seakan tidak mau itu.

"Gue balik ke kelas ya. Maaf udah nabrak lo." Ucap Daren.

Cefi pun tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya begitu saja. Mereka pun berjalan ke arah yang berbeda. Cefi menoleh ke belakang mengamati punggung Daren dengan perasaan yang lain. Lalu dia pun menggibir bibirnya agar senyumannya tidak merekah.

Tiba-tiba Daren pun berhenti kemudian menoleh ke belakang, Cefi pun langsung terkejut dan langsung berjalan menuju ke kelasnya dengan cepat. Daren hanya terkekeh di tempatnya

Belum sampai ke kelas, Putri datang sambil cengengesan, "Cieee, abis pelukan." Goda Putri.

"Ish, siapa juga yang pelukan?" Kelam Cefi.

"Loh, mata kamu kenapa, Cef, kamu nggak tidur semaleman?" Tanya Putri.

"Iya. Gara-gara tetangga gue tuh! Sialan banget emang anaknya! Benci banget gue sumpah!" Seru Cefi kesal.

Cefi dan Putri pun sampai di tempat duduk mereka. Berada di pojok paling belakang.

"Kenapa lo?" Tanya Dara yang duduk di sebuah Cefi.

Cefi menempelkan pipinya di atas meja, malas menanggapi.

"Itu karena dia begadang semalaman sama cowok nyebelin itu." Terang Putri.

"Iya? Lo semaleman sama cowok, Cef?" Tanya Dara terkejut.

"Iyaaa, gue tuh semalem disiksa tau sama sama dia. Sampe pegel semua badan gue anjir. Mana kurang tidur gue." Ucap Cefi.

"Anjir semaleman lu diapain sama tuh cowok?!" Pekik Amel.

Putri yang duduk di samping Amel langsung menutup mulut Amel karena takut semua orang mendengar percakapan mereka.

"Iyaaa gue disiksa disuruh nurut sama dia. Ah, parah dah pokoknya. Liat nih gue gue dicubit-cubit di leher, ditangan, di perut, ah banyak dahhh. Gue butuh tidur kepala gue pusing, badan gue kayak mau remuk semua." Ucap Cefi.

"Astaghfirullah. Kita harus lapor polisi kalau kayak gituhmah, Cef." Kata Putri.

"Eh, kenapa si Cefi?" Tanya Dodo.

"Nguping aja lo! Sono-sono jauh-jauh! Hus-hus!" Usir Dara.

"Iyaaa rasanya mau lapor polisi aja." Kata Cefi. Matanya mulai terjaga.

"Berarti lo udah gak perawan dong?" Tanya Dara.

Cefi yang mendengar ucapan Dara langsung bangun, "Anjir! Masih perawanlah gue!" Ucap Cefi sambil melempari Dara dengan menggunakan tisu yang masih ada di plastiknya.

"Tapi kata lo tadi lo diperkosa." Timpal Amel.

"Astaghfirullah. Istighfar ege lo. Ya kali gue diperkosa. Enggaklah." Kata Cefi.

"Maaf ya, Cef. Maaf banget tapi kan kamu tadi bilang kamu semalem disiksa semaleman sama cowok itu." Ucap Putri lebih hati-hati.

"Maksud gue tuh bukan diperkosa, Jubaedah! Gue kan semalem minta tolong sama Si Barongsai buat ngerjain PR gue, nah tapi dia gak mau ngerjain kayak biasanya. Dia maunya ngajarin gue. Yaudah dong alamat sampe jam 2 gue gak tidur-tidur. Mana dia suka nyubit-nyubit sama nyuruh gue makan cabe biar melek. Ah, disiksa banget ini gue sama dia." Terang Cefi sebelum semua orang salah paham.

"Ya ampun kasian temen gueee ..." Kata Amel yang sedikit memeluk Cefi.

Dara dan Putri hanya bisa menghela napas lega.

Tak lama kemudian, guru mereka pun masuk ke dalam kelas. Suasana kelas yang tadinya sangat ramai langsung berubah menjadi hening. Siswa yang tadinya duduk di atas meja langsung turun dan duduk di kursi mereka masing-masing. Doa pun dimulai, Bu Nur yang merupakan Guru Matematika sekaligus walikelas mereka pun langsung meminta kepada Cefi untuk menyerahkan tugasnya.

"Cefixime, ayo kumpulkan tugas kamu!" Pinta Bu Nur.

"Mampus gue." Pekik Cefi.

"Kenapa?" Tanya Dara kepada Cefi yang duduk dengan gemetar.

"Gue semalem baru ngerjain sampe 20." Jawab Cefi berbisik.

"Astaga." Pekik Dara.

"Duh, gimana dong?" Tanya Cefi dengan panik.

"Cefixime! Saya menyuruh kamu mengumpulkan tugas bukan mengobrol. Cepat kumpulkan atau tidak usah ikut ulangan!"

Jantung Cefi berdegup dengan sangat kencang. Namun, dia pun memilih mengambil buku matematikanya dan berjalan menuju ke arah Bu Nur. Dia berharap gurunya itu tidak melihat isi dari buku itu. Kalau beliau melihat kalau Cefi baru selesai mengerjakan 20 soal maka besar kemungkinan kalau Cefi tidak boleh ikut ulangan.

Bu Nur membuka buku tersebut dan menganggukkan kepalanya begitu saja, "Kamu boleh ikut ulangan." Ucap Bu Nur.

Cefi membelalakkan matanya, namun dia tidak mau bertanya lebih lanjut, "Terima kasih, Bu." Jawab Cefi yang langsung berjalan menuju ke tempat duduknya.

Kertas ujian pun mulai diedarkan, Cefi terlihat menguap beberapa kali. "Cefi! Cuci muka sekarang juga!"

"Baik, Bu." Ucap Cefi.

Seusai cuci muka, Cefi pun kembali ke mejanya dan langsung mengerjakan soal matematika, namun dia kembali mengantuk. Dia pun langsung merutuki Baron dalam hati, karena kalau saja Baron tidak melakukan ini semua, dia tidak akan seperti ini.

Beruntung soal yang dikeluarkan oleh Bu Nur sama dengan soal yang diberikan oleh Bu Nur yang dia kerjakan. Namun ... Tiba-tiba dipertanyaan nomor 10, dia tidak kuasa lagi menahan kantuk. Dan ... Cefi pun tertidur.

Dara menendang bangku Cefi agar bangun namun Cefi justru tidak juga mau bangun. Sampai akhirnya waktu selesai namun Cefi belum juga bangun.

"Bangun, bego!" Ucap Dara kali ini sambil mengguncang bahu Cefi.

Cefi pun langsung gelagapan. Dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi.

"Please-please gue belum selesai. Jawaban nomor 10 apa?" Tanya Cefi kelabakan namun soal itu adalah soal essay. Meski Dara memperlihatkan jawabannya dari belakang tubuhnya, Cefi menulis dengan cepat namun tetap saja Cefi tidak bisa menyelesaikan semuanya.

"Dalam hitungan ketiga kalau tidak dikumpulkan kalian tidak boleh ikut UTS. Satu! Dua!"

Cefi langsung berlari begitu juga dengan semua teman-teman Cefi. Mereka langsung mengumpulkan soal di meja Bu Nur. Bu Nurpun menyudahi kelas. "Ini bukunya, Cefi. Kenapa kamu tidur di kelas?"

"Maaf, Bu. Semalam saya begang mengerjakan itu." Kata Cefi jujur.

Setelah Bu Nur meninggalkan kelas, Cefi pun langsung membuka bukunya. Dia merasa penasaran mengenai mengapa dirinya bisa Ikut ulangan padahal dirinya baru mengerjakan 20 soal saja dari 40 soal.

"Anjir, soalnya sama kayak tadi!" Pekik Dara.

"Ah, nyesel gue gak bantuin lo semalam." Kata Amel.

"Emang kamu bisa ngerjain, Mel?" Tanya Putri.

"Ya enggak sih hahahaha." Amel pun tertawa.

Cefi terdiam mengamati jawaban dari 21-40. Semuanya terisi lengkap dengan caranya dan tulisannya juga sangat mirip dengan tulisan dirinya. Bagaimana mungkin? Tapi dia tahu kalau yang mengerjakan adalah Baron karena setiap mengerjakan PR pun, Baron bisa meniru tulisannya.

"Bohong lo ya? Itu udah dikerjain ampe 40. Mana jawabannya bener semua lagi, anjir." Kata Dara heboh melihat jawaban Cefi yang betul semua.

"Bukan gue yang ngerjain." Ucap Cefi.

"Cowok itu?" Tanya Putri.

Cefi menganggukkan kepalanya. Mereka saling memandang dengan pikiran masing-masing.

Episodes
1 BAB 1 - Awal
2 BAB 2 - Gosip Terbaru
3 BAB 3 - Pengganggu
4 BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5 BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6 BAB 6 - Haus Pengakuan
7 BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8 BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9 BAB 9 - Perjanjian
10 BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11 BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12 BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13 BAB 13 - Mendadak Demam
14 BAB 14 - Kabar Buruk
15 BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16 BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17 BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18 BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19 BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20 BAB 20 - Minta Duit
21 BAB 21 - Suara Pecahan
22 BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23 BAB 23 - Film Dewasa
24 BAB 24 - Kehebohan
25 BAB 25 - Sakit Hati
26 BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27 BAB 27 - Baikan?
28 BAB 28 - Ketahuan
29 BAB 29 - Baron-Sai
30 BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31 BAB 31 - Permintaan Maaf
32 BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33 BAB 33 - Menghapus Kotoran
34 BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35 BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36 BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37 BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38 BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39 BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40 BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41 BAB 41 - Kabar Gembira
42 BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43 BAB 43 - Masih Berhubungan?
44 BAB 44 - Coklat
45 BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46 BAB 46 - Berbaikan
47 BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48 BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49 BAB 49 - Uang Hilang
50 BAB 50 - Suami Galak
51 BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52 BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53 BAB 53 - Rayuan Gagal
54 BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55 BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56 BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57 BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58 BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59 BAB 59 - Baron Cemburu
60 BAB 60 - Air Mata Palsu
61 BAB 61 - Pelaku Pencurian
62 BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63 BAB 63 - Survei Asuransi
64 BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65 BAB 65 - Mau Bicara
66 BAB 66 - Jambak-Jambakan
67 BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68 BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69 BAB 69 - Ada Apa?
70 BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71 BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72 BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73 BAB 73 - Ada yang Berbeda
74 BAB 74 - Setia Kawan
75 BAB 75 - Penjualan Rumah
76 BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77 BAB 77 - Pencarian Riza
78 BAB 78 - Pencarian Andrea
79 BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80 BAB 80 - Penangkapan
81 BAB 81 - Tamparan Keras
82 BAB 82 - Tanda-Tanda
83 BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84 BAB 84 - Hasil Pergulatan
85 BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86 BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87 BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88 BAB 88 - Ujian Terakhir
89 BAB 89 - Telepon dari Baron
90 BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91 BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92 BAB 92 - Wisuda Baron
93 BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94 BAB 94 - Ketenangan Batin
95 BAB 95 - Kenyataan Pahit
96 BAB 96 - Buah Hati
97 BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98 BAB 98 - Penguntit
99 BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)
Episodes

Updated 99 Episodes

1
BAB 1 - Awal
2
BAB 2 - Gosip Terbaru
3
BAB 3 - Pengganggu
4
BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5
BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6
BAB 6 - Haus Pengakuan
7
BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8
BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9
BAB 9 - Perjanjian
10
BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11
BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12
BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13
BAB 13 - Mendadak Demam
14
BAB 14 - Kabar Buruk
15
BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16
BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17
BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18
BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19
BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20
BAB 20 - Minta Duit
21
BAB 21 - Suara Pecahan
22
BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23
BAB 23 - Film Dewasa
24
BAB 24 - Kehebohan
25
BAB 25 - Sakit Hati
26
BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27
BAB 27 - Baikan?
28
BAB 28 - Ketahuan
29
BAB 29 - Baron-Sai
30
BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31
BAB 31 - Permintaan Maaf
32
BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33
BAB 33 - Menghapus Kotoran
34
BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35
BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36
BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37
BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38
BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39
BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40
BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41
BAB 41 - Kabar Gembira
42
BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43
BAB 43 - Masih Berhubungan?
44
BAB 44 - Coklat
45
BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46
BAB 46 - Berbaikan
47
BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48
BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49
BAB 49 - Uang Hilang
50
BAB 50 - Suami Galak
51
BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52
BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53
BAB 53 - Rayuan Gagal
54
BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55
BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56
BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57
BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58
BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59
BAB 59 - Baron Cemburu
60
BAB 60 - Air Mata Palsu
61
BAB 61 - Pelaku Pencurian
62
BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63
BAB 63 - Survei Asuransi
64
BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65
BAB 65 - Mau Bicara
66
BAB 66 - Jambak-Jambakan
67
BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68
BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69
BAB 69 - Ada Apa?
70
BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71
BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72
BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73
BAB 73 - Ada yang Berbeda
74
BAB 74 - Setia Kawan
75
BAB 75 - Penjualan Rumah
76
BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77
BAB 77 - Pencarian Riza
78
BAB 78 - Pencarian Andrea
79
BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80
BAB 80 - Penangkapan
81
BAB 81 - Tamparan Keras
82
BAB 82 - Tanda-Tanda
83
BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84
BAB 84 - Hasil Pergulatan
85
BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86
BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87
BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88
BAB 88 - Ujian Terakhir
89
BAB 89 - Telepon dari Baron
90
BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91
BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92
BAB 92 - Wisuda Baron
93
BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94
BAB 94 - Ketenangan Batin
95
BAB 95 - Kenyataan Pahit
96
BAB 96 - Buah Hati
97
BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98
BAB 98 - Penguntit
99
BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!