Keesokkan harinya, Cefi terlihat begitu ceria. Semalam ibunya dan ayahnya sudah sepakat kalau Cefi akan ikut ke Singapura. Itu artinya, Cefi tidak perlu galau lagi perihal hal itu. Dia sangat yakin kalau dia memang bisa lulus meski dia harus bolos satu bulan. Ibunya Cefi pun sudah menelepon guru Cefi di sekolah, bahkan ibunya Cefi mengatakan kalau Cefi akan diberikan guru les khusus agar tidak ketinggalan pelajaran.
Situasi kantin masih ramai. Cefi sedang terkekeh geli karena sedang berkirim pesan dengan Daren. Iya, kemarin, saat ponselnya ada di Baron, ternyata Daren sudah menge-chat dirinya, ntah dari mana Daren mendapatkan nomor Cefi. Dan setelah ponsel itu ada di tangan, Cefi pun langsung membalas pesan itu, lalu inilah yang terjadi ..., Cefi terkikik sendiri.
"Kenapa lo ketawa-ketawa sendiri?" Tanya Amel.
"Nggakpapa." Jawab Cefi yang masih menarikan jarinya di atas keypad ponselnya membalas pesan Daren.
Dara pun langsung mengintip, dia ingin tahu mengenai siapa yang sedang berkirim pesan dengan Cefi, "Lo pacaran sama Daren?" Tanya Dara memekik.
"Stttt!" Cefi langsung menutup mulut Dara.
Teriakan Dara pun terdengar ke siswa-siswi yang ada di dekat mereka. Namun, untungnya tidak semua karena situasi kantin memang sedang sangat berisik seperti pasar.
"Jadi, lo beneran pacaran sama Daren?" Tanya Amel.
"Maaf ya, Cef. Kayaknya kali ini aku gak setuju kamu pacaran sama dia. Soalnya dia itu terkenal badboy. Mending cari yang lain aja." Ucap Putri.
"Put, lo kira gue anak baik-baik? Kan nggak juga." Sahut Cefi.
Menasehati orang yang sedang kasmaran itu sama seperti menasehati batu, tidak ada artinya karena yang diceramahi akan tutup telinga.
"Daren pergaulannya bebas, Cef. Sumpah tuh anak keluar masuk klub. Pernah ..." Dara membisikkan sesuatu yang tabu di telinga Cefi.
"Astaghfirullah. Nggak mungkin dia pernah begitu." Cefi langsung menggelengkan kepalanya.
"Yah, Cef. Kok lo nggak percaya sih. Kalau gak percaya tanya aja ke orangnya." Kata Dara.
Cefi terdiam. Kini dia tidak lagi membalas pesan Daren, hanya menggenggam ponsel itu saja. Ntah mengapa dia jadi kepikiran Dara. Namun, dia juga tidak bisa langsung mempercayai apa yang dikatakan oleh Dara karena bisa saja itu adalah sebuah fitnah. Namun, Cefi takut kalau itu adalah hal yang sebenarnya.
Cefi menoleh meminum teh manisnya, pandangan matanya melihat ke arah Baron yang sedang bercanda dengan teman-temannya. Cefi mengamati Baron, dia ingin tahu mengenai siapa diantara ketiga mahasiswi magang itu yang disukai Baron.
"Eh, kita kenalan sama anak magang yuk!" Ucap Amel.
"Ogah-ogah." Tolak Cefi.
"Udah ayo!" Ucap Amel yang sudah buru-buru menarik tangan Cefi. Dara dan Putri pun ikut berdiri.
Amel yang sangat semangat langsung menyapa semua anak magang di sana. Sedangkan Cefi hanya bisa memijat pelipisnya yang tidak sakit. Dia malu melihat kelakuan Amel yang terlihat kecentilan.
"Halo, Kakak-kakak! Boleh gabung gak?" Tanya Amel.
"Oh, boleh-boleh. Makin rame makin asyik. Iya kan, Guys?" Ucap teman laki-laki Baron yang diangguki oleh teman perempuan Baron.
"Baik banget. Yuk, Guys. Oiya kenalin, Aku Amel, dia Cefi, dia Dara, sama ini Putri." Ucap Amel yang heboh menyuruh teman-temannya untuk duduk.
"Gue Azka, ini Baron, ini Cindy, ini Nadine, dan yang di sana Elsa." Ucap Azka.
Lalu Amel, Dara, dan juga Putri pun langsung bercakap-cakap dengan Azka dan kawan-kawan. Amel yang memang terniat menanyakan bagaimana cara menentukan jurusan kuliah, bagaimana cara agar bisa keterima di universitas terbaik, dan hal seputar universitas lainnya. Sedangkan Cefi hanya diam saja tak berminat sama sekali. Dia hanya sesekali menjawab kalau ditanya.
Cefi melirik Baron, Baron sedang melihat ke arah Elsa yang tengah menjelaskan tips memilih jurusan agar tidak salah jurusan sambil tersenyum. Tiba-tiba Cefi mencebik sebal, kali ini dia tahu kalau Elsalah yang disukai oleh Baron.
Cefi mengalihkan pandangan pada Elsa dan menimbang-nimbang. Elsa memang cantik, pintar, pembawaannya tenang, lembut, dan manis. Mungkin tipe cewek yang seperti itulah yang disukai oleh Baron. Karena beberapa kali Baron memilih perempuan yang tipenya sebelas dua belas dengan Elsa.
Baron melirik Cefi bertanya ada apa lewat sorotnya, namun Cefi memutar bola matanya.
"Kalau Cefi mau kuliah jurusan apa?" Tanya Azka.
Diantara yang lain, Azka lebih suka mengajukan pertanyaan kepada Cefi karena menurutnya, Cefi yang paling cantik dan menarik diantara teman-teman Cefi.
"Diamah jangan ditanya, Kak. Pasti jawabannya gak tau. Dia mau cepet nikah kali." Ucap Amel asal.
"Sialan lo. Tapi kalau emang udah ada cowok ganteng kaya yang mau nikahin gue, boleh sih." Sahut Cefi asal.
Semua tertawa mendengar jawaban Cefi.
"Ck, benar-benar jawaban anak yang gak punya tujuan hidup." Ucap Baron.
Semua orang menatap Baron. Itu kalimat yang sebetulnya sangat kasar.
"Jadi, ibu rumah tangga juga cita-cita yang mulia, tau? Bisa ngerawat anak dengan baik."
"Kalau ibunya bodoh gimana bisa ngerawat anaknya dengan baik."
"Maksud lo apa?" Tanya Cefi melotot.
"Cef, Cef, yang sopan, Cef." Ucap Dara.
Baron mengangkat bahunya. Cefi kesal sekali melihat Baron. Dia ingin marah-marah namun dia teringat kalau dirinya sudah berjanji untuk tidak menunjukkan gerak-gerik kalau mereka saling mengenal.
"Ron, lo udah keterlaluan ege. Minta maaf sana." Ucap Azka.
"Katanya calon guru tapi masih suka merendahkan orang lain. Pantes tuh guru begitu?" Cibir Cefi.
Cefi langsung pergi meninggalkan kantin. Dia sangat malas berdebat dengan Baron. Menurut Cefi, tidak di rumah tidak di sekolah, Baron tetap menyebalkan. Ntah kapan baiknya. Cefi jadi tambah membenci Baron. Rasanya mau menangis. Matanya sudah mulai berkaca-kaca hingga akhirnya air matanya mulai menderas. Cefi memang anak yang cengeng. Sedikit-sedikit menangis.
Cefi memilih berjalan ke belakang gedung, "Cef, kamu kenapa?" Tanya Daren yang tiba-tiba ada di depan Cefi yang mengusap air matanya.
Cefi mendongak dan mendapati Daren yang tengah memperhatikannya dalam keadaan khawatir.
"Nggakpapa. Gue cuma lagi sensitif aja." Ucap Cefi. "Gue mau pergi." Sambungnya. Dia tidak lagi beraku-kamu. Padahal di obrolan chat mereka sudah beraku-kamu. Cefi masih teringat apa yang Dara katakan.
Daren menahan tangan Cefi dengan lembut, "Kamu kenapa?" tanya Daren.
Cefi menghela napas, "Apa kamu benar pernah berhubungan badan sama Amanda?"
Daren terdiam sebentar. Dalam benaknya dia bertanya-tanya mengenai dari siapa Cefi mengetahuinya. Namun, untuk saat ini sepertinya hal itu tidak begitu penting, "Iya, dan aku menyesal."
"Jahat!" Seru Cefi.
"Maaf, Cefi. Aku benar-benar dijebak waktu itu sama teman aku. Aku gak tau kalau aku sampe ngelakuin hal seburuk itu. Kamu percaya kan sama aku? Aku udah berubah. Kamu udah liat sendiri kan kalau aku berubah?" Tanya Daren sambil memegangi tangan Cefi.
"Kamu dijebak?" Tanya Cefi.
"Iya. Kalau nggak dijebak aku gak mungkin ngelakuin itu. Aku udah berubah. Percaya ya sama aku. Aku sebenernya mau ngomong dari lama tapi aku takut kamu marah sama aku dan ngerasa jijik sama aku. Soalnya aku juga ngerasa jijik sama diri aku sendiri." Ucap Daren sambil menunduk.
Cefi pun menghela napas, kemudian dia mengamati Daren mencoba mencari tahu kebenaran Daren. Namun, dia memang melihat kesungguhan Daren.
"Aku bener-bener menyesal. Tapi aku nggak bisa hapus masa lalu aku." Ucap Daren.
Cefi masih terdiam di tempatnya.
Daren pun langsung menatap Cefi dan memegang tangan Cefi. Kali ini Cefi tak melepaskan tangan Daren, "Kamu mau maafin aku kan? Aku sayang sana kamu, Cefi. Dari kelas sepuluh." Ucap Daren.
Cefi menatap Daren, "Dari kelas sepuluh?"
"Iya, aku suka sama kamu dari waktu aku masih jadi adik kelas kamu sampai aku jadi teman seangkatan kamu. Maafin aku ya?" Kata Daren.
Cefi pun menganggukkan kepalanya.
"Mau jadi pacarku?" Tanya Daren.
Cefi mengerjap beberapa kali. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang mendengar apa yang dikatakan oleh Daren.
Cefi pun menganggukkan kepalanya.
"Serius?" Tanya Daren berbinar-binar.
"Iya, aku mau jadi pacar kamu." Kata Cefi.
"Makasih Cefi makasih. Aku sayang sama kamu!" Ucap Daren yang hendak memeluk Cefi.
Namun, seseorang langsung berdehem sebelum pelukan Daren sampai pada Cefi, "Ekhm!"
Daren dan Cefi langsung menoleh ke sumber suara dan ternyata di sana ada Baron. "Ini sekolah. Bukan tempat mesum." Ucap Baron menatap Daren. "Pak Mur suruh saya awasin kalian. Sekarang kamu bisa kembali ke kelas." Sambung Baron.
Daren pun langsung mengepalkan tangan namun dia tidak bisa melakukan apapun. Dia pun akhirnya menurut, dari pada kena pelanggaran di kelas 12 lebih baik dia menurut saja. Dia tidak mau mengulang setahun. "Aku ke kelas dulu ya?" Ucap Daren.
Cefi pun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Daren pun langsung kembali ke kelas meninggalkan Cefi sendirian. Setelah Daren pergi, Cefi menatap Baron.
Baron berdecak, "Dasar cewek bodoh!" Ucapnya sambil pergi meninggalkan Cefi yang sudah mengepalkan tangannya di sisi kanan dan kirinya.
Cefi tidak tahu apa maksud Baron namun yang jelas dia kesal sekali dengan apa yang Baron lakukan. Padahal, sedikit lagi dia berpelukan dengan Daren.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Santi Eprilianti
cie diem diem mau lindungin cefi nie,,🤭🤭
2022-11-17
0