Waktu istirahat tiba. Namun, Cefi tidak bisa pergi ke kantin karena tidak memegang uang sama sekali dan ponselnya juga tertinggal di rumah. Dia tentu tidak akan mengatakan kalau dirinya tidak memiliki uang kepada teman-temanya. Dia lebih baik menahan lapar ketimbang dikasihani atau meminjam uang kepada mereka.
Tiba-tiba pikiran Cefi tertuju pada Baron. Dia bisa meminta uang kepada Baron. Meski musuhan, dia tahu kalau Baron akan memberikan uang kepadanya tanpa terlihat mengasihani.
"Ke kantin yuk!" Seru Dara.
"Ayo!" Sahut Putri dan Amel. Mereka bertiga langsung berdiri namun tidak dengan Cefi yang masih duduk saja di tempatnya.
"Maaf, Cefi. Kok gak berdiri?" Tanya Putri.
"Kalian duluan aja ke kantin ntar gue nyusul." Kata Cefi.
"Emang lo mau ngapain?" Tanya Amel menatap Cefi curiga. Cefi memutar otaknya agar dia bisa menjawab pertanyaan Amel tanpa menimbulkan kecurigaan.
"Mau ke toilet dulu bentar. Kayaknya gue dapet deh." Kata Cefi berbohong.
"Mau gue temenin?" Tanya Dara.
"Gak usah. Lebay banget cuma ke kamar mandi doang." Kata Cefi.
Akhirnya Dara, Amel, dan Putri pun menurut. Cefi pun ikut berdiri. Dia berniat untuk mencari Baron. Dia sangat lapar. Dia tidak bohong kalau dia akan menyusul ke kantin. Dia hanya butuh cari uangnya dulu. Cefi pun pura-pura berjalan menuju ke toilet agar ketiga orang temannya itu percaya. Setelah mereka tidak kelihatan Cefi pun menghela napas.
"Kak eh Bu, liat Pak Baron gak ya?" Tanya Cefi kepada Elsa yang kebetulan lewat di depan Cefi.
"Oh, kayaknya tadi masih di perpus. Emang ada apa?" Tanya Elsa.
"Mau setoran hafalan perkalian, Bu. Disuruh Pak Baron." Kata Cefi.
Elsa pun menganggukkan kepalanya. Karena Baron memang sudah cerita kepadanya mengenai apa yang terjadi pada hari pertama dia mengajar dan tugas apa yang diberikan dia kepada murid kelas Cefi.
"Cefi, saya turut berduka cita ya?" Kata Elsa.
Cefi tersenyum singkat dan mengangguk, "Makasih, Bu."
Cefi pun langsung berjalan menuju ke perpustakaan mencari keberadaan Baron. Namun, sampai sana. Dia merasa ragu, kalau dia meminta uang kepada Baron, dia akan merasa malu, tapi kalau tidak minta dia sangat lapar. Cefi memang memiliki pacar namun dia sangat segan meminta uang kepada pacarnya itu karena dia takut dikatakan sebagai cewek matre.
Cefi sudah ada di balik rak buku untuk mengamati Baron yang masih duduk dengan laptop di depannya. Ntah apa yang sedang dia kerjakan. Dia pun menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada penjaga perpus maupun teman-teman Baron. Juga tidak ada CCTV di perpus tersebut.
Cefi pun langsung menghampiri Baron dan duduk di samping Baron.
"Kenapa?" Tanya Baron.
Cefi menggigit bibirnya sebentar. Dia masih mikir keras apakah dia harus meminta uang kepada Baron atau tidak. Cefi mengulurkan tangannya sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Minta duit dong." Kata Cefi dengan cepat.
Baron pun menahan tawanya, "Apa? Gue nggak denger." Kata Baron berbohong.
Cefi pun kesal dan langsung menoleh ke arah Baron. Masa bodoh dengan gengsinya, dia hanya lapar, "Barongsai, minta duit. Gue laper pengen jajan." Kata Cefi.
"Bilang yang bener dulu. Pak Baron ganteng bagi duitnya dong. Gitu." Kata Baron.
"Ah, sialan. Mending gue kelaperan." Kata Cefi.
Cefi pun langsung bangkit dari duduknya dan langsung menarik tangan Cefi untuk duduk lagi.
Baron pun terkekeh, "Nih. Tadi papa juga telpon katanya lupa ngasih lo uang jajan." Baron memberikan uang lima puluh ribu kepada Cefi. Cefi pun buru-buru mengambilnya.
"Ish, kenapa lo nggak nganterin ke kelas gue sih?" Tanya Cefi sambil cemberut.
"Sengajalah biar lo ke sini. Males banget gue ke kelas lo." Kata Baron.
"Yeuuu, rese banget." Kata Cefi.
***
Daren duduk di depan Cefi. Di samping Dara. Dara terlihat tidak nyaman. Begitu juga dengan Amel dan juga Putri yang ada di samping Cefi.
"Sayang, kamu ke mana aja, tadi aku cari ke kelas kamu tapi nggak ada. Hape kamu juga nggak aktif." Kata Daren yang hendak mengambil tangan Cefi.
Tiba-tiba, Putri pun langsung menarik tangan Cefi, "Maaf, ini sekolah." Kata Putri.
Daren menatap Cefi tidak suka. Namun, Putri tidak mau ambil pusing. Kemudian, Daren pun menatap Cefi.
"Maaf ya, Daren. Tadi aku dari toilet. Iya ternyata hape aku ketinggalan di rumah. Lupa bawa." Kata Cefi.
"Nanti malem, mau jalan gak sama gue?" Tanya Daren.
Cefi pun menganggukkan kepalanya, "Boleh."
"Oke, nanti malam jam 7 gue jemput ya." Kata Daren.
Cefi menganggukkan kepalanya. Setelah itu, Daren pun memilih untuk pergi ke meja teman-temannya. Kemudian, dia pun menoleh ke teman-temannya.
"Kalian kenapa sih kayaknya gak suka banget kalau gue deket saka Daren." Kata Cefi cemberut. Dia merasa tidak enak dengan Daren.
"Kita emang gak suka sama dia, Cef. Dia nggak baik." Kata Amel.
"Dia baik, Mel." Kata Cefi.
Amel, Dara, dan Putri hanya bisa saling lirik. Putri tidak sengaja melihat Elsa dan Baron yang sedang makan di meja berdua. Mereka sesekali tertawa. Sepertinya seru sekali.
"Beruntung banget ya, Bu Elsa. Kayaknya Pak Baron suka deh sama Bu Elsa." Kata Putri.
Cefi mau tak mau langsung mencari keberadaan Baron dan Elsa. Dan benar saja dia melihatbya juga.
"Mana serasi lagi anjir. Yang satu ganteng yang satu cantik." Kata Dara.
"Cantik dari mananya sih? Cantikan juga kita-kita." Kata Cefi.
Amel menatap Cefi. Dia seakan memiliki pertanyaan yang sejak kemaren belum berani dia tanyakan kepada Cefi. "Cef, jujur deh sama kita. Kok Pak Baron udah kenal sama lo? Dan tinggal di depan rumah lo? Jangan-jangan ..." Kata Amel.
Cefi menghela napas, bagaimanapun dia tidak bisa berbohong selamanya kepada teman-temannya. Cefi menganggukkan kepalanya, "Iya, dia barongsai." Jawab Cefi.
Mereka bertiga (Putri, Dara, dan Amel) memekik. Mereka tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Cefi.
"Maaf, Cefi. Bukannya kamu bilang kalau barongsai kamu itu jelek ya? Pak Baron kan ganteng banget." Kata Putri.
"Ganteng dari mana sih? Dia itu jeleeeek." Kata Cefi.
"Ah, pantes aja PR matematika lo selalu bener semua. Dikerjain ama guru matematika langsung anjir." Kata Dara.
Cefi langsing membekap mulut Dara.
"Stttt ... Cuma kalian yang tau ini. Gue gak mau yang lain tau juga." Kata Cefi.
"Pantesan lo berdua kayak kucing sama anjing waktu ketemu. Ternyata oh ternyata." Kata Amel.
"Gue jadi lo mending pacaran sama Pak Baron, Cef." Kata Dara.
"Enak aja. Gak mungkin gue sama dia pacaran. Enggak-enggak-enggak." Kata Cefi.
"Kalau suami istri mungkin dong?" Tanya Dara menarik-turunkan alisnya.
Jantung Cefi berdegup dengan sangat kencang. Apakah mereka bertiga mendengar sesuatu ketika berada di rumah Baron? Cefi sungguh tidak tahu.
"Maksud lo apa?" Tanya Cefi
"Pipi lo merah anjir gue cuma bercanda. Suka sama Pak Baron lo ya?" Tanya Dara.
Cefi langsing terkejut dan menutup mulut Dara dengan tangannya, "Berisik banget lo anjir!"
Dara, Amel, dan Putri pun hanya bisa tertawa melihat Cefi.
Bel masuk berbunyi. Semua anak murid pun langsung kembali ke kelas mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Sri
Makin seru saja ni ceritanya, lanjut thor hehehe
2022-11-27
0
Santi Eprilianti
haisss masih pada gengsi aja sih,, awas ya tar klo bucin🤭🤭
2022-11-27
0