Awan terlihat mendung, Cefi baru saja turun dari angkot. Meski dia memiliki mobil di rumah, juga bisa naik kendaraan online, namun ntah mengapa dia lebih suka naik angkot. Karena dari tempat turunnya angkot, dia bisa berjalan terlebih dahulu ke rumahnya yang masuk ke dalam Kompleks Bintang dan melihat pemandangan kompleksnya yang asri. Aneh memang tapi kalau tidak aneh, bukan Cefi namanya.
Cefi menatap awan dan tersenyum, dia sama sekali tidak keberatan kalau harus kehujanan di jalan, sebab dia menyukai hujan. Namun, sepertinya, hal itu tidak mungkin terjadi mengingat meski sudah mendung, gerimis tidak juga jatuh padahal dia sudah berjalan pelan-pelan dari halte turunnya angkot menuju ke rumahnya.
"Sayang, kita kenapa sih nggak satu kelompok aja? Kan kamu bisa pindah ke kelompok aku. Aku nggak mau jauh-jauh dari kamu, Sayang. Aku mau kita ngajar di satu sekolah, biar kalau aku ada materi yang gak bisa, bisa tanya kamu." Suara seseorang mulai terdengar di telinga Cefi.
"Sayang, maaf ya. Kelompok kita udah ditentuin sama prodi. Sekolahnya juga sama, ditentuin juga. Jadi, aku atau kamu gak bisa pindah soalnya ngurusnya juga ribet, Sayang. Cuma 3 bulan kok sabar yaaa. Kamu kan masih bisa telepon aku kalau ada yang kamu gak ngerti." Ucap Baron sambil menyampirkan rambut pacarnya ke belakang telinga.
Senyum mengembang di bibir pacarnya Baron karena Baron terlihat lembut sekali. "Yaudah deh, Sayang. Tapi kita sepulang ngajar harus sering ketemu yaaa."
"Iya, Sayang."
Cefi pun langsung menajamkan pandangan. Ternyata di sana ada seorang seorang gadis yang tengah bermesraan dengan Baron. Cefi bisa melihat kalau almamater yang dikenakan gadis itu dan Baron sama.
Sebuah ide terlintas dibenak Cefi.
"Sayaaang!" Seru Cefi yang langsung berlari ke arah Baron dan langsung memeluk Baron.
"Astaghfirullah, lo ngapain anjir!" Pekik Baron yang langsung mencoba melepaskan Cefi begitu saja.
"Ya ampun, Sayang. Kok kamu tega banget sih. Kamu selingkuh dari aku ya? Heh, cewek. Lo pelakor ya? Parah banget sih cantik-cantik pelakor." Cerocos Cefi.
Ucapan Cefi membuat Baron ingin memakan Cefi hidup-hidup.
"Antibiotik! Lo bener-bener ya!" Baron menatap Cefi dengan kesal.
Kemudian, Baron menatap pacarnya, orang yang lebih penting dari pada Cefi untuknya saat ini, "Sayang, dia bukan siapa-siapa aku. Dia cuma orang gila sayang, jangan dengerin dia ya?" Kata Baron yang mencoba mengambil tangan pacarnya yang kini menatap Baron dengan tatapan marah.
"Enak aja orang gila. Kita itu pacaran. Kita baru jadian dua bulan yang lalu. Kamu kok jahat banget sih? Yaudah kita putus!" Tanya Cefi sambil pura-pura menangis dan langsung berjalan pergi meninggalkan Baron.
"Kita baru jadian satu bulan tapi kamu udah jadian sama dia dua bulan. Itu artinya aku selingkuhan kamu? Aku nggak nyangka kamu kayak gitu, Baron. Kita putus! Gue nggak mau kenal lagi sama lo!" Seru perempuan itu yang langsung berlari begitu saja menuju jalan raya.
"Rayaaa! Rayaaa! Tunggu. Ini salah paham! Dia bohong, Raya!" Seru Baron mengejar Raya.
Namun, Raya langsung masuk ke salah satu taksi yang lewat dan meninggalkan Baron sendirian.
Di tempatnya, Cefi yang tidak mau melewatkan momen itu langsung merekam bagaimana Baron yang sedang mengejar perempuan itu sambil terkekeh. "Emang enak lo! Putus lagi, putus lagi! Hahahaha!" Cefi langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku seragamnya.
Baron yang melihat bagaimana pacarnya pergi, pun mengepalkan tangan dan langsung berbalik, ingin meminta pertanggungjawaban dari Cefi.
"Antibiotikkk! Abis lo sama gue!" Seru Baron yang langsung berlari ke arah Cefi.
Cefi yang terkejut pun langsung berbalik dan berlari sambil tertawa terbahak-bahak, "Emang enak lo. Jomlo lagi, jomlo lagiii jahahahaha!"
"Berhenti gak lo!" Seru Baron.
Jarak Baron dengan Cefi sudah sangat dekat. Membuat Cefi panik setengah mati.
Tak lama kemudian, Cefi merasakan tangannya ditahan oleh seseorang. Dia pun langsung bisa mengetahui kalau orang itu adalah Baron. "Mamaaa! Tolong Xaviera mama! Baron mau melakukan tindak asusila!"
Baron pun langsung memutar tubuh Cefi hingga kini Cefi menghadap Baron, "Lo tuh bener-bener ya, Antibiotik. Bisa gak si lo gak ganggu hidup gue sehari aja? Kalau gue jadi perjaka tua gimana?!" Seru Baron.
Cefi yang mendengar hal itu pun langsung terkekeh begitu saja, "Hahahahahaha emang itu yang gue mau."
"Sialan. Lo harus jelasin ke cewek gue kalau lo cuma bohong!" Ucap Baron sambil menunjuk ke arah Cefi.
"Dihhh, nggak mau. Ogah amat. Jelasin aja sendiri." Ucap Cefi tak mau kalah.
"Nak, ada apa ribut-ribut?" Tanya Bu Laras yang keluar dari rumahnya.
Bu Laras melirik tangan Baron yang ada di tangan anaknya. Baron yang melihat tatapan itu langsung sadar dan langsung melepaskan tangan Cefi, dia tidak mau kalau sampai ibunya Cefi sampai salah paham dengannya.
"Maaf, Tante. Ini dia ngeselin Tante." Ucap Baron.
"Yeuuu, enggak, Ma. Bohong. Orang dia abis putus sama pacarnya yang disalahin aku." Kata Cefi.
Baron kesal setengah mati. "Ya kalau lo gak ngaku-ngaku sebagai cewek gue, gue sama cewek gue gak bakalan putus!" Ucap Baron kesal.
"Bodo amat. Ayo, Ma. Kita masuk ajaaa. Hahaha emang enak jomlo."
Cefi langsung menarik tangan ibunya untuk masuk ke dalam rumah. Sesampainya dia menutup gerbang, Cefi terkekeh begitu saja. Dia merasa puas dengan apa yang dilakukannya. Dia bisa membayangkan kalau Baron sekarang sedang kesal kepada dirinya.
"Kamu nggak boleh gitu, Sayang. Kasian Nak Baron." Ucap Ibu Larasati.
"Biarin aja, Ma. Biar tau rasa."
"Hus!"
Cefi hanya bisa nyengir kuda ke arah ibunya. Kemudian dia pun masuk ke dalam rumah.
Malam pun datang. Cefi pun mengambil ponselnya. Dia langsung mencari aplikasi untuk membaca novel sampai akhirnya sebuah pesan masuk di Grup Capdar (Cefi, Amel, Putri, Dara).
Amel: Gue gak sabar mau ketemu sama mahasiswa PKL itu deh 🤩
Cefi: Emang mereka besok ke sekolah?
Putri: Katanya Bu Nur mereka mulai ngajar awal bulan. Dua hari lagi berarti kan?
Dara: Besok udah awal bulan Pele. Liat kalender sana!
Putri: Oiya, lupaaa. Maaf-maaf.
Cefi: Wkwkwkwk ngablu lo ya?
Amel: Kurang-kurangin put ... Put wkwkwk
Dara: Sorry-sorry gue boker dulu baru nimbrung lagi.
Amel: Anjirrr
Cefi: Peleee
Putri: Astaghfirullah. Mending kita juga udahan aja yuk chatnya, besok kan ulangan matematika.
Amel: Bukan kita kali, Put. Kita bertiga doang si Cefi mah gak ikutan.
Putri: Oiya, Cefi harus ngumpulin tugas yang kemarin dulu ya baru boleh ulangan?
Cefi terperanjat di tempatnya. Dia seketika teringat kalau dirinya memiliki tugas matematika khusus dari gurunya karena selama ini dia tidak pernah mengerjakan tugas sehingga tidak boleh ikut ulangan.
Cefi: Astagaaa, gue lupa 😭😭😭. Gimana donggg?
Dara: Ya kerjainlah pake nanya
Putri: Dara, maaf kamu bukannya lagi di kamar mandi?
Dara: iya, ini lagi nongkrong hahahaha.
Amel: gblk. Wkwkwk
Cefi: kalian gak ada yg mau bantuin gue apa?
Amel: otak kita aja pas-pasan, Cef. Lo mending minta tolong Barongsai lo aja. Kata lo dia pinter
Cefi: Duh, gue abis bikin dia putus sama pacarnya.
Dara: Gue mencium bau-bau ...
Cefi: Bau kentut lo.
Amel: wkwkwkwk udah sanaaa
Putri: iya, Cef, dari pada kamu gak bisa ulangan. Nanti ngulang lagi satu tahun.
Dara: Bener tuh. Mau apa 20 tahun masih kelas 12? Gue si malu
Amel: jujur bat si dara wkwkwk
Dara: jujur tetap lebih baik.
Cefi: BRISIK lo-lo pada!
Cefi pun langsung berjalan menuju ke balkon. Dia mengamati rumah di depannya. Kamar Cefi memang berada di lantai dua dan di seberang sana, Baron juga menempati kamar di lantai dua. Cefi pun menggaruk kepalanya, dia merasa bingung harus berbuat apa.
"Gue minta tolong dia apa nggak ya?" Ucap Cefi. "Tapi kalo gak minta tolong gue bisa ngulang kelas 12 lagi anjir." Sambungnya.
Cefi pun langsung menghela napas. Dia sepertinya memang harus datang ke rumah Baron. Namun, Cefi malu untuk minta tolong pada Baron, terlebih Baron sedang marah padanya, sehingga ibunya adalah jalan ninja bagi Cefi.
"Maaa ..." Panggil Cefi.
"Kenapa, Sayang? Kok teriak-teriak?" tanya Ibu Larasati.
"Aku ada PR matematika, mama tolong bantuin aku buat kerjain ya? Atau papa mana?" Tanya Cefi.
"Papa belum pulang, Sayang. Katanya papa lembur malam ini. Duh, mama mana bisa, Xaviera. Mending kamu minta tolong Nak Baron aja." Usul Bu Larasati.
Cefi tersenyum samar. Memang itu tujuannya. Orang tua Cefi tentulah tidak bisa membantunya mengajarkan pelajaran sekolah. Ibunya Cefi sama sekali tidak bisa, sedangkan ayahnya Cefi kadang terlalu lelah untuk mengajar karena sudah lelah bekerja di kantor.
"Nggak mau ah, Barongsai suka nggak mau ngajarin. Pelit ilmu dia." Kata Cefi.
"Yaudah, mama anterin aja. Kalau mama yang minta pasti dia mau ngajarin." Ucap Ibu Larasati.
Cefi pun menganggukkan kepalanya begitu saja. "Iya, Ma. Bener tuh bener." Ucapnya.
"Kamu ganti baju dulu sana. Masa pake baju tidur kayak gini?" Ucap Ibu Larasati.
"Iya, Ma." Ucap Cefi yang langsung mengganti baju dengan semangat. Akhirnya, dia berpeluang besar untuk tidak mengulang kelas 12 lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Radiah Ayarin
yah...terkadang butuh sesuatu hal atau apa pun yg menyenangkan untuk menenangkan pikiran sejenak
2022-11-25
1