BAB 11 - Cefi yang Berbeda

Cefi menghampiri teman-temannya yang ada di kelas. Situasi kelas Cefi ramai karena tidak ada satu gurupun yang masuk ke kelas tersebut dari pagi. Hal ini sering terjadi di kelas IIS. Apalagi hari sedang hujan, guru jadi tambah malas masuk kelas IIS karena tidak akan kondusif dalam melangsungkan *** (Kegiatan Belajar Mengajar).

"Kak Baron, ganteng banget ya?" Tanya Amel yang masih tergila-gila sama Baron.

"Ck, mata lo katarak ya, Mel? Orang nyebelin kayak gitu lo bilang ganteng." Sahut Cefi.

"Maaf ya, Cefi kayaknya Kak Baron emang ganteng deh, pinter juga tadi waktu ngomong keliatan pinternya." Ucap Putri.

"Pinter gak punya akhlak buat apaan?" Tanya Cefi. "Iya kan, Dar?" Tanya Cefi kepada Dar.

"Gue kayaknya kali ini setuju sama mereka deh, Cef. Dia gantengnya, ganteng macho gitu gue suka. Pinter juga kayaknya. Dan galaknya bikin gak nahan." Ucap Darah

"Wah, kalian bener-bener sakit gue rasa." Ucap Cefi.

"Bu Nur! Bu Nur!" Seseorang berteriak dari luar.

Semua murid kelas 12 IIS 1 langsung buru-buru mematikan proyektor karena mereka tengah menonton film di kelas. Membereskan bangku yang sejajar tiga. Mematikan proyektor secara paksa. Dan membangunkan semua murid yang sedang tidur di pojok kelas.

"Ketua kelas, siapkan!"

"Memberi salaaam!"

"Assalamualaikum wa rahmatullahi wabarakatuh!"

Pandangan Cefi dan teman-teman kelasnya kini tertuju pada Baron yang berdiri di samping Bu Nur. Mereka bertanya-tanya mengenai apa yang terjadi.

"Waalaikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh. Ya, anak-anak kali ini ibu ingin menyampaikan kabar mulai hari ini Bu Rani cuti melahirkan dan ibu diminta untuk mengajar anak MIA. Jadi, selama tiga bulan kedepan untuk pelajaran matematika akan digantikan oleh Mahasiswa yang sedang Magang. Namanya Baron. Kalian harus memanggilnya dengan sebutan Pak Baron. Tidak ada yang boleh memanggil kakak apalagi nama selama di sekolah. Kalian mengerti?"

"Mengerti buuu!" Sahut mereka.

"Pak Baron, silakan perkenalkan diri anda."

Baron mengedarkan pandangan mencari sosok yang dia kenal. Ternyata benar saja, dia memang akan menjadi guru dari Cefi. Padahal, dia berharap tidak demikian namun semesta sepertinya tidak ingin membuat Baron jauh-jauh dari Cefi.

"Selamat siang semuanya, Saya Baron Xavier Halim, kalian bisa panggil saya Pak Baron. Seperti yang sudah disampaikan oleh Ibu Nur. Selama 3 bulan ke depan, saya akan menggantikan beliau mengajar kalian. Saya harap kita cocok. Kalau ada yang mau bertanya dipersilakan."

"Panggil sayang boleh gak pak?"

"Yang boleh cuma istri saya. Kalau nanti saya punya istri." Jawab Baron sambil tersenyum tipis.

Semua siswa kelas 12 IIS 1 pun langsung tertawa mengolok-olok siswa yang bertanya. Namun, beberapa menimpali hingga suasana kelas menjadi ramai. Semua siswi yang ada di dalam kelas itu mulai tergila-gila pada Baron.

"Maafkan kelas 12 IIS 1 ya, Pak. Anak IIS memang seperti ini." Ucap Bu Nur yang tak enak hati kepada Baron.

"Tidak apa-apa, Bu. InsyaAllah saya bisa mengatasinya." Jawab Baron

Tiba-tiba Cefi mengangkat tangan. Diantara teman-temannya. Hanya dia yang tidak setuju kalau Baron mengajar di kelasnya. Dia tentu tidak masalah dengan siapapun guru yang mengajar selain Baron. Kalau Baron. Dia tidak mau. Lagi pula ada hal yang ingin dia kritisi soal pergantian guru ini.

"Bu, saya mau tanya!" Ucap Cefi.

Ibu Nur pura-pura tidak dengar dengan panggilan Cefi. Cefi tentu tidak mau mengalah. Dia harus bertanya. Dia pun menggoyangkan tangannya dan kembali berseru.

"Bu! Saya mau tanya, Bu!" Seru Cefi lagi.

Baron melirik Bu Nur, "Bu, ada yang mau bertanya." Ucap Baron.

"Bu, Cefi mau tanya, Bu!" Seru Nada, ketua kelas yang duduknya paling depan sambil menunjuk ke arah Cefi.

Ibu Nur menghela napas dan menoleh ke arah Cefi sambil tersenyum.

Semua anak pun langsung diam menatap Cefi. Situasi jadi tegang. Ntah mengapa teman-teman Cefi langsung berpikir kalau Cefi akan mengatakan hal yang tidak-tidak. Cefi terlalu kritis kepada guru. Semua guru tidak ada yang menyukainya. Karena dia memiliki banyak pertanyaan yang membuat guru tidak bisa menjawab.

Mungkin sikap kritis ini jugalah yang membuat Cefi tidak naik kelas. Guru menganggap semua yang dikatakan oleh Cefi adalah bentuk pembangkangan padahal Cefi sendiri tidak bermaksud begitu. Dia hanya ingin memperbaiki semua yang salah menurut kaca matanya.

Inilah mengapa dia meminta kepada Baron agar dia tidak menceritakan apa yang dilakukannya di sekolah kepada kedua orang tuanya. Cukup orang tuanya tahu kalau dia tidak naik kelas karena dia tidak suka bolos dan bodoh, bukan karena membangkang dan dibenci guru.

"Kenapa Cefi?" Tanya Bu Nur.

"Guru matematika kita kan Ibu. Kalaupun Ibu Rani cuti melahirkan berarti yang seharusnya diajar sama mahasiswa magang itu anak MIA, Bu. Bukan kita." Ucap Cefi.

Dara mendekatkan bibirnya ke telinga Cefi, "Cef, gakpapa kali sekali-sekali dapet guru ganteng."

Cefi melotot ke arah Dara. Dara tak bicara lagi.

Kemudian, Cefi kembali menatap Bu Nur, "Maaf Bu kalau saya gak sopan. Saya rasa, ilmu anak magang itu lebih sedikit dibanding ibu yang memang sudah jadi guru sejak lama. Kami yang punya kapasitas otak pas-pasan kalau dilepas sama guru magang ya jelas kita gak akan berkembang. Sama yang profesional aja kita gak pinter gimana sama baru mulai meniti karir? Mungkin untuk kelas sepuluh atau sebelas masih bolehlah dijadikan kelinci percobaan. Tapi ini kelas 12, Bu. Resikonya sampai ke nilai UN. Nilai kelulusan." tanya Cefi.

Semua teman Cefi langsung berpikir. Semua yang dikatakan oleh Cefi memang benar adanya. Bu Nur belum menjawab. Keheningan di dalam kelas kini terasa dingin.

"Saya hanya ingin memberikan kalian suasana belajar baru dengan guru yang baru." Jawab Bu Nur.

"Ck, Bu. Mungkin saya bodoh dalam pelajaran tapi saya masih bisa melek keadaan. Dan setangkap saya, bukan itu alasannya. Alasan yang tepat adalah karena sekolah ini tidak mau kalau nilai anak MIA kecil karena diajar oleh anak magang. Toh, yang menjadi kebanggaan di sekolah ini cuma anak MIA. Buktinya, semua guru selalu hadir tepat waktu buat kelas MIA, sedangkan di sini. Lihatlah bagaimana kami yang gak ada guru dari pagi sampai siang. Bukan sekali dua kali. Tapi berkali-kali. Sekarang ibu yang punya predikat guru matematika senior yang asik justru pilih pindah mengajar ke kelas MIA. Ibu mau cuci tangan ya? Gak kuat ngajar kita?" Tanya Cefi.

"Cefi kamu sudah keterlaluan!" Seru Ibu Nur dengan nada yang naik beberapa oktaf.

Cefi tersenyum. Ibu Nur beristighfar dalam hati. Ternyata semua yang dikatakan oleh guru-guru di ruang guru memang benar. Kali ini Ibu Nur mengalaminya sendiri. Beliau kira Cefi sudah menjadi lebih alim dan memperhatikan tutur katanya, karena sejak awal semester ini Cefi jadi penurut dan tidak pernah mendebat siapapun.

Ketegangan kembali terasa.

"Keterlaluan mana sama ibu yang mau lepas tanggung jawab?" Tanya Cefi sambil tersenyum.

"Kamu! Temui saya di ruang BK sekarang juga!" Ucap Bu Nur yang langsung keluar begitu saja.

Setelah Bu Nur keluar. Semua anak yang ada di dalam kelas langsung tepuk tangan memuji Cefi, terutama kaum laki-laki yang merasa tersaingi oleh kehadiran guru tampan. Sebagian besar siswi juga menyetujui Cefi, di mana meski Baron memang tampan tapi yang diucapkan Cefi mewakili keresahan mereka dan cukup masuk akal.

"Gila si Cefi berani banget anjir!" Seru Dara.

Semua orang pun mengatakan hal yang sama dengan Dara.

"Cef, kalau kamu dikeluarin gimana?" tanya Cefi.

"Tenang, mereka gak bakalan berani keluarin gue. Kalau mereka berani, udah dari awal gue udah keluar dari sini." Ucap Cefi yang bangkit dari tempat duduknya.

Baron menatap Cefi, Cefi mengalihkan pandangannya ke arah lain. Cefi berjalan keluar tanpa pamit pada Baron yang notabenenya adalah gurunya sekarang.

"Hei, kamu! Tiga belas tahun di sekolah gak belajar adab ya?" Tanya Baron.

Semua anak kelas 12 IIS 1 selain gengnya Cefi terkekeh. Menertawakan Cefi.

Sedangkan Gengnya Cefi justru berpikir mengenai bagaimana bisa Baron tahu kalau Cefi sudah menempuh waktu belajar 13 tahun padahal normalnya 12 tahun mengingat mereka kelas 12?

"Sialan." Gumam Cefi. Dia mengepalkan tangan dan berbalik. "Maaf, Pak. Saya izin ke Bu Nur."

Baron tersenyum licik, "Oke."

"Permisi, Pak." Ucap Cefi menahan kesal setengah mati.

Lalu Cefi pun langsung mendatangi Ruang BK. Sebelum masuk ke dalam ruangan itu. Dia juga merasa kalau dirinya harus mengatur diri terlebih dahulu. Dia mulai menyiapkan kuping untuk mendapatkan banyak ceramah dari Ibu Nur dan juga Guru BK. Ibu bukan kali pertama. Dia tidak akan kaget. "Lo udah biasa, Cefi. Ini bukan sesuatu yang baru."

Cefi hendak memegang gagang pintu namun wajah Baron terlintas di benaknya, "Gara-gara dia nih gue jadi kayak gini lagi."

Terpopuler

Comments

Sri

Sri

Waaah makin panas mereka berdua 😱😱

2022-11-17

1

Santi Eprilianti

Santi Eprilianti

kalian emang d takdirkan untuk bersama🤭🤭 walaupun ga pernah akur

2022-11-17

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Awal
2 BAB 2 - Gosip Terbaru
3 BAB 3 - Pengganggu
4 BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5 BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6 BAB 6 - Haus Pengakuan
7 BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8 BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9 BAB 9 - Perjanjian
10 BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11 BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12 BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13 BAB 13 - Mendadak Demam
14 BAB 14 - Kabar Buruk
15 BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16 BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17 BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18 BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19 BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20 BAB 20 - Minta Duit
21 BAB 21 - Suara Pecahan
22 BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23 BAB 23 - Film Dewasa
24 BAB 24 - Kehebohan
25 BAB 25 - Sakit Hati
26 BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27 BAB 27 - Baikan?
28 BAB 28 - Ketahuan
29 BAB 29 - Baron-Sai
30 BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31 BAB 31 - Permintaan Maaf
32 BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33 BAB 33 - Menghapus Kotoran
34 BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35 BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36 BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37 BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38 BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39 BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40 BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41 BAB 41 - Kabar Gembira
42 BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43 BAB 43 - Masih Berhubungan?
44 BAB 44 - Coklat
45 BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46 BAB 46 - Berbaikan
47 BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48 BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49 BAB 49 - Uang Hilang
50 BAB 50 - Suami Galak
51 BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52 BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53 BAB 53 - Rayuan Gagal
54 BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55 BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56 BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57 BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58 BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59 BAB 59 - Baron Cemburu
60 BAB 60 - Air Mata Palsu
61 BAB 61 - Pelaku Pencurian
62 BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63 BAB 63 - Survei Asuransi
64 BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65 BAB 65 - Mau Bicara
66 BAB 66 - Jambak-Jambakan
67 BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68 BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69 BAB 69 - Ada Apa?
70 BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71 BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72 BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73 BAB 73 - Ada yang Berbeda
74 BAB 74 - Setia Kawan
75 BAB 75 - Penjualan Rumah
76 BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77 BAB 77 - Pencarian Riza
78 BAB 78 - Pencarian Andrea
79 BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80 BAB 80 - Penangkapan
81 BAB 81 - Tamparan Keras
82 BAB 82 - Tanda-Tanda
83 BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84 BAB 84 - Hasil Pergulatan
85 BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86 BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87 BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88 BAB 88 - Ujian Terakhir
89 BAB 89 - Telepon dari Baron
90 BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91 BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92 BAB 92 - Wisuda Baron
93 BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94 BAB 94 - Ketenangan Batin
95 BAB 95 - Kenyataan Pahit
96 BAB 96 - Buah Hati
97 BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98 BAB 98 - Penguntit
99 BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)
Episodes

Updated 99 Episodes

1
BAB 1 - Awal
2
BAB 2 - Gosip Terbaru
3
BAB 3 - Pengganggu
4
BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5
BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6
BAB 6 - Haus Pengakuan
7
BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8
BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9
BAB 9 - Perjanjian
10
BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11
BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12
BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13
BAB 13 - Mendadak Demam
14
BAB 14 - Kabar Buruk
15
BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16
BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17
BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18
BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19
BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20
BAB 20 - Minta Duit
21
BAB 21 - Suara Pecahan
22
BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23
BAB 23 - Film Dewasa
24
BAB 24 - Kehebohan
25
BAB 25 - Sakit Hati
26
BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27
BAB 27 - Baikan?
28
BAB 28 - Ketahuan
29
BAB 29 - Baron-Sai
30
BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31
BAB 31 - Permintaan Maaf
32
BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33
BAB 33 - Menghapus Kotoran
34
BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35
BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36
BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37
BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38
BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39
BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40
BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41
BAB 41 - Kabar Gembira
42
BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43
BAB 43 - Masih Berhubungan?
44
BAB 44 - Coklat
45
BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46
BAB 46 - Berbaikan
47
BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48
BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49
BAB 49 - Uang Hilang
50
BAB 50 - Suami Galak
51
BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52
BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53
BAB 53 - Rayuan Gagal
54
BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55
BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56
BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57
BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58
BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59
BAB 59 - Baron Cemburu
60
BAB 60 - Air Mata Palsu
61
BAB 61 - Pelaku Pencurian
62
BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63
BAB 63 - Survei Asuransi
64
BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65
BAB 65 - Mau Bicara
66
BAB 66 - Jambak-Jambakan
67
BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68
BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69
BAB 69 - Ada Apa?
70
BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71
BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72
BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73
BAB 73 - Ada yang Berbeda
74
BAB 74 - Setia Kawan
75
BAB 75 - Penjualan Rumah
76
BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77
BAB 77 - Pencarian Riza
78
BAB 78 - Pencarian Andrea
79
BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80
BAB 80 - Penangkapan
81
BAB 81 - Tamparan Keras
82
BAB 82 - Tanda-Tanda
83
BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84
BAB 84 - Hasil Pergulatan
85
BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86
BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87
BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88
BAB 88 - Ujian Terakhir
89
BAB 89 - Telepon dari Baron
90
BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91
BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92
BAB 92 - Wisuda Baron
93
BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94
BAB 94 - Ketenangan Batin
95
BAB 95 - Kenyataan Pahit
96
BAB 96 - Buah Hati
97
BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98
BAB 98 - Penguntit
99
BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!