BAB 2 - Gosip Terbaru

Suasana di rumah Cefi sekarang sangat tidak menyenangkan. Rumah yang biasanya hangat menjadi dingin karena ayah Cefi yang kini tengah marah kepada anaknya.

"Kamu benar-benar membuat Papa malu, Xaviera. Sekarang mau dikemanakan wajah papa di depan orang kompleks?" Tanya Pak Wijaja kepada putri semata wayangnya.

"Papa, itu bukan salah aku. Aku cuma bilang kalau aku dilecehkan. Tadi waktu aku lagi nangis di jalan, si Barongsai datang ngatain aku cengeng sama ngatain aku antibiotik gak guna. Siapa yang mau dilecehkan begitu, Papa?" Cefi masih belum mengerti konteks perbincangan mereka.

"Astaghfirullah, Xavieraaa! Ma, Papa ke kamar dulu ya, tolong bicara dengan Xaviera, papa gak kuat lama-lama. Nanti malam kita akan minta maaf sama keluarga Pak Pradana." Akhirnya Pak Wijaja yang tidak sanggup berbicara dengan anaknya lebih memilih untuk pergi.

Bukan apa-apa, Pak Wijaja bukannya tidak marah dan mau lepas tanggung jawab terhadap Cefi, namun beliau merasa takut kalau amarahnya tak terbendung dan akan mengatakan hal yang tidak-tidak kalau terus mendebat anaknya.

"Loh, Papa? Kok kita harus minta maaf sih, kan Barongsai yang salah." Ucap Cefi.

Ibu Larasati menghela napas, beliau tahu kalau beliau harus menjelaskan dengan sejelas-jelasnya dengan bahasa yang lembut kepada anaknya.

"Nak, kamu tau apa kesalahan kamu?" Ibu Larasati mulai mengajak anaknya untuk mengobrol.

"Enggak, Ma. Aku nggak ngerasa bersalah. Emang aku salah apa, Ma?" Tanya Cefi.

"Nak, kamu tadi sudah buat semua orang salah paham. Kamu bilang kalau kamu dilecehkan. Meskipun di KBBI yang kamu tunjukkan arti dari melecehkan itu menghina namun di masyarakat pelecehan itu konotasinya kamu diperkosa atau kamu dipegang-pegang sama orang lain tanpa izin terutama di bagian-bagian sensitif perempuan. Itu yang buat papamu marah dan semua orang sekarang mengira kalau Baron itu sudah melakukan asusila sama kamu." Terang Bu Larasati.

Cefi terdiam. Kini dia mengerti mengapa ayahnya terlihat begitu marah begitu saja.

Konotasi dan asusila, hal itu yang harus dia pikirkan nanti.

"Nanti malam kita minta maaf ya ke keluarganya Baron ya, Nak?"

"Ma, tapi Barongsai itu udah ngata-ngatain aku. Jadi, dia yang harus minta maaf."

"Iya, nanti mama suruh dia minta maaf sama kamu."

***

Malam pun datang. Bu Larasati dan Pak Wijaja sudah berganti pakaian dengan pakaian yang rapi, begitu juga dengan Cefi. Mereka akan datang ke rumah Keluarga Halim untuk meminta maaf atas kekacauan yang terjadi siang tadi.

"Ini, kamu bawa buat Tante Anes dan Om Pradana." Kata ibunya Cefi sambil menyerahkan kue kering yang sudah dimasukkan ke dalam paperbag.

"Iya, Ma."

"Nak, kamu udah minta maaf sama papa?"

Cefi menggelengkan kepalanya.

"Minta maaf dulu sana!"

Cefi menganggukkan kepalanya begitu saja dan berjalan menuju ke arah ayahnya, "Papa, aku minta maaf karena udah buat malu papa." Katanya.

"Iya, Sayang. Maafin papa juga ya udah emosi sama kamu tadi." Kata Ayahnya Cefi memeluk anaknya.

Kemudian, mereka pun langsung mendatangi rumah tetangganya yang ada persis di depan rumah mereka. Mereka pun disambut baik oleh Keluarga Halim.

"Pak Pradana, Bu Anes, Nak Baron. Kami datang untuk meminta maaf atas apa yang terjadi tadi siang. Saya pribadi pun merasa bersalah karena sudah datang marah-marah dan menuduh Nak Baron yang tidak-tidak." ucap Pak Wijaja dengan tidak enak hati.

"Iya, Pak. Tidak apa-apa kami memakluminya, kalau saya jadi bapak juga pasti saya akan marah kalau dengar aduan putri kita seperti itu." Jawab Pak Pradana. Beliau memang pria yang sangat bijak.

Cefi di tempatnya menatap kesal ke arah Baron. Sedangkan Baron hanya bisa menaikkan alisnya.

"Xaviera ayo, Nak. Minta maaf dulu." Pinta Bu Larasati kepada anaknya.

Cari menganggukkan kepalanya begitu saja.

"Om Pradana, Tante Anes, aku minta maaf. Ini untuk Om dan Tante." Kata Cefi yang meletakkan kue kering yang dibawanya di atas meja, kemudian, menghampiri Pradana dan Anes, "Salim dulu." Kata Cefi.

"MasyaAllah. Iya, Nak. Kami maafkan kok." Kata Pak Pradana.

"Iya, Nak. Betul kata Om." Kata Bu Anes.

"Nak, ayo minta maaf juga sama Nak Baron." Kata ibunya Cefi.

"Ma, aku nggak mau. Yang ngatain aku kan dia, jadi aku nggak mau minta maaf." Kata Cefi.

"Xaviera ..." Peringatan ayahnya.

"Tidak apa-apa, Pak. Mungkin Xaviera memang benar. Seharusnya anak sayalah yang minta maaf sama Xaviera karena Baron pastilah yang memulai duluan." Kata Pak Pradana. "Baron, cepat minta maaf pada Xaviera dan Om dan Tante." Sambung Pak Pradana.

"Tapi, Pa. ..."

"Nggak ada tapi-tapian, cepat minta maaf!" Titah Pak Pradana.

Baron pun bangkit dan meminta maaf kepada kedua orang tua Xaviera. "Maafkan saya, Om dan Tante. Saya ngatain Xaviera cuma bercanda."

"Ck, bercanda apaan." Ucap Cefi sambil berdecak sebal.

"Iya, Nak. Kami tau, kami sudah memaafkan kamu." Kata Pak Wijaja. Hal itu dibetulkan oleh Bu Larasati.

"Minta maaf sama Xaviera juga, Nak!" Kata Bu Anes.

Baron berjalan menuju ke arah Cefi. Cefi tersenyum senang. Pasalnya selama ini Baron tidak pernah mau meminta maaf kepada dirinya.

Cefi dengan angkuh menyodorkan tangannya kepada Baron, "Cium tangan sekalian biar afdol." Ucap Cefi.

Kedua orang tua Cefi menggelengkan kepalanya melihat anaknya yang sangat absurd itu.

"Ck, enak aja. Yang aja juga lo yang cium tangan ke gue. Gue lebih tua tiga tahun dari lo."

"Bodo amat nggak mau tau."

"Lagian gue nggak mau minta maaf."

Cefi langsung mendongak ke arah Baron dengan kesal kemudian menurunkan tangannya. Kemudian, menoleh ke arah Ibu Anes, "Tante ... Anaknya nggak mau minta maaf ke aku." Adunya.

"Baron ..." Peringat Bu Anes.

"Iya, Ma. Dia harus bilang terima kasih dulu, baru Baron mau minta maaf ke dia. Yang anterin dia pulang waktu nangis-nangis di jalan tadi itu Baron, Ma." Ucap Baron.

"Ck, pamrih banget si lo." Ucap Cefi.

"Suka-suka guelah." Kata Baron.

Ibu Laras meminta kepada anaknya untuk mengucapkan terima kasih dengan menggunakan isyarat. "Apa, Ma?" Cefi yang tidak tahu kode bertanya.

Ibu Laras menghela napas, "Cepat bilang terima kasih!"

Cefi menghela napas. "Iya, makasih. Udah kan sekarang lo minta maaf ke gue."

"Iya, gue minta maaf."

Cefi menyodorkan tangannya ke arah Baron meminta Baron untuk mencium punggung tangannya. Baron pun menjabat tangan Cefi dan tanpa disangka, Baron langsung mendorong tangannya ke bibir Cefi agar Cefilah yang mencium punggung tangannya.

"Ishhh! Barongsaaai!"

***

Suasana kantin begitu ramai. Bagi siswa-siswi SMA Angkasa Raya, waktu istirahat adalah waktu paling mengasyikkan bagi mereka untuk bercengkerama dengan teman-teman di kantin. Sama seperti Cefi dan ketiga temannya yang bernama Amel, Putri dan Dara.

Kini, ketiga teman Cefi sedang mendengarkan ocehan Cefi tentang kejadian yang menimpa Cefi kemarin. Lengkap, inseden salah paham tentang pelecehan sampai acara minta maaf.

"HAHAHAHAHAHAHA!" tawa tiga siswa murid kelas 12 IIS 1 itu begitu menggelegar. Sedangkan, Cefi yang baru selesai bercerita hanya bisa mengerucutkan bibirnya.

"Kok lo-lo pada malah ketawa sih? Kesel banget tau gue! Sumpah ya ngeselin banget gak si tuh anak! Benci banget gueee!" Seru Cefi berapi-api.

"Lagian lo si, Cef. Orangmah punya otak ya dipake gitu loh, jangan dijadiin cadangan doang. Lagian ya, kalau gue boleh saran, ati-ati lo jangan sebegitu bencinya sama tuh cowok. Ntar suka sama dia." Ucap Dara.

Cefi langsung melotot ke arah Dara karena kesal.

"Bener tuh! Dan, siapa tau dia jodoh lo, Cef! Hahaha Gue penasaran deh sejak kita temenan, lo kan selalu ceritain dia ya, nah mukanya kayak gimana sih? Ganteng gak? Harusnya sih anak kompleks mah ganteng ya?" Ucap Amel.

"Iya, tiap kita ke rumah kamu juga kayaknya kita gak pernah liat ya?" Tanya Putri.

"Sialan lo-lo pada. Bukannya bantuin gue meredakan amarah malah ngompor-ngomporin. Gue gak mungkinlah suka sama cowok kayak gitu! Kayak gak ada cowok lain ajaaa." Ucap Cefi.

"Lagian nih ya, dia itu jeleeek. Jeleeek banget. Ceking, tinggi, ngeselin, serem kayak barongsai. Udah dah. Lengkap jangan sampe deh lo-lo pada ketemu sana dia. Di kompleks gue aja, dia itu cowok paling jelek, paling busuk, paling burik. Ihhhh, enggak dah enggak banget." Sambung Cefi. Tentu saja semua yang dikatakan oleh Cefi bukanlah yang sebenarnya.

Baron justru bertubuh tinggi, badannya bagus, tampan, kulitnya putih bersih, dan menjadi idaman semua warga kompleks.

"Udahlah. Males gue ngomongin dia." Kata Cefi yang ingin mengakhiri pembicaraan tentang Baron.

"Yaudah-yaudah, ehhh gue punya gosip baru." Kata Amel.

"Apa?" Tanya Cefi.

"Gue tadi sama Putri liat ada 5 mahasiswa yang dateng ke ruang Kepsek. Gue yakin kalau mereka bakalan PKL di sini. Iya, kan Put?" Tanya Amel kepada Putri.

"Iyaaa, dan ada 2 mahasiswa yang ganteng asli. Tapi yang satu ganteng bangetttt." Ucap Putri berbinar-binar.

"Oh yaaa? Lo liatnya kapan?" Tanya Cefi.

Cefi yang mendengar ada cowok ganteng tentulah menjadi semangat. Bagaimana pun dia sama seperti siswa SMA lainnya, tergila-gila pada mahasiswa tampan.

"Tadi pagi. Tapi kayaknya sekarang udah pulang deh." Kata Amel.

"Yah, parah lo baru kasih tau kita sekarang. Kita kan juga mau liat ya, Cef?" Kata Dara.

"Emang Lo suka laki juga, Dar?" Tanya Mel.

"Sialan." ucap Dara.

Cefi, Putri, dan Amel pun langsung tertawa terpingkal-pingkal. Di antara mereka berempat, memang Daralah yang yang belum pernah pacaran. Lihatlah bagaimana penampilan, rambut pendek, pakai topi, dan juga baju digulung. Siapa laki-laki yang mau dengan perempuan seperti itu?

Terpopuler

Comments

Radiah Ayarin

Radiah Ayarin

Ada barongsai thor

2022-11-25

1

Sri

Sri

Semangat semangat up nya ya thor 😁😁

2022-11-13

3

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Awal
2 BAB 2 - Gosip Terbaru
3 BAB 3 - Pengganggu
4 BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5 BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6 BAB 6 - Haus Pengakuan
7 BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8 BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9 BAB 9 - Perjanjian
10 BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11 BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12 BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13 BAB 13 - Mendadak Demam
14 BAB 14 - Kabar Buruk
15 BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16 BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17 BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18 BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19 BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20 BAB 20 - Minta Duit
21 BAB 21 - Suara Pecahan
22 BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23 BAB 23 - Film Dewasa
24 BAB 24 - Kehebohan
25 BAB 25 - Sakit Hati
26 BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27 BAB 27 - Baikan?
28 BAB 28 - Ketahuan
29 BAB 29 - Baron-Sai
30 BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31 BAB 31 - Permintaan Maaf
32 BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33 BAB 33 - Menghapus Kotoran
34 BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35 BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36 BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37 BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38 BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39 BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40 BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41 BAB 41 - Kabar Gembira
42 BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43 BAB 43 - Masih Berhubungan?
44 BAB 44 - Coklat
45 BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46 BAB 46 - Berbaikan
47 BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48 BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49 BAB 49 - Uang Hilang
50 BAB 50 - Suami Galak
51 BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52 BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53 BAB 53 - Rayuan Gagal
54 BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55 BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56 BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57 BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58 BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59 BAB 59 - Baron Cemburu
60 BAB 60 - Air Mata Palsu
61 BAB 61 - Pelaku Pencurian
62 BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63 BAB 63 - Survei Asuransi
64 BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65 BAB 65 - Mau Bicara
66 BAB 66 - Jambak-Jambakan
67 BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68 BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69 BAB 69 - Ada Apa?
70 BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71 BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72 BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73 BAB 73 - Ada yang Berbeda
74 BAB 74 - Setia Kawan
75 BAB 75 - Penjualan Rumah
76 BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77 BAB 77 - Pencarian Riza
78 BAB 78 - Pencarian Andrea
79 BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80 BAB 80 - Penangkapan
81 BAB 81 - Tamparan Keras
82 BAB 82 - Tanda-Tanda
83 BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84 BAB 84 - Hasil Pergulatan
85 BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86 BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87 BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88 BAB 88 - Ujian Terakhir
89 BAB 89 - Telepon dari Baron
90 BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91 BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92 BAB 92 - Wisuda Baron
93 BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94 BAB 94 - Ketenangan Batin
95 BAB 95 - Kenyataan Pahit
96 BAB 96 - Buah Hati
97 BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98 BAB 98 - Penguntit
99 BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)
Episodes

Updated 99 Episodes

1
BAB 1 - Awal
2
BAB 2 - Gosip Terbaru
3
BAB 3 - Pengganggu
4
BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5
BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6
BAB 6 - Haus Pengakuan
7
BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8
BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9
BAB 9 - Perjanjian
10
BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11
BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12
BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13
BAB 13 - Mendadak Demam
14
BAB 14 - Kabar Buruk
15
BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16
BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17
BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18
BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19
BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20
BAB 20 - Minta Duit
21
BAB 21 - Suara Pecahan
22
BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23
BAB 23 - Film Dewasa
24
BAB 24 - Kehebohan
25
BAB 25 - Sakit Hati
26
BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27
BAB 27 - Baikan?
28
BAB 28 - Ketahuan
29
BAB 29 - Baron-Sai
30
BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31
BAB 31 - Permintaan Maaf
32
BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33
BAB 33 - Menghapus Kotoran
34
BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35
BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36
BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37
BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38
BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39
BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40
BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41
BAB 41 - Kabar Gembira
42
BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43
BAB 43 - Masih Berhubungan?
44
BAB 44 - Coklat
45
BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46
BAB 46 - Berbaikan
47
BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48
BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49
BAB 49 - Uang Hilang
50
BAB 50 - Suami Galak
51
BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52
BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53
BAB 53 - Rayuan Gagal
54
BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55
BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56
BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57
BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58
BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59
BAB 59 - Baron Cemburu
60
BAB 60 - Air Mata Palsu
61
BAB 61 - Pelaku Pencurian
62
BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63
BAB 63 - Survei Asuransi
64
BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65
BAB 65 - Mau Bicara
66
BAB 66 - Jambak-Jambakan
67
BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68
BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69
BAB 69 - Ada Apa?
70
BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71
BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72
BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73
BAB 73 - Ada yang Berbeda
74
BAB 74 - Setia Kawan
75
BAB 75 - Penjualan Rumah
76
BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77
BAB 77 - Pencarian Riza
78
BAB 78 - Pencarian Andrea
79
BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80
BAB 80 - Penangkapan
81
BAB 81 - Tamparan Keras
82
BAB 82 - Tanda-Tanda
83
BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84
BAB 84 - Hasil Pergulatan
85
BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86
BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87
BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88
BAB 88 - Ujian Terakhir
89
BAB 89 - Telepon dari Baron
90
BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91
BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92
BAB 92 - Wisuda Baron
93
BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94
BAB 94 - Ketenangan Batin
95
BAB 95 - Kenyataan Pahit
96
BAB 96 - Buah Hati
97
BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98
BAB 98 - Penguntit
99
BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!