BAB 12 - Kencan Pertama Cefi

Malam ini Cefi diajak kencan oleh Daren. Tanpa berpikir panjang Cefi langsung menyetujuinya, meski besok dia harus pergi ke Singapur dengan kedua orang tuanya. Cefi menganggap kalau ini adalah kencan perpisahan sebelum dia berangkat dan LDR dengan pacarnya selama sekitar 1 bulan lamanya. Sebuah kencan pertama dengan Daren.

Tadi, sepulang sekolah, Cefi memilih untuk main ke rumah Amel. Cefi pun sudah meminta izin kepada ibunya untuk main dan ibunya mengizinkan dan berpesan kalau Cefi sudah harus pulang sebelum Magrib karena besok mereka akan berangkat, takut anaknya kelelahan.

Iya, tiket sudah dibeli, keberangkatan mereka adalah besok jam 9 pagi itu artinya jam 5 subuh, Keluarga Cefi sudah harus berangkat mengingat jarak dari rumah Cefi ke bandara jauh dan macet karena bertepatan dengan hari kerja.

"Kamu mau nonton apa?" Tanya Daren.

"Film romantis aja ya. Aku gak suka yang komedi atau aksi." Ucap Cefi.

"Oke." Ucap Daren.

Daren pun membeli dua tiket menonton film romantis yang jaraknya dekat dengan waktu pembelian tiket. Kemudian, mereka pun masuk ke dalam bioskop. Daren memilih tempat duduk paling pojok dan paling belakang. Cefi sebetulnya tidak terlalu suka duduk di belakang. Dia lebih suka berada di barisan ketiga atau keempat dari belakang. Namun, karena Darenlah yang membelikan tiket akhirnya dia tidak protes.

Mereka pun menonton, tangan Daren pun meraih tangan Cefi dan menggenggamnya. Cefi yang sedang kasmaran pun tidak memprotesnya. Dia merasa senang jarinya berada di genggaman Daren.

"Kamu nggak nonton?" Tanya Cefi sedikit berbisik karena dia tidak mau mengganggu penonton yang lain. Dia melihat Daren yang terus menerus menatap Cefi hingga membuat Cefi merasa malu.

"Kayaknya lebih menarik wajah cantik kamu, Sayang." Ucap Daren.

Mendengar ucapan dari laki-laki yang notabenenya adalah pacarnya itu membuat pipi Cefi terasa panas. Dia malu dan mencoba menggigit bibirnya menahan senyuman.

Daren yang memang sedang mengamati Cefi pun langsung terkekeh begitu saja. Kemudian, dia membawa punggung tangan Cefi mendekat ke wajahnya dan mencium punggung tangan Cefi.

"Daren ..." Panggil Cefi.

"Iya, Sayang?" Sahut Daren sambil menyampirkan rambut Cefi ke belakang telinga.

"Perut aku kayak ada kupu-kupunya." Ucap Cefi.

Daren terkekeh lagi. Pasalnya Cefi terlihat sangat jujur. Dia benar-benar menggemaskan. Melihat pacarnya yang kembali menertawakannya membuat Cefi merasa malu lagi sekaligus senang.

Seusai menonton, mereka pun makan di pinggir jalan karena ketika mereka keluar bioskop waktu sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam dan mal yang mereka kunjungi untuk menonton bioskop sudah tutup.

"Kamu nggakpapa kan makan di sini?" Tanya Daren.

"Nggakpapa kok. Aku bisa makan di mana aja." Kata Cefi.

"Asal sama aku?" Sahut Daren.

Cefi pun terkekeh sambil menutup wajahnya yang malu, "Kamu bisa banget sih Daren."

Bersama dengan Daren, Cefi benar-benar tidak ingat waktu. Bahkan ponselnya yang mati saja dia tidak tahu. Dia bahkan lupa mengabari orang rumah kalau dia terlambat pulang. Baginya waktu-waktu bersama dengan Daren sangat menyenangkan.

Daren memesan nasi goreng dan es teh manis untuk mereka berdua karena kedai yang masih buka sampai tengah malam di lokasi sekitar mal tersebut tanya nasi goreng itu saja.

Tak lama kemudian, nasi goreng pun datang dan mereka langsung memakannya. Daren sudah selesai makan. Sedangkan Cefi belum, karena Cefi memang lama kalau makan.

Belum habis nasi goreng milik Cefi, tiba-tiba seseorang duduk di depan Cefi. Cefi mendongak dan membelalakkan matanya melihat Baron yang ntah bagaimana caranya sudah ada di depan Cefi sambil menatap Cefi dengan kesal.

"Cepat habisin makanannya, abis itu kita pulang." Ucap Baron.

Cefi langsung tersedak, Baron hendak memberikan minum kepada Cefi namun Daren lebih cepat memberikannya. Baron menghela napas dan melipat tangannya di depan dada.

Otak Cefi masih belum bisa berpikir mengenai pertemuan ini. Dia sangat bingung kenapa Baron bisa berada di depannya dengan kaos putih celana training dengan rambut yang berantakan, apa dia habis olah raga malam? Lari-lari di taman contohnya? Ntahlah.

Namun, yang jelas. Di samping Cefi masih ada Daren. Bagaiman kalau Daren tau kalau mereka sudah saling mengenal?

"Pak Baron, kenapa ada di sini ya?" Tanya Daren.

"Orang tuanya meminta saya untuk mencarinya dan mengajaknya pulang. Kamu tau ini jam berapa? Jam 12 malam. Kalau mau mengajak main perempuan itu harus tau waktu." Ucap Baron dengan kesal.

"Dia pacar saya, Pak." Ucap Daren.

Baron melirik ke arah Cefi. Cefi hanya bisa mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Apa karena dia pacar kamu, kamu menganggap kalau dia laki-laki? Dia juga perempuan, punya orang tua yang mengkhawatirkannya di rumah. Saya rasa hal itu berlaku juga untuk kamu. Betul?" Ucap Baron.

"Orang tua saya tidak akan pernah mencari saya untuk pulang ke rumah." Jawab Daren.

"Ck, laki-laki egois. Kamu mengajaknya kencan sampai larut malam hanya untuk menemani kamu yang tidak akan dicari oleh orang tua kamu. Kalau memang mau cari yang seperti itu cari perempuan lain yang juga kondisinya sama seperti kamu atau kawan laki-laki kamu yang saya yakin juga banyak." semprot Baron.

Daren mengepalkan tangannya, seakan tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Baron. Namun, dia cukup sadar kalau laki-laki yang ada di seberangnya adalah gurunya di sekolah. Masalahnya akan bertambah banyak jika dia mencari masalah dengan guru magangnya itu.

"Cukup!" Seru Cefi. Cefi langsung berdiri. Ucapan Baron sangat keterlaluan. Dia takut kalau Daren sampai sakit hati mendengar ucapan Baron. "Kita pulang." Sahut Cefi.

"Abiskan dulu! Kamu pasti kelaparan." Perintah Baron.

Cefi menghela napas, "Saya tidak mau mendengar anda menyakiti pacar saya, Pak. Lebih baik saya menahan lapar."

"Makan atau saya laporkan ke orang tua kamu kalau saya menemukan anaknya sedang kencan di pinggir jalan dengan pacarnya." Ancam Baron.

Cefi kali ini mengalah. Lalu dia pun langsung duduk kembali dan memakan nasi goreng yang lumayan enak itu sampai habis. Selama dia makan, Daren dan Baron hanya perang dingin. Mereka hanya terlihat saling tidak suka lewat tatapan mata tanpa mengucapkan satu katapun. Menyadari keadaan itu Cefi jadi susah menelan namun beruntung perutnya yang lapar membuat dia tetap bisa menghabiskan nasi goreng itu.

Setelah selesai makan nasi goreng, Cefi pun berdiri, "Daren, maafin aku ya. Aku harus pulang." Ucap Cefi tidak enak hati.

"Iya, nggakpapa. Mungkin emang salah aku karena bawa kamu main sampai malam. Maaf ya?" Kata Daren.

"Ih, nggakpapa kok. Nggakpapa." Kata Cefi.

Baron yang tidak sabar langsung berdiri dan menoleh ke arah Cefi yang tengah membuka dompetnya hendak membayar nasi goreng miliknya dan Daren. Baron jadi berpikir kalau Cefi sangat mudah diperalat oleh orang lain.

"Kamu pacarnya kan? Bayar nasi goreng itu dan pulanglah. Meski orang tua kamu tidak menelepon kamu, mereka pasti mengkhawatirkan kamu di rumah." Kata Baron kepada Daren.

Baron langsung menarik Cefi untuk pergi dari sana. Lalu mereka berjalan menuju ke arah di mana Baron memarkirkan motornya.

"Lo kenapa sih tiba-tiba dateng dan bilang kayak gitu ke Daren? Kalau dia sakit hati trus mutusin gue gimana? Dan kalau dia bilang ke semua orang kalau lo nyariin gue dan semua orang tau kalau kita udah saling kenal gimana?" Tanya Cefi.

Baron menghentikan langkahnya di samping motornya. Menghela napas dan langsung naik motornya.

"Udah marah-marahnya? Gue males berdebat sama lo. Udah buruan naik! Bentar lagi ujan." Titah Baron.

Cefi melipat tangannya di dada sambil cemberut, "Nggak mau."

"Jangan kayak anak-anak. Ayo, naik!" Seru Baron. Ingin rasanya dia memaki-maki Cefi namun dia sadar kalau waktu sudah malam, Cefi harus pulang karena orang tua Cefi sedang mencemaskan Cefi di rumah.

"Jelasin dulu kenapa lo bisa nyamperin gue!" Kata Cefi keras kepala.

Cefi tidak memperdulikan kalau gerimis mulai menyapanya. Meski tubuhnya terasa kedinginan, namun dia merasa harus mendapatkan jawaban dari Baron dulu agar di rumah dia bisa tidur nyenyak.

"Batu banget ya lo! Gue nyariin lo dari tadi gara-gara nyokap bokap lo minta tolong gue buat nyariin lo. Hape lo nggak aktif dan udah malem lo nggak pulang-pulang. Orang tua mana yang gak khawatir sama anaknya. Lo juga jadi anak jangan egois-egois bangetlah. Gue tau lo lagi bucin sama pacar lo tapi lo kudu pake otak. Lo harus kabarin orang tua lo. Kalau hape lo mati lo bisa pinjem hape bedebah itu! Jangan bikin semua orang panik! Lo nggak pernah pulang lebih dari jam 10 malem, sekarang udah lewat dari tengah malem lo belum pulang. Lo mau pulang jam berapa? Lo mau jadi cabe-cabean?" Tanya Baron.

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Baron dan menghentikan ucapan Baron. Di sana Cefi sudah meneteskan air matanya, dia kesal sekali kepada Baron. Dia tahu dia salah namun kenapa Baron sampai menyebutnya 'cabe-cabean'?

"Gue emang salah ya! Tapi gue bukan cabe-cabean! Lo nggak berhak bilang begitu! Lo udah keterlaluan!" Seru Cefi.

Cefi memilih untuk lari.

"Brengsek!" Maki Baron. Bukan kepada Cefi sebetulnya namun kepada dirinya sendiri yang kelepasan bicara karena kesal sekali dengan Cefi.

"Antibiotik! Jangan kayak anak kecil!" Seru Baron.

Cefi tetap berlari, namun Baron langsung menangkapnya dan memutar balikkan tubuh Cefi hingga tubuh Cefi masuk ke dalam pelukan Baron. Cefi menangis sesenggukan di sana.

"Gue bukan cabe-cabean!" Seru Cefi sambil memukul-mukul dada Baron.

"Iya-iya, gue tau. Sorry. Gue udah keterlaluan. Sekarang pulang ya? Kasian orang tua lo di rumah. Lo besok pagi juga mau berangkat ke Singapur kan?" Ucap Baron mengusap kepala Cefi. Dia merasa tidak enak juga karena memang dia sudah keterlaluan.

Cefi menganggukkan kepalanya, "Tunggu dulu sebentar. Begini dulu." Ucap Cefi ketika Baron hendak melepaskan pelukannya. Baron pun mengalah dan membiarkan Cefi memeluknya.

Baron mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tak lama kemudian dia merasakan Cefi mengusap-usap dadanya. Perasaan Baron jadi tidak enak. Dia menoleh ke bawah dan seketika Cefi sudah mendorongnya hingga Baron sedikit terhujung ke belakang. Cefi tertawa, "Emang enak gue ingusin!"

"Antibiotik sialaaan!" Seru Baron.

Terpopuler

Comments

efvi ulyaniek

efvi ulyaniek

😀😀😀😀

2024-10-12

0

Santi Eprilianti

Santi Eprilianti

🤣🤣🤣🤣🤣
kirain pengen d peluk lama karna merasa nyaman, eh tau nya lapin ingus,, parah emang si cefi🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️

2022-11-18

1

Sri

Sri

Hadeeeeuh si cefi ini, bener bener deh 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

2022-11-18

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Awal
2 BAB 2 - Gosip Terbaru
3 BAB 3 - Pengganggu
4 BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5 BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6 BAB 6 - Haus Pengakuan
7 BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8 BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9 BAB 9 - Perjanjian
10 BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11 BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12 BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13 BAB 13 - Mendadak Demam
14 BAB 14 - Kabar Buruk
15 BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16 BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17 BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18 BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19 BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20 BAB 20 - Minta Duit
21 BAB 21 - Suara Pecahan
22 BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23 BAB 23 - Film Dewasa
24 BAB 24 - Kehebohan
25 BAB 25 - Sakit Hati
26 BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27 BAB 27 - Baikan?
28 BAB 28 - Ketahuan
29 BAB 29 - Baron-Sai
30 BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31 BAB 31 - Permintaan Maaf
32 BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33 BAB 33 - Menghapus Kotoran
34 BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35 BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36 BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37 BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38 BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39 BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40 BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41 BAB 41 - Kabar Gembira
42 BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43 BAB 43 - Masih Berhubungan?
44 BAB 44 - Coklat
45 BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46 BAB 46 - Berbaikan
47 BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48 BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49 BAB 49 - Uang Hilang
50 BAB 50 - Suami Galak
51 BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52 BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53 BAB 53 - Rayuan Gagal
54 BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55 BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56 BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57 BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58 BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59 BAB 59 - Baron Cemburu
60 BAB 60 - Air Mata Palsu
61 BAB 61 - Pelaku Pencurian
62 BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63 BAB 63 - Survei Asuransi
64 BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65 BAB 65 - Mau Bicara
66 BAB 66 - Jambak-Jambakan
67 BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68 BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69 BAB 69 - Ada Apa?
70 BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71 BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72 BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73 BAB 73 - Ada yang Berbeda
74 BAB 74 - Setia Kawan
75 BAB 75 - Penjualan Rumah
76 BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77 BAB 77 - Pencarian Riza
78 BAB 78 - Pencarian Andrea
79 BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80 BAB 80 - Penangkapan
81 BAB 81 - Tamparan Keras
82 BAB 82 - Tanda-Tanda
83 BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84 BAB 84 - Hasil Pergulatan
85 BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86 BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87 BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88 BAB 88 - Ujian Terakhir
89 BAB 89 - Telepon dari Baron
90 BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91 BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92 BAB 92 - Wisuda Baron
93 BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94 BAB 94 - Ketenangan Batin
95 BAB 95 - Kenyataan Pahit
96 BAB 96 - Buah Hati
97 BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98 BAB 98 - Penguntit
99 BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)
Episodes

Updated 99 Episodes

1
BAB 1 - Awal
2
BAB 2 - Gosip Terbaru
3
BAB 3 - Pengganggu
4
BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5
BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6
BAB 6 - Haus Pengakuan
7
BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8
BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9
BAB 9 - Perjanjian
10
BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11
BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12
BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13
BAB 13 - Mendadak Demam
14
BAB 14 - Kabar Buruk
15
BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16
BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17
BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18
BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19
BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20
BAB 20 - Minta Duit
21
BAB 21 - Suara Pecahan
22
BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23
BAB 23 - Film Dewasa
24
BAB 24 - Kehebohan
25
BAB 25 - Sakit Hati
26
BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27
BAB 27 - Baikan?
28
BAB 28 - Ketahuan
29
BAB 29 - Baron-Sai
30
BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31
BAB 31 - Permintaan Maaf
32
BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33
BAB 33 - Menghapus Kotoran
34
BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35
BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36
BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37
BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38
BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39
BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40
BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41
BAB 41 - Kabar Gembira
42
BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43
BAB 43 - Masih Berhubungan?
44
BAB 44 - Coklat
45
BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46
BAB 46 - Berbaikan
47
BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48
BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49
BAB 49 - Uang Hilang
50
BAB 50 - Suami Galak
51
BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52
BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53
BAB 53 - Rayuan Gagal
54
BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55
BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56
BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57
BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58
BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59
BAB 59 - Baron Cemburu
60
BAB 60 - Air Mata Palsu
61
BAB 61 - Pelaku Pencurian
62
BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63
BAB 63 - Survei Asuransi
64
BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65
BAB 65 - Mau Bicara
66
BAB 66 - Jambak-Jambakan
67
BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68
BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69
BAB 69 - Ada Apa?
70
BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71
BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72
BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73
BAB 73 - Ada yang Berbeda
74
BAB 74 - Setia Kawan
75
BAB 75 - Penjualan Rumah
76
BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77
BAB 77 - Pencarian Riza
78
BAB 78 - Pencarian Andrea
79
BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80
BAB 80 - Penangkapan
81
BAB 81 - Tamparan Keras
82
BAB 82 - Tanda-Tanda
83
BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84
BAB 84 - Hasil Pergulatan
85
BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86
BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87
BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88
BAB 88 - Ujian Terakhir
89
BAB 89 - Telepon dari Baron
90
BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91
BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92
BAB 92 - Wisuda Baron
93
BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94
BAB 94 - Ketenangan Batin
95
BAB 95 - Kenyataan Pahit
96
BAB 96 - Buah Hati
97
BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98
BAB 98 - Penguntit
99
BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!