BAB 13 - Mendadak Demam

Waktu sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Semalam, Cefi dan Baron pulang hujan-hujanan. Baron kebetulan tidak membawa jas hujan dan dia juga tidak memakai jaket untuk dia berikan kepada Cefi karena semalam memang dia langsung pergi begitu saja ketika kedua orang tua Cefi datang ke rumahnya dan mengatakan kalau Cefi belum pulang.

Subuh itu terasa begitu dingin sampai menusuk ke tulang. Cefi terus berada di bawah selimut menutupi tubuhnya dari kaki sampai kepala. Meski sudah memakai selimut namun Cefi tetap merasak kedinginan.

"Sayang, bangun yuk. Mandi dulu abis itu salat, sarapan, trus kita berangkat." Ucap Ibu Larasasti yang sudah berpakaian rapi sehabis salat subuh.

Cefi tak mau bangun, tak juga mau bersuara. Cefi menangis di bawah selimut karena rasanya sakit tidak enak sekali.

"Nak?" Ibu Larasati sontak langsung mencoba membuka selimut anaknya saat mendengar isakan dari dalam selimut.

Air mata Cefi sudah menetes. Ibunya Cefi memeriksa suhu tubuh anaknya dengan memegang dahi Cefi, "Astaghfirullah, Nak. Kamu demam? Papaaa! Paaa!" Seru Ibu Larasati.

Ibu Larasati terpaksa berteriak karena panik.

"Ada apa, Ma?" Tanya Pak Wijaja yang langsung masuk ke kamar Cefi.

"Xaviera sakit, Pa... Kita harus membawanya ke rumah sakit." Ucap Ibu Larasati.

"Astaghfirullah al-adzim!" Tanpa berpikir lama lagi Pak Wijaja pun langsung mengangkat tubuh anaknya. Ibu Larasati yang panik pun langsung mengekori suaminya.

"Mama akan buka pagar."

Ibu Larasati pun membuka pintu pagar. Sedangkan ayah Cefi mendudukkan Cefi di bangku tengah. Beruntung Ibu Larasati dan Pak Wijaja memang sudah berpakaian rapi jadi tidak perlu bersiap terlebih dahulu.

Setelah gerbang terbuka, ayah Cefi pun mengeluarkan mobilnya dan menghentikan mobil di depan pagar rumah Cefi, beliau hanya tinggal menunggu Ibu Larasati yang sedang mengunci pagar rumahnya saja.

Ibu Anes yang kebetulan memang ingin menemui Ibu Larasati pun melihat Ibu Larasati yang panik dan langsung berjalan cepat menghampiri beliau. "Ada apa, Mbak?" Tanya Ibu Anes.

"Xaviera panas banget badannya, Mbak. Kita harus pergi ke rumah sakit." Ucap Bu Larasati dengan mata berkaca-kaca karena khawatir dengan anaknya.

"Rumah sakit jauh, Mbak, kasihan kalau dibiarkan menggigil di jalan. Lebih baik dibawa ke rumah aku aja. Aku lihat dulu kondisinya. Kalau masih bisa aku tangani, aku tangani dulu." Ucap Ibu Anes. "Baron juga demam, sepertinya mereka demam karena kehujanan semalam." Sahut Ibu Anes.

Ibu Anes memang mantan seorang dokter. Ibu Larasati hampir saja melupakan hal itu saking paniknya.

Ibu Larasati pun menganggukkan setuju, lalu mengatakan kepada suaminya. Tak lama kemudian, Pak Wijaja membawa Cefi ke rumah Ibu Anes. Kali ini beliau membaringkan Cefi di kamar tamu yang ada di lantai bawah sesuai arahan dari Ibu Anes. Meski hanya kamar tamu namun kamar tersebut sangat bersih.

Setelah Cefi dibaringkan, Ibu Anes pun memeriksa keadaan Cefi dan benar saja kalau Cefi memang sepertinya hanya demam biasa saja sama seperti Baron. Kemudian, Ibu Anes langsung memberikan obat yang sama seperti obat uang beliau berikan kepada anaknya kepada Cefi. Lalu meminta Cefi meminumnya dan beristirahat. Cefi pun menurut.

"Udah nggak usah panik, Mbak. InsyaAllah, kalau udah istirahat dan minum obat Xaviera akan membaik." Ucap Ibu Anes.

"Amin. Makasih ya, Mbak Anes. Maaf merepotkan." Kata Ibu Larasati.

"Iya, Mbak. Sama-sama." Sahut Ibu Anes.

Ibu Anes membuatkan minuman untuk Bu Larasati dan Pak Wijaja kemudian kembali ke ruang tamu membawa teh hangat dan kue kering.

Ibu Anes dan Ibu Larasati pun mendengarkan Pak Pradana dan Pak Wijaja yang sedang berbincang.

"Saya benar-benar bingung, Mas. Di satu sisi anak saya sakit. Di sisi lain saya harus berangkat ke Singapur." Ucap Pak Wijaja.

"Saya mengerti posisi Mas Wijaja. Dan semua keputusan ada di tangan Mas Wijaja. Kalau saran saya, kalau bisa ditunda dulu keberangkatannya. Tapi kalau memang sangat mendesak biar Xaviera di rumah saya dulu aja. Nanti menyusul kalau sudah sembuh." Kata Pak Pradana.

"Iya, Mas, sepertinya lebih baik saya dan istri saya membatalkan keberangkatan saja. Nggak ada yang lebih penting dari anak kami." Ucap Pak Wijaja.

Pak Pradana menganggukkan kepala menyetujui apa yang Pak Wijaja katakan. Kalau Pak Pradana menjadi Pak Wijaja, beliau juga pasti akan melakukan hal serupa.

Tak lama kemudian Baron turun ke bawah karena mendengar suara berisik dan juga ingin minum. Air mineral di dalam kamarnya sudah habis dan dia tidak mungkin teriak-teriak meminta minum dari kamarnya di lantai dua.

Kepala Baron masih terasa pusing dan badannya masih hangat namun tidak separah beberapa jam yang lalu sebelum ibunya memberikan obat. Baron dan Cefi tentulah berbeda. Fisik Baron jauh lebih kuat dari Cefi.

"Nak, kok turun?" Tanya Ibu Anes yang buru-buru mengejar anaknya.

"Mau minum, Ma." Jawab Baron.

"Yaudah mama ambilin ya. Kamu duduk dulu aja." Kata Ibu Anes. Baron pun menganggukkan kepalanya begitu saja.

Bibir Baron terlihat pucat, melihat ada kedua orang tua Cefi membuat Baron penasaran dengan apa yang terjadi, "Om, Tante? Belum berangkat?" Tanya Baron kepada kedua orang tua Cefi.

"Belum, Nak. Ini Xaviera demam. Kamu juga demam kan? Maaf ya, gara-gara semalam mencari Xaviera kamu jadi sakit juga." Ucap Pak Wijaja.

"Nggakpapa, Om. Istirahat sebentar juga nanti sehat lagi." Ucap Baron.

Pak Wijaja pun menganggukkan kepala beliau. Beliau sangat berterima kasih dengan Baron yang sudah membantu mencari putrinya semalam.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam. Beruntung kedua orang tua Cefi sudah salat subuh sebelum membangunkan Cefi.

Ibunya Cefi pun pamit untuk ke kamar tamu menemui anaknya. Ternyata di kamar, Cefi sudah bangun.

"Mama?" Panggil Cefi lemah.

"Iya, Sayang? Kamu tidur lagi aja ya? Mama dan Papa udah berniat mau membatalkan kepergian kami. Kami tidak bisa membiarkan kamu sakit sendirian." Kata Ibu Larasati.

Cefi langsung menggelengkan kepalanya, "Jangan, Ma. Mama dan papa aja dulu yang berangkat. Biar aku di sini dulu. Nanti aku nyusul kalau udah sembuh." Kata Cefi.

Bagaimanapun Cefi merasa bersalah kepada kedua orang tuanya. Semalam dia sudah membuat gara-gara dan membuat kedua orang tuanya kecewa, jadi sekarang dia tidak akan mengecewakan kedua orang tuanya lagi.

"Nak, kami tidak apa-apa kalau tidak jadi berangkat. Papa akan minta sekretaris papa untuk membatalkan." Kata Pak Wijaja.

Cefi menggelengkan kepalanya begitu saja. "Nggakpapa. Papa sama mama berangkat aja ya? Aku akan di sini untuk sementara waktu. Tante Anes, Tante keberatan gak ya kalau aku repotin Tante di sini?" Tanya Cefi kepada Ibu Anes.

"Jelas enggak dong, Sayang. Kamu kan udah Tante anggap sebagai anak Tante, jadi Tante gak keberatan sama sekali kalau kamu tinggal di rumah Tante. Tante malah seneng." Jawab Ibu Anes.

Ibu Larasati dan Pak Wijaja awalnya menolak, namun Cefi yang tengah diselimuti rasa bersalah pun terus menerus meyakinkan kedua orang tuanya untuk pergi duluan ke Singapur. Cefi akan menyusul kalau sembuh. Karena Cefi terus mengotot akhirnya kedua orang tua Cefi pun menyetujui permintaan Cefi.

"Yaudah kalau begitu. Tapi kamu harus minum obat dan nurut sama Om Pradana dan Tante Anes selama nggak ada Papa dan Mama ya, Nak?" Ucap Pak Wijaja.

"Iya, Pa. Aku janji akan nurut sama Tante Anes dan Om Pradana. Udah sana, udah mau jam 6 nanti kalian bisa ketinggalan pesawat." Kata Cefi.

Cefi sangat ingin mengantarkan kedua orang tuanya sampai di depan namun tidak boleh oleh kedua orang tuanya karena kondisi Cefi yang kurang memungkinkan.

"Mama, Papa. Maafkan aku ya karena semalam aku buat mama dan papa khawatir." Ucap Cefi menyesali apa yang terjadi.

Ibu Larasati pun memeluk anaknya, "Iya, Sayang. Mama dan papa sudah memaafkan kamu. Maafkan kami juga ya Nak kalau kami ada salah sama kamu."

"Jangan minta maaf, Ma. Mama sama papa gak ada salah apa-apa sama aku." Cefi menggelengkan kepalanya.

"Nak, sebagai manusia kami tentu pernah berbuat salah." Ucap Ibu Larasati.

Setelah berpamitan dengan Ibunya, Ayah Cefi pun memeluk putrinya, "Jaga diri baik-baik ya, Nak. Yang nurut sama Om Pradana dan Tante Anes." beliau berpesan hal yang sama seperti sebelumnya.

"Iya, Pa. Papa dan Mama hati-hati di jalan." Kata Cefi.

Pak Wijaja mengusap punggung anaknya dan mencium ubun-ubun Cefi yang masih panas.

"Mas Pradana, Mbak Anes, kami titip anak kami ya. Maaf kami sudah merepotkan." Ucap Pak Wijaja.

"Jangan bilang begitu, Mas Wijaja. Kami sama sekali tidak merasa direpotkan." Ucap Pak Pradana. "Biar saya yang antar ke bandara ya, Mas. Kalau naik kendaraan online jam segini takutnya dapatnya lama."

"MasyaAllah, anda baik sekali, terima kasih banyak, Mas Pradana." Kata Ayahnya Cefi.

"Iya sama-sama. Saya siapkan mobil." Kata Pak Pradana.

"Mobil kami kebetulan udah ada di depan karena tadi nggak jadi antar Cefi ke rumah sakit, kalau bersedia, pakai mobil kami saja, Mas." kata Pak Wijaja.

"Oh, oke, Mas." jawab Pak Pradana.

Pak Wijaja menatap Baron. Mata beliau mengisyaratkan banyak hal kepada Baron. Namun, Baron tidak mengetahui mengenai apa yang ada di dalam pikiran ayahnya Cefi tersebut.

"Nak Baron, kami titip Xaviera ya." Ucap Pak Wijaja.

"Iya, Om. Hati-hati di jalan ya, Om dan Tante." Ucap Baron.

Kemudian, setelah berpamitan, kedua orang tua Cefi pun keluar dari Rumah Baron dan masuk ke dalam mobil Kijang Innova milik keluarga Cefi sedangkan koper sudah berada di bagasi belakang sejak malam tadi.

Cefi memandangi mobil yang dinaiki kedua orang tuanya dari kaca jendela. Ntah mengapa hatinya seakan sedih sekali melihat kepergian kedua orang tuanya. Cefi berpikir kalau kesedihannya berasal dari dirinya yang harus rela ditinggal oleh kedua keluarganya.

Sebetulnya ada perasaan tidak rela kedua orang tuanya pergi. Namun, karena dia tidak mau membuat kedua orang tuanya sedih lagi sehingga Cefi pun merasa harus merelakan kepergian kedua orang tuanya ke Singapura.

Terpopuler

Comments

efvi ulyaniek

efvi ulyaniek

kok tanda2mau meminggal aja

2024-10-12

0

Sri

Sri

Semoga gak terjadi apa2 dengan orang tua cefi 🥺

2022-11-19

1

Santi Eprilianti

Santi Eprilianti

kayanya ada sesuatu yg akan terjadi sama ortunya si cefi,,🤔🤔
tapi semoga mereka baik" aja🤲🤲

2022-11-19

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Awal
2 BAB 2 - Gosip Terbaru
3 BAB 3 - Pengganggu
4 BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5 BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6 BAB 6 - Haus Pengakuan
7 BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8 BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9 BAB 9 - Perjanjian
10 BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11 BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12 BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13 BAB 13 - Mendadak Demam
14 BAB 14 - Kabar Buruk
15 BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16 BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17 BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18 BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19 BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20 BAB 20 - Minta Duit
21 BAB 21 - Suara Pecahan
22 BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23 BAB 23 - Film Dewasa
24 BAB 24 - Kehebohan
25 BAB 25 - Sakit Hati
26 BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27 BAB 27 - Baikan?
28 BAB 28 - Ketahuan
29 BAB 29 - Baron-Sai
30 BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31 BAB 31 - Permintaan Maaf
32 BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33 BAB 33 - Menghapus Kotoran
34 BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35 BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36 BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37 BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38 BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39 BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40 BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41 BAB 41 - Kabar Gembira
42 BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43 BAB 43 - Masih Berhubungan?
44 BAB 44 - Coklat
45 BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46 BAB 46 - Berbaikan
47 BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48 BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49 BAB 49 - Uang Hilang
50 BAB 50 - Suami Galak
51 BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52 BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53 BAB 53 - Rayuan Gagal
54 BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55 BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56 BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57 BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58 BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59 BAB 59 - Baron Cemburu
60 BAB 60 - Air Mata Palsu
61 BAB 61 - Pelaku Pencurian
62 BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63 BAB 63 - Survei Asuransi
64 BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65 BAB 65 - Mau Bicara
66 BAB 66 - Jambak-Jambakan
67 BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68 BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69 BAB 69 - Ada Apa?
70 BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71 BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72 BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73 BAB 73 - Ada yang Berbeda
74 BAB 74 - Setia Kawan
75 BAB 75 - Penjualan Rumah
76 BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77 BAB 77 - Pencarian Riza
78 BAB 78 - Pencarian Andrea
79 BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80 BAB 80 - Penangkapan
81 BAB 81 - Tamparan Keras
82 BAB 82 - Tanda-Tanda
83 BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84 BAB 84 - Hasil Pergulatan
85 BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86 BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87 BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88 BAB 88 - Ujian Terakhir
89 BAB 89 - Telepon dari Baron
90 BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91 BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92 BAB 92 - Wisuda Baron
93 BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94 BAB 94 - Ketenangan Batin
95 BAB 95 - Kenyataan Pahit
96 BAB 96 - Buah Hati
97 BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98 BAB 98 - Penguntit
99 BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)
Episodes

Updated 99 Episodes

1
BAB 1 - Awal
2
BAB 2 - Gosip Terbaru
3
BAB 3 - Pengganggu
4
BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5
BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6
BAB 6 - Haus Pengakuan
7
BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8
BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9
BAB 9 - Perjanjian
10
BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11
BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12
BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13
BAB 13 - Mendadak Demam
14
BAB 14 - Kabar Buruk
15
BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16
BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17
BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18
BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19
BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20
BAB 20 - Minta Duit
21
BAB 21 - Suara Pecahan
22
BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23
BAB 23 - Film Dewasa
24
BAB 24 - Kehebohan
25
BAB 25 - Sakit Hati
26
BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27
BAB 27 - Baikan?
28
BAB 28 - Ketahuan
29
BAB 29 - Baron-Sai
30
BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31
BAB 31 - Permintaan Maaf
32
BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33
BAB 33 - Menghapus Kotoran
34
BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35
BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36
BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37
BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38
BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39
BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40
BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41
BAB 41 - Kabar Gembira
42
BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43
BAB 43 - Masih Berhubungan?
44
BAB 44 - Coklat
45
BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46
BAB 46 - Berbaikan
47
BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48
BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49
BAB 49 - Uang Hilang
50
BAB 50 - Suami Galak
51
BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52
BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53
BAB 53 - Rayuan Gagal
54
BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55
BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56
BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57
BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58
BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59
BAB 59 - Baron Cemburu
60
BAB 60 - Air Mata Palsu
61
BAB 61 - Pelaku Pencurian
62
BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63
BAB 63 - Survei Asuransi
64
BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65
BAB 65 - Mau Bicara
66
BAB 66 - Jambak-Jambakan
67
BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68
BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69
BAB 69 - Ada Apa?
70
BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71
BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72
BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73
BAB 73 - Ada yang Berbeda
74
BAB 74 - Setia Kawan
75
BAB 75 - Penjualan Rumah
76
BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77
BAB 77 - Pencarian Riza
78
BAB 78 - Pencarian Andrea
79
BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80
BAB 80 - Penangkapan
81
BAB 81 - Tamparan Keras
82
BAB 82 - Tanda-Tanda
83
BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84
BAB 84 - Hasil Pergulatan
85
BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86
BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87
BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88
BAB 88 - Ujian Terakhir
89
BAB 89 - Telepon dari Baron
90
BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91
BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92
BAB 92 - Wisuda Baron
93
BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94
BAB 94 - Ketenangan Batin
95
BAB 95 - Kenyataan Pahit
96
BAB 96 - Buah Hati
97
BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98
BAB 98 - Penguntit
99
BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!