BAB 4 - Pembalasan dari Baron

Kemudian, Bu Larasati pun mengantarkan Cefi ke rumah tetangganya. Ibu Anes yang merupakan ibunya Baron pun menyambut kedatangan Bu Larasati dan Cefi dengan senang hati. Cefi mencium tangan Ibu Anes.

"Masuk-masuk, Mbak, Xaviera!" Ucap Ibu Anes.

"Gak usah, mbak. Ini loh, Mbak. Anakku ada PR. Aku mana bisa ngajarin dia. Nak Baronnya ada? Aku mau minta tolong Nak Baron buat ngajarin Xaviera kalau ada." Ucap Ibu Larasati.

"Oh, ada kok. Dia ada di atas. Gakpapa ditinggal aja Xavieranya, nanti biar aku yang ngomong sama Baronnya, Mbak. Eh, atau mau masuk dulu?" Tanya Ibu Anes.

"Nggak usah deh, Mbak. Soalnya takut suamiku pulang. Kasihan kalau di rumah nggak ada orang." Ucap Ibu Larasati.

"Oh, yaudah kalau gitu." Ucap Ibu Anes.

Ibu Larasati pun langsung pamit pulang. Cefi sedikit tidak mau ditinggal oleh ibunya, namun dia merasa malu untuk mengatakannya karena Cefi sadar diri kalau dirinya sudah besar.

"Nak, ayo ikut, Tante." Ucap Ibu Anes.

"Oke, Tante." Ucap Cefi.

Ibu Anes mempersilakan kepada Cefi untuk duduk di sofa ruang tamu. Lalu beliau membuatkan susu coklat hangat untuk Cefi dan Baron. Lalu berjalan ke atas untuk memanggil Baron.

Toktoktok!

"Nak, ada Xaviera dia mau belajar sama kamu." Ucap Ibu Anes.

Baron yang ada di dalam langsung bangkit dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamarnya. "Suruh pulang aja, Ma. Bilang aja aku udah tidur."

"Hus, kamu nggak boleh gitu loh, Nak. Udah sana turun. Kasian dia udah nungguin." Ucap Ibu Anes.

Cefi pun meminum susu coklat yang dibuatkan oleh Bu Anes. Cefi memang sangat suka dengan susu coklat buatan ibunya Baron yang menurutnya sangat enak.

"Ngapain lo ke sini?" Tanya Baron.

"Baron ... " Ibu Anes pun langsung memperingati anaknya.

Cefi mengangkat buku yang ada di tangannya dengan wajah tanpa dosa. Lalu dia tersenyum. "Mau belajar."

"Mama tinggal dulu ya? Xaviera Tante tinggal dulu ya?" Ucap Ibu Anes dengan lembut.

"Iya, Tante. Terima kasih." Jawab Cefi dengan sopan.

Baron pun langsung duduk di samping Cefi. Cefi memutar otak agar Baron tidak marah lagi kepadanya dan mau mengajarinya, ah ... Bukan, mau mengerjakan semua tugasnya.

Cefi sangat tahu kalau Baron meski menyebalkan adalah orang yang sangat jenius, sehingga Cefi yakin kalau empat puluh soal yang ada di tangannya bisa dikerjakan Baron setengah jam saja.

"Barongsai, lo haus ya, ini gue ambilin." kata Cefi mencoba membaik-baiki Baron.

"Kalau kita lagi di luar, udah abis lo ama gue!" Kata Baron yang langsung menyambar susu coklat yang diberikan oleh Cefi dan meminumnya. Kebetulan dia juga haus.

"Untung gue di rumah lo. Jadi, gue aman." Gumam Cefi.

"Ngomong apa lo?!" Tanya Baron. Dia meletakkan susu coklatnya di atas meja.

Cefi pun merasa panik. Dia tentu tidak mau kalau usahanya gagal begitu saja. Dia harus pulang dengan tugas yang sudah selesai sehingga dia harus mengontrol emosinya.

"Sabar, Barongsai, sabar. Orang sabar disayang Allah. Gini aja, lo males kan ketemu sama gue? Nah, gue punya solusi nih. Lo kerjain aja nih PR gue kayak biasanya biar cepet selesai, nah abis itu gue pulang deh." Ucap Cefi. "Lo bisa istirahat liat gue. Bisa tidur nyenyak." Sambung Cefi sambil tersenyum.

Baron menyeringai mendengar apa yang dikatakan oleh Cefi, "Gue nggak mau bantuin."

Baron bangkit dan hendak pergi namun Cefi menghadang Baron dengan cara merentangkan kedua tangannya di depan Baron. Persis seperti sedang main gobak sodor.

"Please, Barongsai. Gue nggak mau ngulang kelas 12 lagi. Besok itu gue ada ulangan matematika, gurunya gak bolehin gue buat ikut ulangan kalau gue belum selesain ini." Terang Cefi.

Baron melipat tangan di dada. Masih tidak mau membantu.

"Bantuin gue ya, please. Gue janji dah nanti gue gak bakalan ngaku-ngaku jadi pacar lo lagiii. Ntar lo bebas merdeka kalau mau pacaran. Ya, please? Masa gue harus ngulang setahun lagi si? 20tahun masih SMA dong gue? Gue kan masih muda. Masih pengen menikah, hidup gue gak bisa dong ada di sekolah terus. Jadi, bantuin gue ya?" Ucap Cefi panjang lebar sambil menunjukkan raut wajah memelas.

Baron menghela napas.

"Yaudah gue bantuin. Mana soalnya?" Tanya Baron.

"Ayo-ayo duduk dulu duduk." Kata Cefi mendorong Baron untuk duduk lagi di atas sofa.

Cefi pun langsung membuka bukunya takut kalau sampai Baron berubah pikiran. "Ini-ini ..." Ucap Cefi yang langsung memberikan buku tulis matematika dan juga buku paket matematikanya. Juga lengkap dengan pensil dan menghapus kepada Baron.

Baron pun menerimanya dan langsung duduk di bawah dan meletakkan buku dan alat tulis itu di atas meja ruang tamu. Cefi pun mengikuti Baron. Ikut duduk di bawah. Senyuman mengembang di bibirnya.

"Segini doang?" Tanya Baron.

"Iya, segitu doang. Gampang banget kan? Coba aja dikerjain." Kata Cefi sambil menguap.

Rasa kantuk mulai menyerang Cefi, dia pun melirik jam dinding yang memperlihatkan pukul 21.00 WIB. Cefi pun menyandarkan kepalanya ke sofa sambil menutupi mulutnya yang terus menerus menguap.

"Lo ke sini buat apa?" Tanya Baron. "Mau belajar kan?" Sambungnya.

"Iya." Jawab Cefi yang menguap lagi.

Baron menatap licik ke arah Cefi. "Yaudah gue bakalan ajarin lo, sedetail mungkin."

Cefi langsung membelalakkan mata. Ini sudah malam, kalau Baron mengajarinya ntah sampai jam berapa berakhirnya, "E-elo pasti bercanda kan? Biasanya kan lo yang ngerjain?"

"Nah, itu. Sekarang nih gue baru sadar kalau selama ini gue salah. Harusnya tiap lo minta dibantuin ngerjain PR, gue terangin juga caranya. Yaudah sekarang sini gue terangin dari A sampai Z."

"Enggak-enggak. Nggakpapa kok, bisa diterangin besok gakpapa asli. Besok gue dateng lagi dah."

"Gue nggak mau merasa berdosa lagi sama lo, Antibiotik."

"Inimah lo ngerjain gueee."

"Ya kalau gak mau yaudah, gue mau tidur ke atas."

Baron pun langsung berpura-pura bangkit dan hendak pergi ke kamarnya namun Cefi pun langsung menahannya. Dia tidak mau mengulang kelas 12 lagi. Tidak mau.

"Iya-iyaaa, gue setuju yang penting selesai." Ucap Cefi.

"Nah, gitu dong." Ucap Baron yang tersenyum puas.

Mereka duduk lagi, kemudian Baron meminta kepada Cefi untuk mendekat, dia sudah siap untuk menjelaskan.

"Jadi, ini itu caranya pakai yang ini ..." Baron mulai menjelaskan.

Cefi yang sudah bertopang dagu menguap berkali-kali namun Baron terus menerus memaksanya untuk membuka mata dan mendengarkan penjelasannya.

"Dengerin gue gak si?" Tanya Baron.

"Iya, denger." Ucap Cefi berbohong. Dia kini tengah ngantuk berat jadi apapun yang Baron jelaskan tidak masuk ke dalam kepalanya.

"Coba ulangi. Tadi gue ngomong apa?"

"Ah?"

"Tuhkan gak dengerin. Nih, gue ulangin, jadi ini itu caranya pake ini. Ini dimasukin ke sini ..."

Cefi memejamkan matanya. Baron pun langsung menarik rambut kuncir kuda Cefi, "Enak bener ya lo, gue capek-capek jelasin, lo yang tidur?"

"Astagfirullah. Kasar bat sih lo jadi cowok?" Cefi langsung cemberut dan langsung melepaskan tangan Baron di rambutnya.

"Yaudah deketan sini. Ini coba ini jelasin lagi gue. Gue mau denger." Ucap Baron.

Cefi dan Baron sudah sangat dekat. Cefi mengamati angka-angka yang sudah berputar-putar. Membaca pun rasanya dia tidak mampu saking ngantuknya.

"Ini caranya ..." Cefi mencoba menggelengkan kepalanya agar sadar namun dia tetap tidak ingat dengan apa yang Baron jelaskan.

"Ini pake rumus yang ini trus dimasukin ke sini ke sini ke sini angka-angkanya." Terang Baron. "Ulang!"

"Ini pake rumus yang ini. Trus di masukin ke sini ke sini ke sini angkanya." Ucap Cefi yang hanya menghafal.

"Heh, tangan lo nunjuknya yang bener, ini tangan gue bukan buku!"

Cefi menguap lagi matanya sudah tidak fokus.

"Nah, hasilnya udah dapet. Sekarang lanjut yang ini. Lo masih ngantuk?" Tanya Baron.

Cefi menggelengkan kepalanya sambil memejamkan matanya.

Baron mencubit kecil lengan Cefi.

"Aduuuh! Sakit tau!"

"Dengerin gue makanya!"

"Iya, tapi tunggu lima menit aja dah, istirahat dulu."

"Ck, soal kedua aja belum selesai udah minta istirahat."

Baron yang memiliki otak licik pun mengedarkan pandangannya ke arah lain dan menemukan piring kecil berisi cabai dan juga sepiring gorengan. Dia tentu masih belum bisa memaafkan apa yang dilakukan Cefi tadi, sehingga dia masih ingin membalas dendam kepada Cefi.

"Bangun gak lo? Sekarang kalau gue ajarin lo, lo nggak bisa, kudu makan cabe. Bodo amat gue. Gue nggak mau ilmu yang gue ajarin sia-sia."

"Lo nyiksa gue namanya!" Protes Cefi.

"Ya, emang. Kalau gak mau pulang aja sana." Ucap Baron acuh tak acuh.

"Cih, gue benci banget sama lo sumpah!"

"Kalau sampai suka sama gue mampus lo."

"Selama di dunia ini masih ada populasi laki, itu gak akan pernah terjadi."

Kini Cefi benar-benar tahu kalau Baron sedang menyiksanya dengan cara seperti ini. Padahal, biasanya setiap ada PR yang tidak bisa dikerjakan sendiri, Cefi selalu meminta tolong Baron dan Baronlah yang selalu mengerjakannya, Cefi tinggal terima beres karena Baron malas sekali berdekatan dengan Cefi. Tidak seperti hari ini. Ini tandanya, Cefi akan begadang semalaman.

Terpopuler

Comments

Radiah Ayarin

Radiah Ayarin

awas ntar lama² bisa jatuh cinta

2022-11-25

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Awal
2 BAB 2 - Gosip Terbaru
3 BAB 3 - Pengganggu
4 BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5 BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6 BAB 6 - Haus Pengakuan
7 BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8 BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9 BAB 9 - Perjanjian
10 BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11 BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12 BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13 BAB 13 - Mendadak Demam
14 BAB 14 - Kabar Buruk
15 BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16 BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17 BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18 BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19 BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20 BAB 20 - Minta Duit
21 BAB 21 - Suara Pecahan
22 BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23 BAB 23 - Film Dewasa
24 BAB 24 - Kehebohan
25 BAB 25 - Sakit Hati
26 BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27 BAB 27 - Baikan?
28 BAB 28 - Ketahuan
29 BAB 29 - Baron-Sai
30 BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31 BAB 31 - Permintaan Maaf
32 BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33 BAB 33 - Menghapus Kotoran
34 BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35 BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36 BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37 BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38 BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39 BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40 BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41 BAB 41 - Kabar Gembira
42 BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43 BAB 43 - Masih Berhubungan?
44 BAB 44 - Coklat
45 BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46 BAB 46 - Berbaikan
47 BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48 BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49 BAB 49 - Uang Hilang
50 BAB 50 - Suami Galak
51 BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52 BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53 BAB 53 - Rayuan Gagal
54 BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55 BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56 BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57 BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58 BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59 BAB 59 - Baron Cemburu
60 BAB 60 - Air Mata Palsu
61 BAB 61 - Pelaku Pencurian
62 BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63 BAB 63 - Survei Asuransi
64 BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65 BAB 65 - Mau Bicara
66 BAB 66 - Jambak-Jambakan
67 BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68 BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69 BAB 69 - Ada Apa?
70 BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71 BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72 BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73 BAB 73 - Ada yang Berbeda
74 BAB 74 - Setia Kawan
75 BAB 75 - Penjualan Rumah
76 BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77 BAB 77 - Pencarian Riza
78 BAB 78 - Pencarian Andrea
79 BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80 BAB 80 - Penangkapan
81 BAB 81 - Tamparan Keras
82 BAB 82 - Tanda-Tanda
83 BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84 BAB 84 - Hasil Pergulatan
85 BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86 BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87 BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88 BAB 88 - Ujian Terakhir
89 BAB 89 - Telepon dari Baron
90 BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91 BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92 BAB 92 - Wisuda Baron
93 BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94 BAB 94 - Ketenangan Batin
95 BAB 95 - Kenyataan Pahit
96 BAB 96 - Buah Hati
97 BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98 BAB 98 - Penguntit
99 BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)
Episodes

Updated 99 Episodes

1
BAB 1 - Awal
2
BAB 2 - Gosip Terbaru
3
BAB 3 - Pengganggu
4
BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5
BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6
BAB 6 - Haus Pengakuan
7
BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8
BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9
BAB 9 - Perjanjian
10
BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11
BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12
BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13
BAB 13 - Mendadak Demam
14
BAB 14 - Kabar Buruk
15
BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16
BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17
BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18
BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19
BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20
BAB 20 - Minta Duit
21
BAB 21 - Suara Pecahan
22
BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23
BAB 23 - Film Dewasa
24
BAB 24 - Kehebohan
25
BAB 25 - Sakit Hati
26
BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27
BAB 27 - Baikan?
28
BAB 28 - Ketahuan
29
BAB 29 - Baron-Sai
30
BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31
BAB 31 - Permintaan Maaf
32
BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33
BAB 33 - Menghapus Kotoran
34
BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35
BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36
BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37
BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38
BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39
BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40
BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41
BAB 41 - Kabar Gembira
42
BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43
BAB 43 - Masih Berhubungan?
44
BAB 44 - Coklat
45
BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46
BAB 46 - Berbaikan
47
BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48
BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49
BAB 49 - Uang Hilang
50
BAB 50 - Suami Galak
51
BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52
BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53
BAB 53 - Rayuan Gagal
54
BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55
BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56
BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57
BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58
BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59
BAB 59 - Baron Cemburu
60
BAB 60 - Air Mata Palsu
61
BAB 61 - Pelaku Pencurian
62
BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63
BAB 63 - Survei Asuransi
64
BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65
BAB 65 - Mau Bicara
66
BAB 66 - Jambak-Jambakan
67
BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68
BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69
BAB 69 - Ada Apa?
70
BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71
BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72
BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73
BAB 73 - Ada yang Berbeda
74
BAB 74 - Setia Kawan
75
BAB 75 - Penjualan Rumah
76
BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77
BAB 77 - Pencarian Riza
78
BAB 78 - Pencarian Andrea
79
BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80
BAB 80 - Penangkapan
81
BAB 81 - Tamparan Keras
82
BAB 82 - Tanda-Tanda
83
BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84
BAB 84 - Hasil Pergulatan
85
BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86
BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87
BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88
BAB 88 - Ujian Terakhir
89
BAB 89 - Telepon dari Baron
90
BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91
BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92
BAB 92 - Wisuda Baron
93
BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94
BAB 94 - Ketenangan Batin
95
BAB 95 - Kenyataan Pahit
96
BAB 96 - Buah Hati
97
BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98
BAB 98 - Penguntit
99
BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!