BAB 6 - Haus Pengakuan

Sepulang sekolah, Cefi tidak langsung pulang karena dia ingin ikut dengan teman-temannya ke salon untuk mengubah gaya rambut mereka. Kecuali, Dara. Dara masih anti dengan semua yang berbau kecantikan, jadi dia tidak mau mengikuti jejak teman-temannya. Dia hanya ikut mengantar saja. Mereka berempat sudah izin kepada orang tua mereka jadi mereka aman.

"Masih lama gak sih? Pen cabut aja gue rasanya." Gerutu Dara.

Ketiga temannya yang sedang di-smoothing rambutnya langsung terkekeh dan melihat Dara yang berada di belakang mereka dari kaca.

"Bosen kan lo? Lagian ditawarin gak mau." Ucap Amel. "Gue bayarin padahal." Sambung Amel.

Diantara semuanya, uang jajan Amel memang paling besar dan Amel memang suka mentraktir teman-temannya dalam hal apapun. Amel adalah tipe orang kaya yang tidak sombong dan sangat tidak perhitungan dalam mengeluarkan uang. Dan selama Amel senang, orang tuanya tidak melarang.

"Kaga dah kagaaa." Ucap Dara.

Cefi, Putri, dan juga Amel mau tak mau langsung tertawa begitu saja mendengar jawaban Dara.

"Eh, abis ini beli kaca mata yuk. Gue pengen pake kaca mata dah." Usul Cefi.

"Ayooo!" Ucap Amel paling bersemangat.

"Aku ikut aja ya, tapi nggak mau beli soalnya aku nggak suka pakai kaca mata." Kata Putri.

Setelah selesai, mereka pun pulang ke rumah. Cefi yang lagi-lagi pulang naik angkot pun berjalan dari halte ke dalam kompleks dengan perasaan senang. Sejak keluar dari salon tadi, dia merasa kalau dia sudah menjadi perempuan paling cantik sedunia.

Terlebih, ketika angin menerpa rambutnya, dia merasa kalau dirinya seperti model iklan. Cefi pun terkikik geli membayangkan itu. Dia juga semakin pede dengan menggunakan kaca mata yang menurutnya membuat tampilannya semakin menarik.

"Wahhh, Xaviera cantik banget!" Sapa seorang ibu-ibu kompleks. Semua warga kompleks memang mengenal Cefi sehingga gak heran kalau banyak yang menegur Cefi di jalan, apalagi Cefi memang anak yang ceria dan ramah. Warga kompleks tambah suka bertegur sapa dengan Cefi.

"Makasih, Bu. Cantiknya udah bawaan lahir kayaknya Bu. Mari, Bu!" Sahut Cefi sambil terkekeh.

Cefi pun melanjutkan perjalanannya dan lagi-lagi ada yang memuji penampilannya. Hal itu membuat Cefi semakin besar kepala.

"Assalamualaikum, Tante!" Sapa Cefi kepada Ibu Anes yang sedang berada di luar gerbang sambil memegang sapu.

Cefi pun mencium tangan Ibu Anes.

Cefi tentu ingin dipuji oleh Ibu Anes. Meski Cefi benci sekali pada anaknya Ibu Anes a.k.a Baron, namun Cefi sayang kepada kedua orang tua Baron yang sangat baik kepadanya. Terutama Ibu Anes yang selalu menatap lembut dan ramah kepadanya.

"Waalaikumsalam. Eh, Nak Xaviera, Tante kira siapa. Sampe pangling loh Tante liat kamu pake kaca mata, poni, sama rambut lurus ini." Ucap Ibu Anes.

Cefi pun terkekeh begitu saja, "Gimana, Tante? Aku cantik gak?" Tanya Cefi sambil memutarkan badannya.

"Wah, kamu baru dari salon ya, Nak? Ajak-ajak Tante dong. Salonnya kayaknya bagus." Ucap Ibu Anes.

"Ah, siap Tante. Nanti kalau Tante mau ke sana aku anterin, tapi bayarin aku salon juga ya, Tante. Aku kan anak sekolah gak punya duit." Ucap Cefi sambil nyengir kuda.

"Beres. Sama Tante semuanya aman." Sahut Ibu Anes.

Saat sedang berbincang-bincang suara motor terdengar mendekat. Ibu Anes dan juga Cefi langsung menoleh ke sumber suara. Di sana Baron memarkirkan motornya lalu mencium tangan ibunya dulu.

"Assalamualaikum!" Salam Baron.

"Waalaikumsalam." Jawab Ibu Anes dan Cefi.

Cefi terus menatap Baron. Baron yang memang sedang malas bertemu dengan Cefi pun hendak berjalan ke motornya.

"Ehhh!" Cefi langsung menahan tangan Baron.

"Apaan sih? Lepasin tangan gue! Bisa kudisan gue. Hih!" Ucap Baron. Namun dia tidak mau melepaskan tangan Cefi dengan tangannya. Dia memilih membiarkan Cefi melepaskan sendiri.

Cefi pun mendengus sebal. Namun, dia merasa kalau Baron harus melihat perubahan rambutnya dan kaca matanya. Dia ingin Baron terpesona dan memujinya juga seperti warga kompleks yang lain.

"Liat gue deh." Kata Cefi sambil malu-malu.

Baron mengamati Cefi dari atas sampe ke bawah.

"Apanya?" Tanya Baron yang tidak menemukan sesuatu yang berbeda dari Cefi.

Cefi berdehem dan langsung memegangi rambutnya sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain dan juga pura-pura membetulkan kaca matanya.

"Apaan sih? Gak jelas banget!" Ucap Baron yang hendak pergi.

Ibu Anes yang melihat interaksi Baron dan Cefi hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Itu loh, Sayang. Cefi abis dari salon, gaya rambutnya baru dan dia juga pakai kaca mata. Cantik ya?" kata Ibu Anes gemas pada anaknya yang tidak peka.

"Makasih, Tante." Ucap Cefi lagi kepada Ibu Anes.

Baron langsung menatap Cefi. Cefi sudah tersenyum. Baron melangkahkan selangkah kakinya, "Oh, iya-iya-iya." Kata Baron. "Coba gue pegang kayaknya rambut lo bagus deh."

Cefi pun tersenyum dan menyodorkan rambutnya ke dekat Baron. "Iya kan bagus? Rambut gue lembut banget loh, wangi juga." Kata Cefi menyombongkan diri.

Baron pun mulai mengusap rambut Cefi namun seketika seringaian liciknya keluar. Baron langsung membuat berantakan rambut Cefi. Usapan yang lembut berubah jadi kasar seketika.

"Aaaaa! Rambut gueee!" Pekik Cefi kesal setengah mati.

"Barooon!" Seru Ibu Anes yang melihat kelakuan anaknya.

"Hahahaha emang enak lo! Lagian sok kecentilan banget si lo. Masih SMA aja pake ke salon segala. Mana pake poni lagi. Hih, emang lo anak SD? Rambut juga dilurus-lurusin, pipi lo jadi kayak bakpau tau gak? Trus ini. Kaca mata lo itu alay banget sumpah. Hahahaha!" Baron terus menertawakan Cefi.

Cefi mengepalkan tangannya dan menatap Baron dengan marah, ingin rasanya dia membejek-bejek Baron hingga Baron menjadi perkedel karena mulut Baron benar-benar tidak manusiawi.

Mata Cefi pun sudah berkaca-kaca sudah siap menangis.

"Apa? Mau nangis? Mau ngadu? Dasar Cengeng!" Seru Baron.

"Cukup, Baron! Nak Xaviera, maafin Baron ya? Aduh jadi berantakan gini rambutnya." Kata Ibu Anes yang mencoba merapikan rambut Cefi.

"Aku mau pulang aja Tante." Kata Cefi.

Cefi pun langsung menyikut perut Baron hingga Baron mengaduh. Lalu Cefi pun menangis dan berteriak, "Mamaaaa!"

Cefi langsung berlari menuju ke rumahnya, dia tidak memperhatikan lagi bagaimana Baron yang sedang dimarahi oleh Ibu Anes di belakangnya.

"Kenapa, Sayang? Kok rambutnya berantakan?" Tanya Ibu Larasati, "Oiya, salamnya mana?" Sambung beliau.

"Assalamualaikum." Salam Cefi sambil mencium punggung tangan ibunya.

"Waalaikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh." Jawab Ibu Laras.

"Ma, gimana sih caranya buat ngutuk Barongsai jadi batu?! Dia nyebelin banget Maaa. Dia bilang poniku kayak anak kecil, rambut panjang aku bikin pipi aku tambah bulet, dan kaca mata aku kayak anak alay maaa..." Adu Cefi.

"Husss, Sayang, kamu nggak boleh ngutuk orang sembarangan apalagi kamu lagi keadaan terluka, itu bisa jadi kenyataan, Sayang. Doa orang yang sedang menderita itu suka dijabah sama Allah, Nak. Sama ketika kita doa saat hujan. Jadi, jangan sembarangan doain celaka orang ya? Kalau lagi terluka doanya yang baik-baik aja, buat kamu, buat mama papa, buat teman kamu yang jebelin itu, buat keluarganya. Itu lebih bermanfaat, Sayang." tanya Ibu Larasati dengan sangat bijak.

Deg!

Ntah mengapa jantung Cefi berdegup dengan sangat kencang, dia menatap ibunya. "Mama?" Tanya Cefi seakan tidak percaya dengan ucapan ibunya. Cefi pun memegangi pipi ibunya dan seketika dia melihat sesuatu. Ibunya memakai jilbab.

"Mama, abis dari pengajian?" tanya Cefi.

Ibunya Cefi pun tersenyum dan menggelengkan kepala beliau begitu saja, "Mama mau pakai jilbab, Sayang. Gimana? Bagus gak?"

"Kok?" Tanya Cefi bingung.

Ibunya Cefi tersenyum dan mengusap kepala anaknya begitu saja, "Nggakpapa, Sayang. Belakangan mama denger ceramah Ustaz Bangga, Nak. Mama jadi ingat lagi kalau mama ini sudah jadi tanggung jawab papamu. Mama nggak mau ah nambah-nambahin dosa buat papa. Jadi, mama mau mulai dari hal kecil aja."

Cefi masih terdiam. Masih bingung dengan apa yang terjadi. Baginya ibunya tidak biasa-biasanya begini. Seperti ada yang aneh tapi dia tidak tahu di mana anehnya. Saking bingungnya, Cefi lupa kalau sebelumnya dia sedang menangis.

"Cantik gak?" tanya Mamanya Cefi.

"Iya, Ma. Cantik sekali seperti bidadari." kata Cefi.

"Ya kan memang bidadarinya Papa." kata Mamanya Cefi.

Cefi terkekeh begitu saja, "Uuuu ... so sweet."

Episodes
1 BAB 1 - Awal
2 BAB 2 - Gosip Terbaru
3 BAB 3 - Pengganggu
4 BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5 BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6 BAB 6 - Haus Pengakuan
7 BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8 BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9 BAB 9 - Perjanjian
10 BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11 BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12 BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13 BAB 13 - Mendadak Demam
14 BAB 14 - Kabar Buruk
15 BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16 BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17 BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18 BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19 BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20 BAB 20 - Minta Duit
21 BAB 21 - Suara Pecahan
22 BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23 BAB 23 - Film Dewasa
24 BAB 24 - Kehebohan
25 BAB 25 - Sakit Hati
26 BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27 BAB 27 - Baikan?
28 BAB 28 - Ketahuan
29 BAB 29 - Baron-Sai
30 BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31 BAB 31 - Permintaan Maaf
32 BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33 BAB 33 - Menghapus Kotoran
34 BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35 BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36 BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37 BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38 BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39 BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40 BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41 BAB 41 - Kabar Gembira
42 BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43 BAB 43 - Masih Berhubungan?
44 BAB 44 - Coklat
45 BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46 BAB 46 - Berbaikan
47 BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48 BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49 BAB 49 - Uang Hilang
50 BAB 50 - Suami Galak
51 BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52 BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53 BAB 53 - Rayuan Gagal
54 BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55 BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56 BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57 BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58 BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59 BAB 59 - Baron Cemburu
60 BAB 60 - Air Mata Palsu
61 BAB 61 - Pelaku Pencurian
62 BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63 BAB 63 - Survei Asuransi
64 BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65 BAB 65 - Mau Bicara
66 BAB 66 - Jambak-Jambakan
67 BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68 BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69 BAB 69 - Ada Apa?
70 BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71 BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72 BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73 BAB 73 - Ada yang Berbeda
74 BAB 74 - Setia Kawan
75 BAB 75 - Penjualan Rumah
76 BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77 BAB 77 - Pencarian Riza
78 BAB 78 - Pencarian Andrea
79 BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80 BAB 80 - Penangkapan
81 BAB 81 - Tamparan Keras
82 BAB 82 - Tanda-Tanda
83 BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84 BAB 84 - Hasil Pergulatan
85 BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86 BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87 BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88 BAB 88 - Ujian Terakhir
89 BAB 89 - Telepon dari Baron
90 BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91 BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92 BAB 92 - Wisuda Baron
93 BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94 BAB 94 - Ketenangan Batin
95 BAB 95 - Kenyataan Pahit
96 BAB 96 - Buah Hati
97 BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98 BAB 98 - Penguntit
99 BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)
Episodes

Updated 99 Episodes

1
BAB 1 - Awal
2
BAB 2 - Gosip Terbaru
3
BAB 3 - Pengganggu
4
BAB 4 - Pembalasan dari Baron
5
BAB 5 - Sedikit Kebaikan
6
BAB 6 - Haus Pengakuan
7
BAB 7 - Bencana Datang Lagi
8
BAB 8 - Pujaan Hati Sang Pemikat Hati
9
BAB 9 - Perjanjian
10
BAB 10 - Pengganggu Datang Lagi
11
BAB 11 - Cefi yang Berbeda
12
BAB 12 - Kencan Pertama Cefi
13
BAB 13 - Mendadak Demam
14
BAB 14 - Kabar Buruk
15
BAB 15 - Pernikahan Tak Terduga
16
BAB 16 - Pertemuan Terakhir
17
BAB 17 - Om Soni yang Keterlaluan
18
BAB 18 - Untuk Pertama Kalinya
19
BAB 19 - Guru Magang vs Murid IIS
20
BAB 20 - Minta Duit
21
BAB 21 - Suara Pecahan
22
BAB 22 - Keluarga yang Sesungguhnya
23
BAB 23 - Film Dewasa
24
BAB 24 - Kehebohan
25
BAB 25 - Sakit Hati
26
BAB 26 - Dikeluarkan dari Sekolah
27
BAB 27 - Baikan?
28
BAB 28 - Ketahuan
29
BAB 29 - Baron-Sai
30
BAB 30 - Pahlawan untuk Cefi
31
BAB 31 - Permintaan Maaf
32
BAB 32 - Kencan Tak Terduga
33
BAB 33 - Menghapus Kotoran
34
BAB 34 - Sedikit Peningkatan
35
BAB 35 - Gunting Batu Kertas
36
BAB 36 - Kencan Pertama (1)
37
BAB 37 - Kencan Pertama (2)
38
BAB 38 - Kencan Pertama (3)
39
BAB 39 - Siapa Baron Sebenarnya?
40
BAB 40 - Rasa Pengantin Baru
41
BAB 41 - Kabar Gembira
42
BAB 42 - Kedatangan Om Soni
43
BAB 43 - Masih Berhubungan?
44
BAB 44 - Coklat
45
BAB 45 - Guru Olahraga Pengganti
46
BAB 46 - Berbaikan
47
BAB 47 - Kehangatan dari Keluarga Om Soni
48
BAB 48 - Jalanan Milik Berdua
49
BAB 49 - Uang Hilang
50
BAB 50 - Suami Galak
51
BAB 51 - Pemandangan Tak Terduga
52
BAB 52 - Apakah Baron Merasakan Hal yang Sama?
53
BAB 53 - Rayuan Gagal
54
BAB 54 - Arti Nama Cefixime
55
BAB 55 - Ulang Tahun Dara
56
BAB 56 - Menjejakkan Kaki di Kampus Baron
57
BAB 57 - Gosip Andrea dan Baron
58
BAB 58 - Pertemuan dengan Laki-Laki Aneh
59
BAB 59 - Baron Cemburu
60
BAB 60 - Air Mata Palsu
61
BAB 61 - Pelaku Pencurian
62
BAB 62 - Pencuri Uang Cefi
63
BAB 63 - Survei Asuransi
64
BAB 64 - Kabar Aneh (Lagi?)
65
BAB 65 - Mau Bicara
66
BAB 66 - Jambak-Jambakan
67
BAB 67 - Piagam Penghargaan untuk Orang Aneh
68
BAB 68 - I Miss You But I Hate You
69
BAB 69 - Ada Apa?
70
BAB 70 - Suami yang Tidak Dianggap
71
BAB 71 - Pertengkaran Hebat
72
BAB 72 - Berdamai dengan Cara Paling Klise
73
BAB 73 - Ada yang Berbeda
74
BAB 74 - Setia Kawan
75
BAB 75 - Penjualan Rumah
76
BAB 76 - Cefi yang Kelelahan
77
BAB 77 - Pencarian Riza
78
BAB 78 - Pencarian Andrea
79
BAB 79 - Umpan Menggunakan Andrea
80
BAB 80 - Penangkapan
81
BAB 81 - Tamparan Keras
82
BAB 82 - Tanda-Tanda
83
BAB 83 - Praduga yang Mengejutkan
84
BAB 84 - Hasil Pergulatan
85
BAB 85 - Ketahuan Sekolah
86
BAB 86 - Perdebatan Tak Berujung
87
BAB 87 - Pemanggilan Wali Murid
88
BAB 88 - Ujian Terakhir
89
BAB 89 - Telepon dari Baron
90
BAB 90 - Pengumuman Kelulusan Cefi
91
BAB 91 - Kedatangan Tamu Tak Diundang
92
BAB 92 - Wisuda Baron
93
BAB 93 - Kabar Mengejutkan
94
BAB 94 - Ketenangan Batin
95
BAB 95 - Kenyataan Pahit
96
BAB 96 - Buah Hati
97
BAB 97 - Tiga Tahun Kemudian
98
BAB 98 - Penguntit
99
BAB 99 - Akhir yang Manis (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!