Sepulang sekolah, Cefi tidak langsung pulang karena dia ingin ikut dengan teman-temannya ke salon untuk mengubah gaya rambut mereka. Kecuali, Dara. Dara masih anti dengan semua yang berbau kecantikan, jadi dia tidak mau mengikuti jejak teman-temannya. Dia hanya ikut mengantar saja. Mereka berempat sudah izin kepada orang tua mereka jadi mereka aman.
"Masih lama gak sih? Pen cabut aja gue rasanya." Gerutu Dara.
Ketiga temannya yang sedang di-smoothing rambutnya langsung terkekeh dan melihat Dara yang berada di belakang mereka dari kaca.
"Bosen kan lo? Lagian ditawarin gak mau." Ucap Amel. "Gue bayarin padahal." Sambung Amel.
Diantara semuanya, uang jajan Amel memang paling besar dan Amel memang suka mentraktir teman-temannya dalam hal apapun. Amel adalah tipe orang kaya yang tidak sombong dan sangat tidak perhitungan dalam mengeluarkan uang. Dan selama Amel senang, orang tuanya tidak melarang.
"Kaga dah kagaaa." Ucap Dara.
Cefi, Putri, dan juga Amel mau tak mau langsung tertawa begitu saja mendengar jawaban Dara.
"Eh, abis ini beli kaca mata yuk. Gue pengen pake kaca mata dah." Usul Cefi.
"Ayooo!" Ucap Amel paling bersemangat.
"Aku ikut aja ya, tapi nggak mau beli soalnya aku nggak suka pakai kaca mata." Kata Putri.
Setelah selesai, mereka pun pulang ke rumah. Cefi yang lagi-lagi pulang naik angkot pun berjalan dari halte ke dalam kompleks dengan perasaan senang. Sejak keluar dari salon tadi, dia merasa kalau dia sudah menjadi perempuan paling cantik sedunia.
Terlebih, ketika angin menerpa rambutnya, dia merasa kalau dirinya seperti model iklan. Cefi pun terkikik geli membayangkan itu. Dia juga semakin pede dengan menggunakan kaca mata yang menurutnya membuat tampilannya semakin menarik.
"Wahhh, Xaviera cantik banget!" Sapa seorang ibu-ibu kompleks. Semua warga kompleks memang mengenal Cefi sehingga gak heran kalau banyak yang menegur Cefi di jalan, apalagi Cefi memang anak yang ceria dan ramah. Warga kompleks tambah suka bertegur sapa dengan Cefi.
"Makasih, Bu. Cantiknya udah bawaan lahir kayaknya Bu. Mari, Bu!" Sahut Cefi sambil terkekeh.
Cefi pun melanjutkan perjalanannya dan lagi-lagi ada yang memuji penampilannya. Hal itu membuat Cefi semakin besar kepala.
"Assalamualaikum, Tante!" Sapa Cefi kepada Ibu Anes yang sedang berada di luar gerbang sambil memegang sapu.
Cefi pun mencium tangan Ibu Anes.
Cefi tentu ingin dipuji oleh Ibu Anes. Meski Cefi benci sekali pada anaknya Ibu Anes a.k.a Baron, namun Cefi sayang kepada kedua orang tua Baron yang sangat baik kepadanya. Terutama Ibu Anes yang selalu menatap lembut dan ramah kepadanya.
"Waalaikumsalam. Eh, Nak Xaviera, Tante kira siapa. Sampe pangling loh Tante liat kamu pake kaca mata, poni, sama rambut lurus ini." Ucap Ibu Anes.
Cefi pun terkekeh begitu saja, "Gimana, Tante? Aku cantik gak?" Tanya Cefi sambil memutarkan badannya.
"Wah, kamu baru dari salon ya, Nak? Ajak-ajak Tante dong. Salonnya kayaknya bagus." Ucap Ibu Anes.
"Ah, siap Tante. Nanti kalau Tante mau ke sana aku anterin, tapi bayarin aku salon juga ya, Tante. Aku kan anak sekolah gak punya duit." Ucap Cefi sambil nyengir kuda.
"Beres. Sama Tante semuanya aman." Sahut Ibu Anes.
Saat sedang berbincang-bincang suara motor terdengar mendekat. Ibu Anes dan juga Cefi langsung menoleh ke sumber suara. Di sana Baron memarkirkan motornya lalu mencium tangan ibunya dulu.
"Assalamualaikum!" Salam Baron.
"Waalaikumsalam." Jawab Ibu Anes dan Cefi.
Cefi terus menatap Baron. Baron yang memang sedang malas bertemu dengan Cefi pun hendak berjalan ke motornya.
"Ehhh!" Cefi langsung menahan tangan Baron.
"Apaan sih? Lepasin tangan gue! Bisa kudisan gue. Hih!" Ucap Baron. Namun dia tidak mau melepaskan tangan Cefi dengan tangannya. Dia memilih membiarkan Cefi melepaskan sendiri.
Cefi pun mendengus sebal. Namun, dia merasa kalau Baron harus melihat perubahan rambutnya dan kaca matanya. Dia ingin Baron terpesona dan memujinya juga seperti warga kompleks yang lain.
"Liat gue deh." Kata Cefi sambil malu-malu.
Baron mengamati Cefi dari atas sampe ke bawah.
"Apanya?" Tanya Baron yang tidak menemukan sesuatu yang berbeda dari Cefi.
Cefi berdehem dan langsung memegangi rambutnya sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain dan juga pura-pura membetulkan kaca matanya.
"Apaan sih? Gak jelas banget!" Ucap Baron yang hendak pergi.
Ibu Anes yang melihat interaksi Baron dan Cefi hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Itu loh, Sayang. Cefi abis dari salon, gaya rambutnya baru dan dia juga pakai kaca mata. Cantik ya?" kata Ibu Anes gemas pada anaknya yang tidak peka.
"Makasih, Tante." Ucap Cefi lagi kepada Ibu Anes.
Baron langsung menatap Cefi. Cefi sudah tersenyum. Baron melangkahkan selangkah kakinya, "Oh, iya-iya-iya." Kata Baron. "Coba gue pegang kayaknya rambut lo bagus deh."
Cefi pun tersenyum dan menyodorkan rambutnya ke dekat Baron. "Iya kan bagus? Rambut gue lembut banget loh, wangi juga." Kata Cefi menyombongkan diri.
Baron pun mulai mengusap rambut Cefi namun seketika seringaian liciknya keluar. Baron langsung membuat berantakan rambut Cefi. Usapan yang lembut berubah jadi kasar seketika.
"Aaaaa! Rambut gueee!" Pekik Cefi kesal setengah mati.
"Barooon!" Seru Ibu Anes yang melihat kelakuan anaknya.
"Hahahaha emang enak lo! Lagian sok kecentilan banget si lo. Masih SMA aja pake ke salon segala. Mana pake poni lagi. Hih, emang lo anak SD? Rambut juga dilurus-lurusin, pipi lo jadi kayak bakpau tau gak? Trus ini. Kaca mata lo itu alay banget sumpah. Hahahaha!" Baron terus menertawakan Cefi.
Cefi mengepalkan tangannya dan menatap Baron dengan marah, ingin rasanya dia membejek-bejek Baron hingga Baron menjadi perkedel karena mulut Baron benar-benar tidak manusiawi.
Mata Cefi pun sudah berkaca-kaca sudah siap menangis.
"Apa? Mau nangis? Mau ngadu? Dasar Cengeng!" Seru Baron.
"Cukup, Baron! Nak Xaviera, maafin Baron ya? Aduh jadi berantakan gini rambutnya." Kata Ibu Anes yang mencoba merapikan rambut Cefi.
"Aku mau pulang aja Tante." Kata Cefi.
Cefi pun langsung menyikut perut Baron hingga Baron mengaduh. Lalu Cefi pun menangis dan berteriak, "Mamaaaa!"
Cefi langsung berlari menuju ke rumahnya, dia tidak memperhatikan lagi bagaimana Baron yang sedang dimarahi oleh Ibu Anes di belakangnya.
"Kenapa, Sayang? Kok rambutnya berantakan?" Tanya Ibu Larasati, "Oiya, salamnya mana?" Sambung beliau.
"Assalamualaikum." Salam Cefi sambil mencium punggung tangan ibunya.
"Waalaikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh." Jawab Ibu Laras.
"Ma, gimana sih caranya buat ngutuk Barongsai jadi batu?! Dia nyebelin banget Maaa. Dia bilang poniku kayak anak kecil, rambut panjang aku bikin pipi aku tambah bulet, dan kaca mata aku kayak anak alay maaa..." Adu Cefi.
"Husss, Sayang, kamu nggak boleh ngutuk orang sembarangan apalagi kamu lagi keadaan terluka, itu bisa jadi kenyataan, Sayang. Doa orang yang sedang menderita itu suka dijabah sama Allah, Nak. Sama ketika kita doa saat hujan. Jadi, jangan sembarangan doain celaka orang ya? Kalau lagi terluka doanya yang baik-baik aja, buat kamu, buat mama papa, buat teman kamu yang jebelin itu, buat keluarganya. Itu lebih bermanfaat, Sayang." tanya Ibu Larasati dengan sangat bijak.
Deg!
Ntah mengapa jantung Cefi berdegup dengan sangat kencang, dia menatap ibunya. "Mama?" Tanya Cefi seakan tidak percaya dengan ucapan ibunya. Cefi pun memegangi pipi ibunya dan seketika dia melihat sesuatu. Ibunya memakai jilbab.
"Mama, abis dari pengajian?" tanya Cefi.
Ibunya Cefi pun tersenyum dan menggelengkan kepala beliau begitu saja, "Mama mau pakai jilbab, Sayang. Gimana? Bagus gak?"
"Kok?" Tanya Cefi bingung.
Ibunya Cefi tersenyum dan mengusap kepala anaknya begitu saja, "Nggakpapa, Sayang. Belakangan mama denger ceramah Ustaz Bangga, Nak. Mama jadi ingat lagi kalau mama ini sudah jadi tanggung jawab papamu. Mama nggak mau ah nambah-nambahin dosa buat papa. Jadi, mama mau mulai dari hal kecil aja."
Cefi masih terdiam. Masih bingung dengan apa yang terjadi. Baginya ibunya tidak biasa-biasanya begini. Seperti ada yang aneh tapi dia tidak tahu di mana anehnya. Saking bingungnya, Cefi lupa kalau sebelumnya dia sedang menangis.
"Cantik gak?" tanya Mamanya Cefi.
"Iya, Ma. Cantik sekali seperti bidadari." kata Cefi.
"Ya kan memang bidadarinya Papa." kata Mamanya Cefi.
Cefi terkekeh begitu saja, "Uuuu ... so sweet."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments