Mawar Seruni
Mawar Seruni.......
Adalah nama yang orang tuanya sematkan padanya semenjak ia terlahir. Gadis itu berusia dua puluh tahun.
Terlahir dari kasta sederhana keluarga bapak Herman Abdullah. Dan ibunya si cantik yang luar biasa ketus, Ratna Puspa.
Seruni adalah anak bungsu dari dua bersaudara.
Kakaknya juga seorang perempuan sepertinya, Amelia Kenanga namanya, biasa dipanggil Amel.
Entah mengapa, namanya dan kakaknya tergolong nama bunga-bunga. Namun yang mengganjal di sini adalah, nama seruni sedikit lebih ndeso di banding Amel
Kakaknya adalah wanita yang cukup pintar dan pandai membawa diri. Tubuhnya yang tinggi semampai, wajah yang cantik bisa dengan mudah untuknya mendapat pujian dari lingkungan sekitar.
Tak sedikit dari para tetangga yang menawarkan bapak Abdullah berbesan karna ingin mempersunting Amel.
Berbeda dengan Seruni, Amel seringkali juara kelas. Otak pintarnya serta tindak tanduknya yang feminim, membuat seruni nyaris tak berwujud di hadapan para keluarga besar.
Bahkan tak jarang, bapak dan ibu selalu memamerkan Amel pada teman-temannya. Di sinilah konflik yang sebenarnya, bahwa Seruni merasa seperti tak terlihat dan Amel adalah anak satu-satunya.
Miris?
Itulah rasa yang pantas untuk dilempar pada Seruni.
"Pagi, Seruni..... Tumben kamu nggak terlambat pagi ini?".
Tanya ibu yang masih sibuk menyiapkan makanan di meja, di bantu Amel.
Sikap Seruni Yang seringkali slenge'an dan bersikap sesuka hati, membuat Seruni seringkali terlambat ke kampus.
"Terlambat salah, nggak terlambat pun salah.
Repot kan jadi aku?".
Bapak Abdullah memelototkan matanya ke arah Seruni. Menatap Seruni horor adalah ciri khas bapak setiap hari.
Seruni mana peduli? Toh ia sudah terbiasa menghadapi semua orang di rumah ini.
"Ibukmu kan cuma nanya, to. Mbok Yo di jawab yang bener!! Bapak ini nggak pernah ya ngajari kamu hal-hal yang buruk." Ucap pak Abdullah kemudian.
"Ya. Bapak memang yang paling bener".
Sahut Seruni seketika. Bila bapak marah, Seruni membiarkan saja. Toh ia juga sudah sering kali di tampar bapak.
Berbeda dengan Amel yang tak pernah di perlakukan kasar karna terkesan penurut.
Seruni memang seringkali seperti tidak di anggap di rumahnya sendiri.
"Ini masih pagi, Runi. Jangan memancing kemarahan bapak."Tambah bapak lagi.
Bapak menggemeletukkan giginya.
Persetan dengan semuanya. Seruni lelah. Seruni hanya ingin hatinya damai sekarang.
Seruni hendak berangkat kuliah ketika tiba-tiba kalimat bapak menghentikan langkahnya. Selera makan Seruni hilang seketika.
"Malam nanti akan ada tamu, teman bapak. Bapak harap, kamu bisa pulang lebih sore untuk membantu ibumu di dapur." Pinta pak Abdullah.
"Apa penting bila Runi harus hadir, pak?" Tanya Seruni.
"Bila yang akan datang itu calon mertua kamu, apa itu kedengarannya nggak penting?" Jawab pak Abdul kemudian.
Seperti biasa, bapak selalu bertanya dengan nada sinis.
Seruni hanya bisa membeku mendengar ungkapan bapak.
Apa itu tadi?
Calon mertua?
Apa itu artinya, Seruni akan di jodohkan?
Oh tidak.....
Penindasan macam apa ini?
Dengan emosi yang meledak-ledak Seruni terpaku dan menghampiri bapak.
"Apa bapak berniat menjodohkan Runi?"
Tanyanya memastikan apa yang ia dengar itu salah atau tidak.
"Ya. Kelakuan kamu itu sudah nggak seperti perempuan kebanyakan. Bapak kuwalahan menghadapi kamu. Sepertinya, harus ada pria yang tegas yang bersedia membimbing kamu agar lebih baik lagi"
Bapak menjawab dengan ringan tanpa beban.
Hati Seruni seperti di hantam Godam dengan bobot ribuan ton.
Syok luar biasa.
"Jadi, Bapak udah nggak sayang lagi sama Runi, sampai Runi harus di lempar pada pria yang nggak Runi kenal sama sekali?" Tanya Seruni lagi.
Hatinya terasa hancur saat mendengar bapak seperti tidak mau lagi mengurusnya.
Tak ada jawaban apapun yang ia dapat.
Dengan langkah kaki yang terasa berat, ia tinggalkan rumah tanpa menyentuh makanan yang ibunya buat untuk sarapan.
Entahlah.....
Gundah gulana tetiba ia rasakan.
Seruni melangkah tergesa tanpa peduli teriakan ibu yang melengking di telinga, seperti tawa kuntilanak di malam Jum'at Kliwon yang menyeramkan.
Sudahlah.....
Seruni tak peduli lagi sekarang.
Dihidupkan mesin motor dan segera melajukannya, tanpa ia panaskan lebih dulu mesinnya. Seruni perlu mencari udara segar sebagai ganti sarapannya yang ia lewatkan.
Setibanya di kampus, Kedua sahabat Seruni, si Andri dan Mia menyambutku dengan muka-muka menyebalkan seperti biasa.
Dengan wajah datar, Seruni menghampiri dan mengikuti langkah mereka yang hendak menuju kantin.
"Runi..... tumben Lo nggak telat. Habis ngimpi apa sih? Apa jangan-jangan Lo ngompolnya kepagian, jadi bangun lebih awal?"
Sumpah serapah demi apapun juga, Seruni lemparkan pada Andri yang bermulut tajam, ceplas ceplos tanpa saringan bila bicara.
Ya tuhan........
Setelah di rumah dibuat menyebalkan, kini di kampus pun Seruni harus menghadapi dua makhluk sejenis alien.
"Sekali lagi Lo ngomong, gue tampol mulut lo pakai sepatu".
Jawab Seruni ketus. Entahlah ....
Meski ia seringkali berbicara kasar bernada ketus, Andri dan Mia bahkan tertawa melihat kejengkelan Seruni.
"Ih, Ndri..... Kayaknya mbak Kunti kita ini lagi baru dapet tamu bulanan deh. Uuuu seremmmm" Sahut Mia yang tak ia hiraukan.
"Run..... gimana sama tugas Lo yang kemarin? Apa udah kelar?" Tanya Andri dengan wajah yang di buat seserius mungkin.
"Udah." Jawab Seruni dengan singkat.
"Ya.... bagus dong, kalau gitu bantuin gue, ya? Cuma tinggal dikit doang kok, yuk...."
Kini, Mia yang menimpali.
Tanpa memberi Seruni kesempatan untuk menolak, Andri segera menarik tangannya, semakin mempercepat langkah menuju kantin.
~~
Usai dari kantin, Seruni segera melangkahkan kakinya menuju kelas. Moodnya yang tak baik pagi ini, membuatnya malas dan lebih banyak melamun di dalam kelas.
Ucapan bapak yang hendak menjodohkannya itu lah, yang membuat lamunannya semakin dalam tanpa mendengar penjelasan dosen killer yang bernama Wiraka. Cukup di panggil Raka, dosen muda yang cukup tampan dan cerdas ini, menjadi idola seantero jagad raya kampus.
Padahal, menurut Seruni biasa saja.
Bila Seruni di jodohkan, ia harus bagaimana?
Sejujurnya dirinya tak siap. Dia masih muda, selisih umurnya dengan Amel adalah tiga tahun. Mengapa tidak Amel saja yang di jodohkan?
Toh dia juga sudah bekerja. Sedang Seruni?
Masih mahasiswi.
"Mawar Seruni. Keluar kamu dari kelas saya." Suara bariton itu demikian lantang menggema di seluruh penjuru ruangan.
Seruni yang sedang malas ini pun segera beranjak dan mengemasi buku-buku miliknya dan ia masukkan dalam tas segera.
Sejujurnya, Seruni cukup malas untuk mengikuti mata kuliah apapun hari ini.
Seruni melangkah pelan menuju pintu, ia lirik sekilas pak Raka yang mengernyitkan kening ke arahnya. Persetan dengan apapun penilaiannya terhadap Seruni. Seruni perlu menyegarkan pikiran dari kemelut perjodohan sialan yang dirancang bapak.
Ia langkahkan kakinya menuju perpustakaan.
Memilih buku secara random untuk mengalihkan pikirannya yang sungguh morat-marit.
Entah berapa lama Seruni terjebak di dalam ruangan ini, beberapa anak yang belum ada mata kuliah, terlihat juga sedang banyak yang membaca buku dengan serius.
Hingga sebuah suara mengejutkan Seruni dan mengalihkan pandangannya.
"Mawar Seruni. Ikut ke ruangan saya." Suara Wiraka kembali terdengar.
Seruni menghembuskan nafas perlahan. Pastilah hukumannya tak akan ringan. Mengingat, julukannya si killer itu melekat kuat dalam dirinya.
Dengan langkah malas, Seruni mengikuti langkah makhluk menyebalkan ini. Setibanya di dalam ruangan, Wiraka menatap Seruni penuh aneh. Entah apa arti tatapan itu.
"Tutup pintunya." Perintahnya. Menurut saja, Seruni menutup pintu perlahan.
"Jadi katakan Seruni, Hukuman apa yang pantas untuk saya berikan untuk kamu?" Tanya Si dosen killer itu.
"Apapun, asal bapak puas melihat penderitaan saya." jawab Seruni seperti sedang putus asa.
Terlihat raut terkejut di wajah Raka.
"Baru kali ini saya mendapati mahasiswi yang tidak takut di hukum." Kata si Wiraka.
"Bapak bukan Tuhan yang patut saya takuti." Jawab Seruni datar.
Sengaja Seruni menatap sengit ke arahnya.
Biarlah.....
Akan semakin rumit atau semakin parah hukumannya. Seruni tak peduli.
"Baiklah.... Nanti malam, bantu saya untuk menggagalkan rencana perjodohan yang di susun oleh orang tua saya. Kamu bisa datang sebagai pacar pura-pura saya. Hukuman ini lebih ringan, kan, kalau di bandingkan kamu harus pingsan karna harus membersihkan seluruh toilet di kampus ini?" Ucap Raka enteng tanpa beban.
"APA?" Seruni terkejut.
"Saya tidak menerima penolakan ataupun toleransi. Titik." Wiraka mengucap dengan tegas.
Uughh sial. Seruni benar-benar semakin terjebak dengan masalah besar.
**
Hai buat teman-teman readers semua. Cerita MAWAR SERUNI ini, akan menggantikan cerita SEKAR SERUNI. Dari cerita POV Tokoh, sekarang akan diganti menjadi POV author, dengan beberapa revisi plot. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
🍒나는 천사🍒
yg sekar seruni dlu nyampe mna ya,aq lupa tpi gpp lah tak baca lgi😁👍🏻
2023-02-18
1
Alif-balqis Faiha
beda gak ini sama yg sekar seruni itu...waktu itu kayaknya sekar seruni gak sampek tamat
2022-11-06
1
zhee Nurhidayah
akhirnya cerita ini up lagi
terimakasih author
2022-11-05
1