Seruni tak pernah menyangka akan seperti ini jadinya. Orang yang akan di jodohkan dengannya adalah dosen di kampusnya. Lalu, bagaimana ini?
Seruni menganga sekian detik untuk mengekspresikan kebodohannya ini.
Sungguh, ini di luar dari persepsinya. Wiraka nyatanya bukanlah lelaki yang Seruni sangka akan menjadi jodohnya.
Seruni linglung. Gadis itu benar-benar nampak seperti gadis bodoh di hadapan keluarga Wiraka.
"Ja ... jadi, pak Raka ... ?" Seruni membeo
"Ya, dia ini juga dosen di kampus, Runi.
Apakah nak Wiraka ini..... dosen Runi?" Tanya bapak tanpa rasa bersalah.
Seruni tidak mengerti dengan jalan pikiran kedua orang tuanya ini.
Seruni melihat Wiraka luar biasa terkejut. Begitu juga dengan Seruni yang masih syok.
Ingin Rasanya Seruni berteriak histeris dan meraung sekuat tenaga, tapi itu tidak mungkin, kan, kalau Seruni harus begitu?
Bisa digantung Seruni, sama bapak nanti.
"Iya.... pak. Saya dosen di kampus tempat Runi kuliah". Wiraka nampak tersenyum kaku.
"Wah, bagus dong ... Kalau kalian saling kenal, jadi bisa menjalin pendekatan lebih dulu" Sambung bapak. Seruni hanya bisa menatap dengan pongahnya pada mereka semua secara bergantian.
Putri bungsu Herman Abdullah itu melihat raut wajah datar dari kedua orang tua Wiraka. Saat baru keluar tadi, Seruni menjabat tangan mereka secara bergantian.
Apa mereka tak suka pada Seruni? Kalau iya, kenapa mereka jadi datang menjodohkan Seruni dengan putra mereka?
Ah sudahlah. Biar itu jadi urusan mereka.
Seruni juga tidak begitu suka pada Wiraka.
"Oh iya. Boleh saya ngobrol berdua dengan seruni?" Ucap Wiraka tiba-tiba. Seruni hanya bisa diam dengan wajah datar.
"Oh boleh nak, boleh. Silahkan." Ucap bapak, kemudian ibu menimpali.
"Runi..... Ajak nak Wiraka ke taman belakang, nggih." Sahut ibu.
Seruni hanya mengangguk dan berjalan ke belakang. Ia melirik Wiraka yang mengekori langkahnya.
Membayangkan akan menikah dengan dosen yang reputasi killer nya luar biasa terkenal se-antero kampus, membuat Seruni jadi ingin cepat-cepat menenggelamkan diri ke laut.
Setibanya di belakang, Seruni segera menuju sebuah pondok kecil dengan ayunan dengan dua kursi memanjang berhadapan.
Tanpa kata, ia segera duduk di sana. Wiraka tanpa banyak omong pun segera mengikuti.
"Seruni. Bagaimana menurut kamu tentang perjodohan ini?" Ucapnya tiba-tiba dengan suara berat.
"Nggak ada yang menarik lah, pak. Bapak sendiri gimana?" Seruni balik bertanya.
Seruni dengar, Wiraka menghembuskan nafas kasar. "Saya ... saya nggak tau harus ngomong apa. Kalau menolak pun, ibu saya pasti akan histeris dan saya takut penyakit asma nya kambuh. Saya, perjodohan ini benar-benar di luar kehendak saya." Tukas Wiraka kemudian.
"Sama. Aku juga gitu kali pak. Tapi....
Kalau nolak tentu aku di gorok sama bapak.
Lagian, kenapa sih bukan kak Amel aja yang di jodohkan sama bapak? Kak Amel juga udah kerja, sedang aku masih kuliah." Ujar Seruni yang terdengar masuk akal.
Seruni katakan saja apa yang menjadi resah gelisahnya. Di kira curhat yaa, udah biarin aja.
"Gimana kalau kita buat kesepakatan sebelum menikah. Kita jalani aja dulu pernikahan ini. Setelahnya, mungkin kalau kamu mau bebas, kita bisa cerai."
Seruni melotot matanya dengan horor ke arah Wiraka. Menawarkan perjanjian dalam pernikahan? Apa dosennya yang terkenal cerdas ini, sudah mulai gila?
"Enggak, titik!! Aku nggak mau ya bikin kayak gitu. Pernikahan itu bukan ajang main-main, pak Raka. Bapak mau mengingkari perjanjian di depan tuhan. Orang nikah itu terikat janji yang melibatkan tuhan loh di dalamnya." Jawab Seruni dengan berani.
"Ya udah begini saja. Kalau kamu memang keberatan dengan perjodohan ini, kamu boleh kok menolak lamaran ayah sama ibu saya." Sekali lagi, Seruni melotot ke arahnya dengan raut wajah yang ia buat segarang mungkin.
"Bapak mau buat saya mati, ya?" Dengusan nafas Seruni, terdengar dari bibirnya.
"Terus bagaimana, seruni? Saya nggak mungkin menolak perjodohan ini. Kalau kamu tidak bisa menolak apalagi menentang perjodohan ini, saya juga nggak bisa." Sergah Wiraka dengan suara berat. Agaknya, pria itu benar-benar frustasi.
Seruni diam sejenak.
"Kalau gitu, gimana kalau kita ikutin aja dulu pak alurnya. Gimana kalau kita menerima aja pernikahan ini? Setelah kita nikah, perlahan, saya akan belajar mencintai bapak, bapak juga harus sama. Belajar mencintai saya. Nggak ada salahnya di coba, kan?"
Entah kenapa, Seruni jadi sedikit linglung dengan ucapannya sendiri. Antara sadar dan tidak. Kemudian, ia menyumpahi mulutnya yang asal nyablak itu. Sungguh, Seruni tak tau kenapa bapak sama ibu punya anak seperti dirinya. Apa Mereka salah cetak saat proses pembuatannya? Seruni bergidik sendiri saat membayangkannya.
"Ya sudah. Kita terima saja perjodohan ini.
Kita lakukan saja dulu yang terbaik dan menjalani semuanya sesuai keadaan." Jawab Wiraka yang tak memiliki solusi lain.
Rasanya Seruni ingin pingsan saat Wiraka ternyata menanggapi serius ucapannya. Tetapi, untuk membantah pun tak mungkin. Toh tadi ia sendiri yang memberi ide gila.
Sekali lagi, hidup Seruni harus ditimpa kesialan selama seharian penuh ini.
~~
Raut wajah terkejut tak bisa lagi Wiraka sembunyikan. Pasalnya, gadis yang hendak di jodohkan dengannya adalah mahasiswi Wiraka sendiri.
Mawar Seruni ....
Adalah gadis yang jauh dari kriteria yang Wiraka tetapkan selama ini. Tubuhnya mungil, sangat berbeda jauh dengan Amel, kakaknya.
Kakaknya sungguh sangat cantik dengan tubuhnya yang tinggi semampai, body yang cukup membuyarkan fokusnya, dan wajahnya juga terasa menyejukkan.
Sedangkan Seruni ....
Dia gadis mungil yang penampilannya sedikit berjarak dari kata feminim. Wajahnya selalu mengenakan sedikit bedak dan lipstik tipis, nyaris seperti tak memakai make up sama sekali.
Beruntung, walau tidak terlihat cantik-cantik amat, tapi bodynya cukup seksi meski terbilang mungil.
Wiraka memutuskan untuk bicara berdua secara pribadi dengannya. Beruntung tak ada penolakan sama sekali darinya.
"Enggak, titik!!
Aku nggak mau ya bikin kayak gitu.
Pernikahan itu bukan ajang main-main, pak Raka..... Bapak mau mengingkari perjanjian di depan tuhan? Orang nikah itu terikat janji yang melibatkan tuhan loh di dalamnya." Ucapnya saat itu.
Sedikit merubah pandangan Wiraka padanya. Meski usianya terbilang muda, tapi si Seruni ini cukup pintar dan sepertinya bisa berpikir dewasa. Justru di sini Wiraka yang nampak terlihat kekanakan.
Bagaimana bisa Wiraka ditentang habis-habisan oleh mahasiswinya sendiri?
"Kalau gitu, gimana kalau kita ikutin aja dulu pak alurnya. Gimana kalau kita menerima aja pernikahan ini?
Setelah kita nikah, perlahan, saya akan belajar mencintai bapak, bapak juga harus sama. Belajar mencintai saya.
Nggak ada salahnya di coba, kan?"
Ini lagi.
Seruni memberi Wiraka usulan yang masuk akal dan bisa di pertimbangkan. Ia tidak mungkin menolaknya sedang usulannya ini terdengar lebih bijak.
Andai Wiraka tak kepikiran masa lalunya, mungkin ia bisa berpikir bijak seperti Seruni. Ah, Wiraka pun tak berkutik.
"Ya sudah. Kita terima saja perjodohan ini.
Kita lakukan saja dulu yang terbaik dan menjalani semuanya sesuai keadaan."
Dengan sangat terpaksa, Wiraka menerima perjodohan gila ini. Entah bagaimana ke depannya, bukankah segala sesuatunya, patut di coba?
Bismillah.....
Semoga ini keputusan yang tepat dan terbaik untuk Wiraka.
~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Euis Aidah
lanjut
2023-01-24
2