Hati Raka terasa panas ketika netra tajamnya, melihat Amel tengah memasuki pintu kedai dengan menggandeng lengan seorang pria, yang mengenakan setelan formal. Rasa cemburu tiba-tiba mencuat dalam hatinya, saat Amel bergelayut manja di lengan pria itu.
Tak ingin berlama-lama menyaksikan hal tersebut, Raka segera mengajak Seruni untuk segera pulang.
"Runi, hari sudah mulai sore dan saya punya banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Kita pulang sekarang." Ucap Raka pada Seruni. Padahal belum lagi makanannya habis.
Mungkin bisa di katakan terlalu kejam. Tapi Raka tak bisa menahan diri lebih lama lagi di tempat ini.
"Bapak aneh deh, tadi bapak ngajak makan, baru juga empat suap bapak udah ngajak pulang. Gimana sih?" Tanya Seruni dengan bibirnya gang manyun.
Tak peduli lagi dengan sebal Seruni saat ini. Yang jelas, Wiraka perlu meredam gejolak dalam hatinya yang terasa membakar.
"Ya, sudah. Saya bayar ini dulu. Kamu lanjutkan saja makannya. Nanti kamu cari taksi saja untuk mengantarmu ke kampus untuk mengambil motor kamu."
Raka meninggalkan selembar uang berwarna merah di meja, dan meninggalkan Seruni yang mematung. Sungguh, Raka sangat tidak bisa mengendalikan dirinya saat ini.
~~
Seruni tidak tau apa yang membuat Raka meninggalkan dirinya begitu saja. Makanan yang belum ada separuh masuk ke dalam lambungnya, kini Raka dengan tega meninggalkan Seruni seorang diri.
Katakanlah Seruni berlebihan, namun tatapan semua orang di sekitar, menatap Seruni penuh iba. Mungkin, mereka berpikir bahwa dirinya dan Raka adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar, dengan Seruni sebagai pihak yang di tinggalkan.
Memalukan!
Menu yang tadinya begitu menggugah selera, kini seolah tak memiliki citarasa spesial seperti semula. Hambar dan membuat Seruni ingin muntah.
Usai ia melihat Raka pergi dengan mobilnya yang telah hilang di telan jarak, Seruni berniat menyudahi makan siangnya. Bangkit dan berlalu pergi ke depan untuk mencari kendaraan umum.
Beruntung, Seruni segera menemukan angkot. Sayang, kan, kalau uang seratus ribu ini ia buat bayar taksi, yang pastinya jauh lebih mahal dari angkot?
Hingga Seruni tiba di kampus, ia melihat motornya terparkir rapi di samping pos security, sepertinya pak Raka yang meminta security mengamankan motor kesayangannya itu.
Seruni pulang dengan perasaan tak menentu, antara bahagia dan sedih yang datang secara bersamaan. Bahagia saat Raka mengajaknya kencan untuk pertama kali, namun sedih karna ia ditinggal begitu saja dengan alasan yang sulit ia terima secara akal sehat.
Biarlah, Seruni berharap hari ini hanya mimpi buruk yang akan segera usai. Berharap hari esok, Ia kembali pada realita bahwa ia akan segera menikah dengan pak Raka.
Meski berulang kali saat separuh jiwanya menentang perjodohan ini, namun sisi hatinya yang lain mensugesti dirinya bahwa Raka adalah jodoh terbaik yang tuhan pilihkan untuknya.
Setibanya di rumah, rumah nampak sepi. Seruni mendengar tadi saat sebelum berangkat, Amel akan keluar dengan seorang pria, calon suaminya.
Bapak dan ibu? Seruni tak tau. Mungkin ada acara di luar dengan teman-teman bapak sesama pegawai negeri sipil seperti bapak.
Motor Seruni, ia parkir dan ia kunci motor di halaman rumah. Segera masuk dan mandi untuk menunaikan ibadah sholat ashar. Ia hampar sajadahnya dan ia tumpahkan seluruh keluh kesahnya pada Tuhan. Berharap dengan begini, ia bisa menerima takdirnya dipersunting Raka.
Baru saja seruni selesai sholat dan baru merebahkan punggungnya, ia mendengar bapak dan ibu datang. Ia putuskan membereskan rumah agar ibu tak mengomelinya sepanjang malam ini.
Sudah menjadi kebiasaan, ibu selalu menuntutnya untuk membereskan rumah setiap sore hari. Tapi anehnya, ibu tak pernah mengomeli Amel meski Amel nampak berdiam diri di rumah tanpa terlihat membereskan sedikit saja rumah yang berantakan.
"Baru pulang kamu, Run?"
Suara ibu terdengar ketika aku menyapu rumah dan sampai di ruang keluarga.
Di susul bapak yang terlihat kelelahan di wajah tua nya.
"Sudah tadi, Bu." Jawab Seruni.
Hanya itu yang Seruni ucapkan dengan suara datar. Seruni tak ingin bertanya ataupun mau tau kemana ibu pergi seharian ini. Biarlah, Seruni tak mau didamprat oleh ibu. Sudah cukup sering ibu memarahinya ketika ia terlalu banyak bertanya pada ibu.
"Besok malam keluarga nak Subagio akan datang untuk menentukan tanggal pernikahan kalian. Ibu harap kamu nggak keluar besok malam. Ingat, ibu nggak mau kamu nanti membuat masalah. Buat keluarga nak Subagio menerimamu sebagai menantu. Ibu tidak mau tau bagaimana pun caranya."
Ujar ibu sebelum masuk ke dalam kamarnya bersama bapak.
"Ya."
Hanya itu yang mampu Seruni ucapkan. Ia tak mau berdebat dan memilih mengalah dengan menerima perjodohan yang terasa konyol ini.
Hingga Seruni usai dengan aktifitasnya beberes rumah. Hari mulai gelap. Seruni mendengar Amel datang dengan tawa cekikikan bersama pria yang Seruni tak tau itu siapa.
Seruni letakkan sapu di pojok dinding rumah. Dan benar saja, Amel datang.
"Dek, kenalin..... ini bang Arya.... Calon suami kakak." Pria berperawakan jangkung ini mengulurkan tangannya dan memperkenalkan diri sebagai kekasih Amel.
Seruni rasa, pria ini memang cocok dengan Amel yang cantik. Apa lagi, dia tampan dan cukup ramah. Pasangan yang cukup serasi, bukan?
Tentu saja Seruni balas uluran tangan Arya yang terasa hangat.
Setelahnya, Seruni ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Tak seperti biasanya, ibu tak kunjung keluar kamar malam ini. Seruni melihat bapak nampak menonton televisi seorang diri.
Usai memasak, Amel mengajak Seruni ke kamarnya, Seruni tidak tahu apa yang hendak Amel sampaikan. Tapi Sepertinya ini terlihat sangat penting.
"Dek, mnurutmu gimana sama Arya? Dia melamar kakak dan meminta kami agar segera menikah." Ungkap Amel kemudian.
Jadi? Hanya itu yang Amel sampaikan?
Seruni menghembuskan nafas berat.
"Sepertinya orangnya baik. Tingkah lakunya juga cukup ramah." Jawab Seruni datar dengan bangkit dan hendak pergi. Sayangnya, cekalan tangan Amel menghentikannya.
"Eh, tunggu dulu dong, Runi. Kakak belum selesai, nih".
"Ya udah cepetan. Aku lapar dan mau makan." Jawab Seruni. Ia putuskan untuk mendudukkan kembali dirinya di tepi ranjang Amel.
"Aku pengen pernikahanku di adakan dengan meriah. Tapi kan nggak mungkin di gelar dalam satu waktu dengan pernikahanmu sama mas Subagio. Untuk di adakan pernikahan dua kali dalam satu bulan kan nggak mungkin, kasihan kan sama bapak dan ibu. Jadi, pernikahan kamu nggak usah mewah-mewah ya. Cukup sederhana aja, yang penting kan sah?" Pinta Amel tanpa rasa bersalah.
"Ya udah, terserah kak Amel aja." Sahut Seruni dengan malas.
Seruni bangkit dan keluar. Ia langkahkan kakinga menuju ruang makan.
Entahlah. Selalu begini. Keluarga ini, selalu mengutamakan kepentingan mereka sendiri tanpa mempedulikan perasaan Seruni lebih dulu. Dari dulu, sampai sekarang.
Tanpa terasa, air mata menetes begitu saja membasahi pipi Seruni. Hari ini, untuk kedua kalinya, ia tak lagi memiliki selera pada makanan yang sudah tersaji sempurna.
Tuhaaan. Mengapa hidupku terasa demikian menyedihkan dalam keluarga seperti ini??
~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Purnama Pasedu
uuuu,,,runi jadi pelarian subagiyo
2022-11-21
1