Raka mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Pria itu dan Seruni.
Kini keduanya sama-sama telah duduk di dalam mobil dengan suasana keheningan yang menyelimuti. Lebih tepatnya canggung, tak ada yang memulai pembicaraan lebih dulu.
Lima bulan yang lalu di pagi ke dua dalam pernikahan Raka dan seruni, ayah Raka yang memang suka meledak-ledak saat emosi, memaki Seruni sampai Seruni merasa tertekan dan menangis.
Raka pikir, Seruni adalah gadis yang kuat.
Tapi sungguh, Ia juga seperti jengkel sendiri dengan sikap ayah yang tak bersahabat. Padahal Raka tahu Seruni sedang berupaya mengambil hati kedua orang tuanya itu.
Raka menginjak pelan pedal gas mobil, Ia arahkan kemudi menuju distro miliknya yang belakangan berkembang dengan pesat, dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini.
Setelah insiden sup keasinan yang Seruni buat lima bulan yang lalu, Seruni segera dibawa Raka pergi beberapa hari setelahnya. Raka putuskan membeli rumah dan Ia memutuskan tinggal terpisah dari orang tuanya.
Setiap kali Raka membawa Seruni mengunjungi ayah dan ibu, Seruni terlihat murung meski ia sama sekali tak menolak. Raka tentu tahu kegundahan yang istrinya rasakan. Itulah mengapa Raka berusaha mendekatkan mereka. Berharap dengan begini, orang tuanya bisa menerima keberadaan Seruni sebagai menantu dalam keluarga Subagio.
Setibanya di distro, Raka segera membawa Seruni ke lantai atas, tempat yang Raka jadikan kantor kecil, serta dapur minimalis di sisi kirinya. Kecil, tapi ruangan ini cukup nyaman bagi Raka.
"Runi, duduk sini." Panggil Raka kemudian.
~~
"Runi, duduk sini." Kata Raka.
Jantung Seruni semakin berdegub kencang saat Raka meminta dirinya untuk duduk di dekatnya, tepat di sampingnya.
Dengan hati yang merasakan euforia luar biasa dahsyat, Seruni mendekat dan berusaha bertingkah biasa saja. Meski sejujurnya, jantungnya terasa ingin loncat dan mau keluar dari rongga dadanya.
"Ada apa, mas?" Tanya Seruni kemudian
Hening sejenak, bisa gadis itu lihat, Raka meraih dan menggenggam jemari Seruni yang tak pernah merasakan genggaman hangat tangan Raka, sontak saja Seruni merasa terkejut dan darahnya seakan mendidih seketika. Kulitnya terasa tersengat aliran listrik berkekuatan tinggi.
"Lima bulan ini, saya rasa, saya sudah cukup bisa membuat diri saya mengerti bahwa kamu cukup pengertian dan penyabar dalam mengahadapi sikap dingin saya." Kata Raka pelan. Posisi keduanyabyang berhadapan, membuat seruni bisa merasakan hembusan nafas hangat Raka beraroma mint.
Seruni hanya bisa menunduk, berusaha mencerna dengan baik kemana arah pembicaraan Raka kali ini.
"Saya, saya harap kamu dan saya, sudah benar-benar bisa menerima satu sama lain, dan menyempurnakan pernikahan ini." Ujar Raka lagi.
Degg....
Jantung Runi semakin berdebar tak beraturan. Raganya seolah melayang hanya dengan meraba keinginan Raka. Menebaknya secara kasar.
Mungkinkah??
"Mak, maksud mas Raka?" Tanya Seruni kemudian.
"Saya ingin pernikahan ini sempurna dengan kehadiran seorang anak. Apa, kamu bersedia melayani saya dan melahirkan garis keturunan keluarga Subagio? Mengingat usia saya sudah tak lagi muda. Usia tiga puluh tahun, saya rasa usia segitu sudah cukup bagi saya untuk tidak lagi bermain-main di masa ini." Tutur Raka kemudian.
Seruni tak tahu sudah semerah apa pipinya saat ini. Memang benar, Raka tak pernah menyentuhnya selama lima bulan, masa usia pernikahan mereka.
Baiklah, mungkin memang ini jalan yang Tuhan tunjukkan pada seruni. Siapa tau, setelah Ia dan Raka punya bayi, orang tua Raka akan menerima Seruni sebagai menantu.
Dengan mantap, Seruni nyatakan pada Raka, bahwa gadis itu bersedia menjadi istri seutuhnya untuk Raka. Melahirkan garis keturunan untuk Raka, serta menyerahkan mahkota kegadisan pada suaminya itu.
"Aku, aku bersedia, mas." Jawab Seruni lirih, namun terdengar mantap.
Dan di detik berikutnya, Seruni tak menyangka bahwa Raka akan membawa tubuhnya ke dalam pelukannya. Rambut yang Seruni gerai, diusapnya dengan lembut.
Dan taukah apa yang Seruni terima berikutnya, Raka menghujani kening dan pelipisku dengan kecupan bertubi-tubi, sebelum akhirnya merapal doa dan meniupkan ke ubun-ubun Seruni. Ah, indah rasanya bila seperti ini. Sebelum menyentuh, Raka bahkan memanjatkan doa lebih dulu untuk Seruni.
~~
Tubuh Seruni terbaring lemas di sisi suaminya. Entah untuk yang ke berapa kalinya, Raka kembali meleburkan dirinya ke dalam kelembutan surga yang Seruni miliki.
Seakan nafsunya tak pernah padam, Raka selalu ingin lagi dan lagi. Entahlah, tanpa sadar Raka kecanduan oleh kelembutan istrinya itu.
Dengan nafas yang masih sangat memburu, Raka meraih tubuh Seruni, mendekapnya dengan sangat erat. Ada rasa hangat dan bahagia yang sulit Raka ungkapkan saat ini.
Semoga, pernikahan Seruni dan Raka selalu mendapat berkah dari Tuhan.
"Apa saya terlalu kasar?" Tanya Raka lembut.
Seruni bahkan tak pernah mendengar Raka berkata selembut ini. Sisi malaikatnya mungkin telah muncul ke permukaan. Tak seperti hari-hari sebelumnya, yaitu Raka yang sering bersikap abai dan acap kali tidak manusiawi.
"Sedikit." Seruni hanya mampu menjawab lirih. Tubuhnya sungguh di buat lantak oleh keperkasaan Raka yang seakan tak ada habisnya.
Sungguh. Ini malam pertama yang sangat indah yang Seruni lalui bersama Raka dalam pernikahan ini.
"Maaf." Sahut Raka kemudian.
Seruni mengulas senyum tipis. "Nggak apa-apa. Mungkin memang karena masih baru."
Jemari Raka bergeser ke arah perut Seruni.
"Semoga segera tumbuh malaikat kecil kita di dalam sini." Ujarnya sambil mengecup pelipis Seruni.
Senyum Seruni merekah sempurna. Dalam hati, Ia mengaminkannya dengan sangat lantang.
"Iya, mas. Semoga aja ya. Oh ya, mas, setelah kuliah ku nanti selesai, aku beneran kan boleh kerja?" Tanya Seruni lagi.
"Kalau kamu kecapekan, kamu kapan mau hamilnya?" Raka balik bertanya.
Seruni hanya diam. Kalau di pikir, bener juga, sih apa yang di bilang si Raka.
"Ya udah deh kalau mas Raka nggak ngizinin." Ungkap Seruni.
"Hm..... Tidurlah. Ini sudah larut. Besok kamu harus bersiap untuk sidang skripsimu, kan?" Kata Raka.
Seruni hanya mengangguk sebagai jawaban.
Paginya, ia bangun seperti biasa. Begitu pula dengan Raka yang bangkit untuk menunaikan sholat subuh. Ritual rutin, mereka sholat berjamaah bersama. Tak ada beban dalam hatinya yang tengah berbunga-bunga layaknya pengantin baru.
"Nanti, kalau sudah hampir sidang, kamu yang tenang, ya. Jangan grogi dan jangan merasa tertekan. Kamu harus percaya sama diri kamu sendiri kamu bisa." Pesan Raka pada istrinya itu.
"Iya, mas. Makasih supportnya." Balas Seruni.
"Akhir pekan, kalau kamu sudah rindu Sama bapak dan ibu, kita boleh nginep di sana semalam saja." Ungkap Raka. Ia tahu betul, selama ini tak pernah mengatakan hak itu.
Senyum Raka nampak semakin menambah kesan rupawan pada dirinya. Seruni terkadang heran sendiri, betapa sempurnanya pahatan tuhan yang satu ini.
Wajah tampannya sungguh sulit di lukiskan dengan kata-kata.
"Beneran, mas?" Tanya Seruni.
"Iya, kenapa tidak?" Jawab Raka kemudian.
"Ya udah, makasih ya." Ujar Seruni dengan senyum merekah sempurna.
"Hmmm." Sahut Raka.
Dan pagi ini, Seruni melihat Raka yang nampak berseri-seri. Begitu juga dengannya yang tak bisa melukiskan kebahagiaan.
Semoga, ini awal yang indah untuk rumah tangga kami ke depannya.
~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments