Ini adalah hari dimana akan di langsungkan akad nikah Amel dan kekasihnya itu. Sesuatu yang semakin membuat Raka jengkel adalah, rupanya pernikahan Amel diadakan perubahan, dengan lebih dipercepat dan mendahului pernikahan Raka dan Seruni.
Mau tak mau, Raka harus siap dan harus menerima kenyataan. Apa lagi? Berdamai dengan takdir adalah satu-satunya cara agar lelaki matang bisa meneruskan perjalanan hidupnya yang masih panjang.
Kini, Raka duduk bersisian dengan Seruni. Calon istri yang sangat menyebalkan bagi Raka itu.
Bagaimana tidak menyebalkan? Kemarin malam, Seruni mengajak Raka mencari gaun untuk acara malam ini. Dan dia memperlihatkan sisi lain dari dirinya yang cerewet setengah mati.
"Mas Raka..... Lihat deh.... kak Amel cantik yah?" Ucap Seruni dengan suara berbisik.
Raka tentu hanya mengangguk, tanpa menjawab dan tanpa mengalihkan tatapan dari Amel.
Raka sungguh setengah mati menahan diri agar tak berlari dan membawa pengantin wanita nya ke dalam pelukannya.
Amel ....
Tidak tahukah wanita itu jika Raka sayang sekali padanya sejak keduanya masih kecil dulu?
Astaga, Raka nyaris gila saat ini.
"Saya lelah, Runi .... Saya mau istirahat"
Keluh Raka yang sangat terlihat tidak baik-baik saja.
Entah ini benar atau salah, meninggalkan Seruni tanpa menunggu acara berakhir. Raka tidak peduli. Yang Raka pedulikan adalah, ia perlu menjaga kewarasannya saat ini.
"Sebentar, sebentar lagi saudara bapak akan datang. Mas Raka harus kenalan dulu sama mereka." Cegah seruni seketika.
Raka menghembuskan nafas lagi dengan kasar. Sungguh. Ia benci suasana seperti ini.
"Ya sudah." Jawab Raka dengan suara dingin.
Raka diam, namun tatapan Seruni tak juga beralih dari calon suaminya itu. Seruni seolah sedang menguliti Raka saat ini. Raka jadi risih dibuatnya.
"Mas kok kayak sedih gitu, sih? Apa sedang galau? Atau ada masalah?" Tanya Seruni yang merasa aneh.
Ya, tentu saja karna biang masalahnya adalah kamu.
Teriak Raka dalam hati.
"Kok mas diem aja sih? Apa Runi bikin masalah, ya?" Tanya Seruni lagi, yang cerewet itu.
Raka memaksakan mengulas senyum pada Seruni.
"Enggak. Cuma kecapekan saja."
Ku lihat dia mengangguk-angguk saja.
"Tuh saudara bapak sudah datang, ayo."
Jemarinya tiba-tiba dengan lancang menarik lengan Raka setengah memaksa. Entahlah, kurasa ... Raka todak tahu lagi harus apa.
Jadi Raka hanya bisa diam saat ini.
~~
Seruni sedikit bingung dengan kejanggalan sikap Raka kali ini. Sikapnya terasa aneh dan wajahnya berekspresi datar. Gadis itu tidak tahu kenapa, tapi yang jelas, Raka kelihatan sekali kalau ia sedang galau.
Seruni menarik lengan Raka setengah memaksa untuk menghampiri keluarga bapak Herman yang baru datang. Seruni perkenalkan Raka pada mereka satu per satu. Dan syukurnya, semua terlihar antusias dan suka pada si Raka.
Hingga waktu hampir tiba pada penghujung acara, Seruni melihat Raka sudah pamit untuk pulang, dengan dalih kelelahan.
"Saya pulang dulu, Runi." Pamitnya, yang dibalas ulasan senyum dan anggukan samar dari Seruni.
"Iya, hati-hati ya, mas. Ini pertemuan terakhir kita sebelum pernikahan." Jawab Seruni memperingatkan. Nadanya pelan dan sangat hati-hati.
"Ya, saya tau." Sahut Raka yang semakin dingin, berjarak dan seolah tak tersentuh.
"Hati-hati di jalan, mas." Ucap Seruni kemudian. Sejujurnya, Seruni sedikit khawatir.
"Oh ya, Runi."
Seruni melihat Raka membalikkan badan menghadap ke arahnya.
"Rahasiakan dulu pernikahan kita di depan orang-orang kampus. Saya nggak mau nanti ada masalah menjelang sidang skripsimu itu".
Seruni sedikit terperangah dengan titah calon suaminya kali ini. Bagaimana tidak?
Astaga....
Mengapa Raka maunya menyembunyikan status pernikahan mereka?
Apa Raka malu memiliki istri berwajah pas-pasan seperti Seruni?
Seruni tak kuasa menolak. Ia anggukkan kepala dengan tersenyum paksa.
Sungguh menyakitkan. Rasanya sangat menyakitkan.
"Iya." Jawab Seruni cepat.
Seruni tatap punggung yang lebar itu meninggalkan dirinya menuju mobilnya.
Permintaan Raka terakhir tadi sungguh sangat mengganggu. Kepingan hati yang lain berteriak tak terima seketika.
Tapi Seruni bisa apa?
Gadis itu tak ingin mengekang Raka.
Namun, sisi baik diri Seruni membisik nuraninya, Ia harus kuat dan bertekad untuk menaklukkan Wiraka Subagio.
Bukankah semua butuh waktu?
Seruni akan sabar menunggu hingga Raka bersedia membuka hatinya, untuk menerima kehadiran Seruni dalam hidupnya.
Seruni melangkahkan kakinya menuju kamar. Suasana meski tak se ramai tadi, tapi tetap saja ada beberapa tetangga dan kerabat yang saling bantu.
Malam telah larut, Seruni memutuskan tidak mandi dan hanya mencuci wajah serta menggosok gigi saja. Saat usai mencuci muka, Ia tatap wajahnya di cermin.
Rahasiakan dulu pernikahan kita di depan orang-orang kampus. Saya nggak mau nanti ada masalah menjelang sidang skripsimu itu.
Kalimat Raka tadi kembali terngiang di telinga Seruni seperti kerumunan lebah yang saling beterbangan di telinga.
Entah apa yang terjadi pada diri Seruni. Mengapa Ia jadi lebih sensitif mengenai apapun yang berkaitan dengan Raka?
~~
Raka menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi menuju tempat yang sudah lama tak Ia kunjungi. Tempat maksiat penuh laknat yang selalu orang tuanya sebut haram.
Persetan.
Persetan dengan semua yang orang katakan. Raka butuh ketenangan. Raka butuh sesuatu yang bisa menanggalkan segala keruwetan yang membelenggu otaknya.
Membelah jalanan padat ibukota, Raka tak lupa menghubungi sahabat lamanya, Rama. Pria itu butuh teman yang bisa menjaganya hingga malam berakhir.
Raka hanya tak mau saja bila ia kehilangan kesadaran, hingga terjebak satu malam dengan wanita acak.
Tidak. Itu mengerikan.
"Halo, Ram. Saya tunggu di tempat biasa. kepala lagi pening." Ucap Raka.
"...."
"Ya sudah, jangan lama-lama". Tambahnya lagi.
"...."
"Jangan khawatir. Nanti saya yang bayar." kata Raka.
"...."
"Ya sudah. Cepetan." Raka segera menutup sambungan telepon. Entahlah. Ia tak tahu akan seperti apa kedepannya, hari-harinya bila harus bertemu kakak ipar yang sangat Raka cintai.
Semoga semua baik-baik saja.
Bayangan Amel yang tersenyum lembut menghadap kamera, membuat betapa terhempasnya Raka saat ini.
Senyumnya yang menawan, nyatanya kini tidak mampu lagi memberi sedikit harapan untuk bisa membersamai.
Dengan hati yang penuh lebam, Raka merintih dalam sunyinya malam yang menemani langkahnya menuju diskotik.
Jangan tanyakan bagaimana bisa?
Raka sendiri tidak bisa mengendalikan dirinya saat ini.
Biarkan saja, biarkan Raka khilaf malam ini. Karna untuk ke depannya, Raka tak mungkin lagi bisa bertindak sesuka hati mengingat hari pernikahannya dan Seruni, tinggal menghitung hari.
Entahlah, kepala Raka semakin pening di buatnya.
Setibanya di tempat terkutuk itu, Raka segera meminta minuman memabukkan yang dulu begitu Ia gilai. Sempat vacum karna tekad untuk berubah lebih baik. Sayangnya, hari ini Raka benar-benar butuh minuman untuk meredam pening dalam otaknya.
Hingga kemudian Rama datang dan menemani Raka. Biarlah, Raka ingin menikmati malam ini dengan sepuasnya, sebelum Ia benar-benar resmi mempersunting Seruni.
Mawar Seruni.
Sayangnya. Nama nya yang indah, tidak pantas di sematkan pada dirinya yang sangat berlawanan dengan Amel. Amelia Kenanga, wanita Raka cintai.
~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments