Memancing masalah

Ini adalah hari dimana Seruni tak pernah merasa se-kacau dan sesedih ini. Membayangkan menjalani hidup dengan sang dosen, Wiraka, membuat otaknya merasa seperti nge-bleng seketika.

Seruni melajukan motornya dengan kecepatan sedang, pikirannya tengah terbebani dengan beberapa kejadian sial dalam hidupnya akhir-akhir ini.

Perjodohan dan entahlah segala ***** bengek yang bapak ibu susun, membuat otak Seruni seperti tengah berhenti beroperasi.

Seruni memarkirkan motornya di bawah pohon mangga seperti biasa di halaman khusus parkir kampus, tak tahu kebetulan atau bagaimana, ia melihat Wiraka juga ikut memarkirkan mobilnya tak jauh dari motornya.

Dalam hati Seruni mengumpat kesal.

Kenapa sih, Raka mesti ikut-ikutan dirinya?

Apa tidak ada tempat lain, apa?

"Baru datang, seruni?"

Pak Raka bertanya dengan nada datarnya seperti biasa.

Seruni tak menyangka akan punya calon suami yang nada suara dan sikapnya datar-datar saja, tanpa geronjalan yang menjadi sensasi. Terlalu lurus dan membosankan.

Kenapa tidak sekalian tuh wajahnya di buat datar aja tanpa mata, telinga, alis, pipi, hidung, dan mulut kalau perlu.

"Udah tau pake nanya".

Jawab Seruni ketus. Sontak saja Wiraka menatap ke arah Seruni dengan tatapan aneh yang Seruni tidak tau itu maknanya apa.

"Kenapa sih, diajak ngomong baik-baik kok kamu ketusin saya?" Tanya Wiraka kemudian.

"Nggak tau. Pikir aja sendiri!"

Seruni melirik Raka yang mengernyitkan keningnya dalam-dalam.

"Kamu lagi datang bulan, ya?"

Imbuh Wiraka lagi, membuat mata Seruni melotot ke arahnya.

"Iya. Udah puas?" Jawab Seruni asal.

"Sedikit".

Jawabnya dengan senyum aneh yang menyebalkan.

Setelahnya Seruni melihat Wiraka berlalu pergi dengan menenteng tas kerjanya. Entahlah ... tiba-tiba Seruni merasa kesal pada Raka.

Mungkin efek tidak mau di jodohkan dengan Raka, Seruni jadi melampiaskan kekesalannya pada Raka.

Langkah kaki Seruni, ia arahkan ke dalam kelas yang sudah duduk dua sahabatnya, Andri dan Mia. Kekesalannya pada Raka seperti menguap entah kemana, saat melihat keduanya tersenyum manis ke arahnya.

"Lo kenapa sih beb? Kok kayak murung aja dari kemarin? Masa sih, efek PMS aja gak kelar-kelar?" Mia bertanya dengan wajah aneh. Entahlah. Serui tidak mengerti juga.

"Emang masih ketahuan ya, kalau gue murung?"

Sergah Seruni dengan balik bertanya.

"Ya iyalah setan. Lo pikir muka-muka jelek kayak Lo nggak mudah kebaca apa emosinya?" Kini, si Andri bertanya, sambil menyuapkan sepotong roti dengan kasar ke mulutnya.

"Apa iya? Eh, hayuk ngantin yuk. Lagi pengen makan dan minum yang manis-manis nih."

Ajak Seruni pada kedua sahabatnya yang banyak bacot itu.

"Gila. Bentar lagi kelasnya pak Raka si dosen killer loh." Jawab Mia dengan matanya yang setengah melotot.

Seruni diam sejenak. Kalau di pikir-pikir,

kayaknya seru deh kalau bikin gara-gara sama Wiraka. Secara, dia kan orangnya dingin kalau berhadapan sama mahasiswa-mahasiswi yang bandel.

"Ya udah deh kalau nggak mau, gue ma...."

Belum sempat Seruni menjalankan rencananya untuk ke kantin, Wiraka sudah tiba-tiba muncul dari pintu.

"Rasain".

Gumam Andri dengan lidahnya sedikit menjulur keluar karna mengejek si Seruni.

"Selamat pagi...."

Ucap Raka yang memasuki kelas.

"Selamat pagi pak." Semua anak-anak menjawab dengan antusias.

Sepanjang mata kuliah, Seruni diam sok memperhatikan. Padahal, Ia melamun saja sedari tadi. Seruni menatap lekat penampilan Wuraka hari ini.

Kemeja biru telor asin dengan lengan di gulung asal hingga siku, dipadu celana panjang hitam. Jam tangan mewah bertali hitam itu nampak menghiasi lengan Raka yang kelihatan kokoh. Dada bidangnya membuat semua orang ingin menikmati kehangatan pelukannya.

Dan jangan lupakan rambutnya yang Seruni lihat seperti artis-artis K-pop, membuat penampilan Wiraka semakin terlihat tampan di mata Seruni.

Tampan?

Oh tidak.

Pasti otak Seruni sudah tercemar oleh banyak hal yang tak baik.

Sebersit masalah perjodohan kembali muncul dalam benak Gadis itu. Seruni tak tahan lama-lama menatap Wiraka. Fokusnya selalu teralihkan dengan masalah perjodohan dengan Raka.

"Mawar Seruni? Keluar kamu dari kelas saya!" Ucap Raka tegas dan penuh wibawa.

Seruni terkesiap dan segera duduk tegak mendengar titah Wiraka.

Bila mahasiswa-mahasiswi yang lain akan sangat menyesal karna di usir oleh dosen seperti Wiraka, namun tidak dengan Seruni. Seruni akan dengan senang hati mengikuti perintahnya. Berada di dalam kelas terlalu lama dengan Raka juga yang ada di dalamnya, membuatnya sama sekali tak bisa fokus pada materi kuliah yang Raka sampaikan.

Dengan tingkah tanpa rasa bersalah, Seruni segera mengemasi barang-barangnya. Ia masukkan beberapa buku yang ia geletakkan di meja, ke dalam tas, kemudian keluar dengan wajah datar.

Biar Seruni tebak.

Pasti Raka kesal melihatnya seperti ini. Hati Seruni bersorak membayangkannya.

"Satu jam lagi datang ke ruangan saya. Saya tidak mau kamu terlambat." Tambah Raka lagi.

"Baik, pak." Jawab Seruni dengan tersenyum manis.

Seruni segera berlalu, meninggalkan tatapan-tatapan para mahasiswa-mahasiswi lain yang cengoh melihatnya.

Seruni langkahkan kakinya menuju kantin yang saat itu hanya ada mang Karso dan Bi Tarsih istrinya, pengelola kantin di kampusnya.

"Mang, bakso satu, ya. Sama es tehnya satu." Pinta Seruni.

"Siap neng. Eh... emangnya neng belum sarapan, ya?" Tanya mang Karso.

"Belum mang. Tadi keburu soalnya." Jawab Seruni.

"Ya udah neng. Duduk dulu atuh. Mamang buatin." Sahut mang Karso lagi.

Seruni hanya mengacungkan jempol ke arahnya.

Tak lama, Andri dan Mia datang. Aneh, bukankah mata kuliah Raka akan usai satu jam lagi?

"Wah parah, Lo. Gara-gara Lo tuh suasana hati pak Raka memburuk. Coba aja Lo nggak mengusik mood pak Raka, kelas nggak bakal berakhir secepat ini."

Seloroh Mia yang baru datang. Di susul Andri di belakangnya.

"Masalahnya?" Seruni bertanya seperti orang bodoh.

"Ya, aku kan masih kangen sama pak Raka"

Sahut Mia cepat. Seruni lihat, Andri hanya diam saja menyaksikan, tangan kanannya menyomot puding di atas meja.

"Emang Lo suka sama pak Raka?".

Seruni melihat Mia hanya menganggukkan kepala penuh antusias.

"Tuker posisi aja deh yuk kalau gitu?".

"Maksud Lo?"

Tanya Mia dengan memelototkan matanya.

"Gue di jodohkan sama orang tua gue. Dan parahnya, pria itu pak Raka."

Ucap Seruni lirih. Seruni takut kalau ada yang dengar bahwa Seruni bakal nikah dengan pak Raka.

"Apa?!?"

Andri dan Mia berteriak histeris.

Dengan segera, Seruni meletakkan telunjuknya di depan bibir.

"Pelan-pelan dong. Jangan sampai ada yang tahu", ujar Seruni setengah berbisik.

Wajah syok Andre dan Mia nampak lucu dihadapan Seruni.

"Lo nge-prank gue sama Mia, kan?".

Tanya Andre masih tak percaya.

"Eh gue serius tahu. Bahkan, tanggalnya udah di tetapkan. Dua puluh empat hari dari sekarang." Bisik Seruni lirih.

Bebarengan dengan kedatangan mang Karso yang membawakan bakso dan es teh pesanan Seruni. Membuat dua sahabatnya itu bungkam untuk sementara waktu.

"Lama bener mang?"

Tanya Seruni pada mang Karso yang meringis.

"Itu neng, baru Mateng soalnya, tadi nyiapin yang lainnya juga." Jawab mang Karso.

"Ya udah nggak apa-apa. Makasih ya mang." Ujar Seruni.

"Iya, neng. Mamang tinggal ke belakang dulu." Kata mang Karso lagi.

Seruni hanya memgacungkan jempol ke arah mang Karso.

Seruni menikmati baksonya dengan nikmat. Sesekali obrolan ringan saling terlontar antara dia, Andri dan Mia hingga baksonya tandas. Sampai seseorang teman yang tak terlalu akrab dengan Seruni datang.

"Mbak Seruni.... embak di panggil pak Raka ke ruangannya." Ucap wanita berambut keriting itu.

~~

Terpopuler

Comments

mbuh

mbuh

mantau dlu thor

2022-11-07

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 65 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!