Menguatkan tekad

"Di dalam sini..... Ada luka yang nggak akan pernah sembuh meski kamu basuh dengan air mata darah kamu.

Cukup alasan kamu nggak mencintaiku, menjadikan aku..... seorang janda."

Tubuh Raka membeku seiring tatapan matanya, yang terfokus pada perut Seruni yang di remas pelan. Jantung Raka mendadak bertalu kencang tanpa kendali. Nafasnya terasa tercekat di tenggorokan.

"Ad .... Ada apa ini Runi? Apa maksud kamu?"

Tanya Raka dengan nafas yang menderu penuh sesak.

Jangan-jangan ....

Tapi sayang, Seruni berlari pergi meninggalkan dirinya tanpa penjelasan. Raka mengejarnya dan Mia, salah satu mahasiswinya, juga sahabat Seruni itu menghadangnya dan membiarkan seruni memasuki mobil Andri.

"Cukup, pak Raka. Saya harap bapak nggak akan menyesali kejadian hari ini. Dan ini .... "

Mia mengeluarkan sebuah selebaran dari tas Seruni yang di tentengnya.

"Semoga ini bisa menjadi pukulan yang bisa menyadarkan bapak dari pengaruh setan yang mempengaruhi bapak, kalau Seruni jauh lebih baik dari setan itu sendiri."

Ucapnya dengan memandang sengit ke arah Amel yang memucat. Selebaran itu Mia lemparkan ke arah wajahku.

Niat Raka untuk mengejar Seruni terhenti karna fokusnya terpusat pada selebaran yang Mia berikan. Ia baca lembaran yang tertera nama sebuah klinik yang tak jauh dari rumah Raka dan Seruni.

Mata Raka memanas seiring dengan air mata yang meluruh saat Ia baca tanda positive pada hasil tes laborat milik Seruni.

Itu artinya ....

"Se--se ... seruni ha ... mil." Gumam Raka lirih.

Tubuh Raka lemas dan Ia terduduk di lantai dengan menatap nanar lambaran itu. Dadanya terasa sesak dengan nafas yang tak beraturan.

"Ma ... mas Raka .... Ii ... Ini .... "

Suara Amel yang tadi terdengar merdu, kini berubah pilu. Ia menangis sesegukan di samping Raka. Bapak dan ibu mertua segera menuntun Raka, untuk menenangkan.

"Ada apa ini, Raka...? Amel...? Apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian bertiga?"

Tanya bapak Herman dengan suara datar.

Kemudian ibu menunduk dan membawa Raka dan Amel untuk duduk di ruang tamu.

"Ayo duduk di sofa dulu. Jelaskan sama bapak dan ibu." Ujar ibu.

"Maaf, Bu ... pak ... saya harus menyusul Seruni. Dia dia sedang hamil anak saya, sekarang." Ungkap Raka.

Raka bergetar saat kalimatnya tiba pada kata 'anak'. Perasaan lelaki itu mendadak tidak enak dan selalu tertuju pada istrinya Itu.

Istri?

Masih pantaskah Raka di sebut sebagai suami, ketika moralnya sudah demikian bobrok dan tak lagi berbentuk? Masih kah sudi kiranya Seruni sebagai istri, menerimanya sebagai suami, setelah penyimpangan moral dalam rumah tangga yang Raka lakukan? Terlebih, pengakuan Raka yang mencintai Amel.

Hatiku terasa sakit.

"Apa?"

Bapak dan ibu tersentak, kemudian saling pandang. Mata ibu berkaca-kaca.

"Pak, bapak ta ... di, nampar Runi, pak?"

Bapak diam dan wajahnya mengkerut lebih sesal.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian? Apa kamu dan Amel benar-benar selingkuh?"

Telak.

Raka tak bisa lagi berbohong ataupun mengalihkan pembicaraan lagi. Mau tak mau, Raka harus jujur dan mengakui kesalahannya secara jantan.

"Iya, pak. Saya memang menjalin hubungan dengan Amel, dan kami saling mencintai."

Ungkap Raka tegas dan mantap. Bapak memandangnya dengan pandangan murka.

"Mas...."

Amel menggelengkan kepalanya ke arah Raka. Tapi Raka bukanlah type pria yang akan lari dari masalah. Seberat apapun itu, Raka akan hadapi.

Raka diam, sama sekali tak menjawab. Ia pasrah. Raka akan menerima kalau memang ini yang terbaik. Apapun konsekuensinya, Raka akan hadapi. Karna sumber masalahnya, dia sendiri yang membuat.

"Saya akan kembali nanti, pak. Tapi kali ini saya pamit mau mengejar Seruni. Saya nggak mau terjadi apa-apa dengan istri dan anak saya".

Raka berlalu pergi, meninggalkan Amel dengan tatapan terluka. Raka tahu, kalimatnya tadi, sudah tentu menyakiti hati Amel. Tapi mau tak mau, Raka memang harus menegaskannya agar Amel mengerti dan aku rela, kalau hubungan yang baru akan mereka bangun dengan Amel, harus kandas sebelum berjalan.

~~

Kaki Seruni melemas ketika Ia terpaksa turun dari mobil Andri. Ia harus bergerak cepat agar Raka tidak datang mencegahnya. Satu-satunya jalan adalah pergi. Pergi untuk kebahagiaan keluarganya dan juga suaminya yang terbebani dengan status pernikahan mereka, juga dengan keberadaan Seruni.

Setelah berbincang dengan Andri dan Mia di mobil tadi, Seruni mengutarakan niatnya untuk pergi menjauh.

Bukan karena Runi akan lari dari masalah, tapi karna kehadirannya di sini sudah tidak berarti apa-apa lagi.

"Lo yakin Lo mau pergi jauh? Apa udah Lo pikirin Lo mau pergi ke mana?"

Mia bertanya lirih dalam Nafas yang tercekat juga. Matanya nampak sembab setelah ia menangisi nasib sahabatnya yang tak baik.

"Nggak tau, Mi .... Gue pokoknya mau pergi dari sini. Dari mereka semua. Kemanapun. Kemanapun asal aku nggak lagi ketemu mereka semua. Gue capek, Mi. Hati gue sakit." Jawab Seruni.

Kaki Seruni menapaki lantai kamar yang nampak sunyi senyap. Beberapa bulan terakhir, kamar ini menjadi saksi malam-malam panas penuh kasih, bersama Raka. Tapi kini, saat matanya menatap intens kamar ini, erasa seperti neraka.

Tanpa membuang waktu lagi karna Seruni tak mau berubah pikiran nantinya, Seruni segera menurunkan koper dari atas lemari. Ia kemasi barang-barangnya dengan air mata berderai.

Andri menatap Seruni penuh khawatir. Kedua tangannya mengepal dan ia sembunyikan di dalam kantong celana. Sebagai seorang sahabat yang berteman lama, tentu ia juga pasti akan merasakan sakit yang Seruni alami saat ini.

"Ambil barang-barang berharga Lo termasuk ijasah dan semua berkas-berkas penting identitas Lo. Gue akan kirim Lo ke Surabaya, rumah bibi gue. Lo akan baik-baik aja di sana, karna bibi tinggal sendiri tanpa anak tanpa suami".

Ucap Andri yang berhasil menghentikan aktifitas Seruni.

"Apa nggak bahaya, Ndri? Runi lagi hamil.

Dan apa nggak kita antar Runi aja?"

Suara Mia nampak cemas setengah mati.

"Gue tau. Tapi gue percaya Runi cewek yang kuat. Gue hubungi bibi bentar lagi. Mia, denger. Kalau kita nganter Seruni, itu sama aja membiarkan suaminya ngejar Runi.

Ikutin aja interupsi gue, gue yang atur."

Ucap Andri kemudian, tatapannya beralih pada Seruni.

"Lo nggak apa-apa kan, naik kereta sendiri?" Tambah Andri lagi.

"Gue nggak apa-apa. Gue siap .... "

Seruni mengangguk mantap, lama Ia berbincang dengan sahabatnya Raka pun tak kunjung datang untuk sekedar menahan kepergian Seruni, apa lagi berusaha meredam amarahnya.

Hancur.

Harapan yang Seruni pupuk tinggi, nyatanya hancur tanpa sisa.

Ia bulatkan tekad, Ia tegakkan tubuh dan Ia mantapkan langkah.

Seruni harus kuat dan Ia pasti bisa.

~~

Terpopuler

Comments

Sepriyanti Adelina

Sepriyanti Adelina

pergi Runi....pergi yg jauhhh
jangan kasih kesempatan sama dua orang penghianat seperti.merekaa😡😡😡😡

2022-11-10

5

Azzahra Rara

Azzahra Rara

hadehh bikin emosi aja tiap baca klu ada jalang amel

2022-11-09

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 65 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!