Terpojokkan

Dan di sinilah Seruni berada sekarang. Dirinya, Mia dan Andri tengah berbincang di cafe seberang tempat kerja Andri. Andri bisa di bilang sukses seusai kuliahnya. Ia tengah bergabung dengan salah satu bank swasta di ibu kota, dengan jabatan yang cukup tinggi.

Seruni duduk dengan tenang menghadapi dua sahabatnya ini, yang rupanya cukup gelisah saat menatapnya. Ada gurat khawatir, cemas bercampur takut. Ah entahlah.

"Lo pucet dan kayaknya lagi nggak baik-baik aja. Lo sakit?"

Tanya Mia. Seruni hanya geleng-geleng kepala untuk menyangkal. Kalau boleh jujur, kepalanya masih terasa pening dengan perut yang seperti teraduk-aduk.

"Lo mau ngomong apa? Jelasin apa yang kalian lihat dan dengar tadi malem. Gue, gue nggak mau ya jadi pihak paling bodoh di sini." Desak Seruni pada Mia dan Andri.

Wanita itu mengaduk melon juice yang Ia pesan tadi. Sedang Andri, Dia terlihat kacau, dan Mia menyeruput minumannya sebelum menjawab pertanyaan Seruni.

"Oke, gue semalem makan sama Andri karna ada urusan pekerjaan juga. Saat makan, gue lihat pak Raka yang tiba-tiba aja menghampiri meja yang di tempati kakak Lo, Amel. Gue dengar, gue denger ... emh .... "

Mia dilanda rasa gugup.

"Dengar apa?" Tanya Seruni tegas. Istri Raka itu semakin penasaran dan tak bisa di menyembunyikan perasaannya. Ia tatap Mia dan Andri bergantian.

"Ndri. Lo aja yang jelasin." Tukas Mia kemudian, yang mendapat pelototan mata dari si Andri.

"Oke. Gue denger Kaka dan suami Lo, mereka saling mencintai." Ucap Andri cepat.

Seperti petir yang menyambar di hati dan otak Seruni. Dari awal, memang sedikit mencurigakan, sikap Raka dan Amel setelah pertemuan terakhir di rumah ibu.

Seruni berusaha mati-matian menyembunyikan tangis. Mengingat di sini adalah tempat umum. Andai ini tempat sepi, bisa dipastikan Seruni akan menangis meraung-raung layaknya bayi yang di tinggal ibunya.

"Gue udah curiga dari awal."

Ucap Seruni yang berhasil membuat dua sahabatku itu lagi-lagi terkejut.

"Apa?!?" Tanya Andri dan Mia bersamaan.

"Mas Raka memang selalu salah tingkah waktu itu kalau ketemu kak Amel. Gue awalnya nggak ada perasaan apa-apa. Tapi puncaknya malam tadi setelah mas Raka pulang. Dia sama sekali nggak mau gue pegang. Padahal cuma sebatas nyentuh ya ... skin to skin. Tapi...... ya gitu lah." Ucap Seruni bergetar.

Seruni sungguh tak bisa tahan kalau sudah begini. Mengingat penolakan Raka semalam, membuat hatinya terasa mendadak berdenyut nyeri.

"Dia nolak Lo? Bajingan. Nggak nyangka gue rupanya dia bisa sebangsat itu. Lo, Lo mau gimana sekarang?" Andri yang mulai tersulut emosinya segera mengumpat kasar.

Wajahnya sedikit memerah. Sedang Mia, dia seperti masih melongo dan sulit mencerna dengan apa yang Seruni ungkapkan.

"Gue nggak tau. Tapi sejauh ini, gue harus tetep mempertahankan mas Raka sekuat tenaga. Gue ... akan pura-pura nggak tau aja dulu sebelum memergoki mereka secara langsung." Ungkap Seruni.

"Gue setuju" Tukas Mia kemudian.

"Lo mencintai pak Raka?" Tanya Andri.

Seruni anggukkan kepalanya mantap sebagai jawaban atas pertanyaan Andri. Baginya, Raka memang harus di perjuangkan selagi ia masih jadi istrinya.

"Lo boleh mencintai pria macam pak Raka. Tapi goblok jangan ya." Mia menimpali dengan nada sarkasnya. Sebagai wanita, tentu Mia juga pasti ikut sakit hati saat mendengar ungkapannya tadi.

"Ya. Gue ngerti." Jawab Seruni lirih. Tenaganya seperti terkuras habis akibat berita yang ia dengar ini.

Dan di saat bersamaan, Seruni melihat siluet Raka keluar dari minimarket dengan Amel berjalan beriringan. Seruni mendadak berdiri. Darahnya terasa mendidih saat ia benar-benar menangkap basah mereka sedang jalan berdua.

Air mata Seruni tak bisa ditahan lagi. Meluruh seketika. Dengan langkah kasar, Ia berjalan menghampiri mereka. Sayangnya, laju kendaraan yang cukup ramai membuat Seruni tak bisa mengejar mereka. Amel segera mengekori Raka masuk ke dalam mobilnya, dan mereka pergi begitu saja.

Andri dan Mia yang ikut mengejar pun pada akhirnya hanya bisa gigit jari dan kembali mengumpat.

Dengan sisa tenaga yang masih Seruni miliki, Ia langkahkan kakiku menuju motor dan Ia harus pulang sekarang, tanpa peduli teriakan Andri dan Mia yang berusaha mencegah.

~~

Seruni melangkah memasuki rumah dengan tangis masih berderai. Masih ia ingat kebersamaan Raka dan Amel yang tadi nampak serasi berjalan beriringan berdua.

Hari sudah mulai sore. Seruni duduk di depan meja rias dan menatap wajahnya yang kuyu, dan penampilannya yang tak bisa di katakan baik-baik saja.

Selama ini, di mana letak kekurangan Seruni dalam melayani Raka?

Makanan, minuman, pakaian dan semua kebutuhan di dalam rumah sudah Seruni penuhi sebagai istri. Ia juga mengerjakan sendiri pekerjaan rumah sebagai istri, mengingat Raka tak pernah mengijinkan dia untuk bekerja.

Bahkan, urusan ranjang pun tak jarang membuat Seruni kewalahan, melayani nafsu Raka yang seakan tak ada habisnya.

"Apa karna aku belum bisa ngasih kamu keturunan, mas? Tapi harusnya kamu ngomong di mana kekurangan aku!" Seruni jatuhkan kembali butiran air mata itu yang meleleh melewati pipi. Ia mengucap lirih kesakitannya yang selama ini menggunung.

Pintu kamar terbuka. Raka muncul.

Dia sudah pulang rupanya.

Seruni sendiri Sengaja menahan dirinya untuk tak meledak di hadapannya. Bagaimana pun juga, Seruni harus tetap tenang dan terlihat baik-baik saja.

"Kamu, kamu kenapa Runi? Apa ada masalah?" Tanya Raka.

Ya, dan itu ada pada kamu masalahnya, mas.

Ingin Seruni berteriak seperti itu di hadapan Raka. Tapi tidak. Semua butuh proses. Seruni harus bisa menangkap basah mereka.

"Mas. Kamu dari mana?" Tanya Seruni dengan tenang.

"Dari kampus, Runi. Kamu ini kenapa? Suami pulang kerja kok malah di tanya dari mana. Kamu kenapa sih?" Tanya Raka yang merasakan aura tak nyaman.

"Jangan pernah membohongi orang lain kalau kamu nggak mau di bohongi suatu hari nanti, mas."

Karna kamu belum tau siapa kak Amel. Dia bisa saja menipumu lebih parah dari penipuan yang kau lakukan sama aku.

Sayangnya, Seruni harus bisa menahan kalimat itu.

"Kamu sakit, ya? Atau kelelahan? Kalau kamu nggak mampu mengurus rumah sendiri, besok saya carikan asisten rumah tangga." Ungkap Raka.

Seruni lihat bayangan Raka dari cermin, ia tengah duduk di kursi tunggal dekat jendela, menengok pemandangan luar rumah sore hari.

Ya tuhan, bahkan dia sudah tidak mau menyentuh Seruni. Rutinitas berangkat dan pulang kerja dengan kebiasaan Seruni mengecup punggung tangannya, Raka sudah lupa.

Seruni tersenyum getir mendengar kalimatnya.

"Nggak perlu. Aku bisa sendiri, mas. Mandilah dan aku akan masak untuk makan malam."

Seruni berniat berlalu pergi dari kamar. Dadanya terasa sesak saat ini. Bayangan Raka tadi ....

Baiklah, Seruni perlu mengalihkan pikirannya dari bayangan mereka tadi yang nampak mesra.

"Saya makan malam di luar dengan rekan kerja. Kamu masak untuk kamu sendiri saja, dan nanti nggak usah nunggu saya pulang."

Lagi dan lagi, hati Seruni seperti tergores samurai paling tajam yang pernah ada. Langkah Seruni seketika terhenti dan berbalik untuk menatap Raka.

"Kamu mau makan malam di luar dengan rekan kerja, atau dengan kakak ipar kamu yang cantik itu?"

Raka menatap Seruni penuh keterkejutan dan salah tingkah.

~~

Episodes
Episodes

Updated 65 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!