LAHIRNYA PENDEKAR NAGA
Zaman dahulu kala, umat manusia yang hidup di Dataran Tengah mengalami ancaman oleh Binatang Iblis, makhluk mengerikan dengan kekuatan dahsyat yang mampu menghancurkan gunung dan membelah lautan.
Para manusia, fisik dan kekuatan mereka tidak sebanding dengan Binatang Iblis itu. Mereka menjadi selayaknya makanan dan kehidupan mereka jauh dari kata 'damai'.
Suatu hari, ketika kehidupan manusia semakin terpuruk dan berada dalam kegelapan---ada satu orang yang tidak pernah kehilangan harapan, dia berusaha mencari cara untuk mengubah kondisi dan menyelamatkan orang-orang terkasihnya.
Manusia itu lemah, namun semangat dan keberaniannya begitu besar. Dia memulai perjalanan mencari kekuatan bersama dengan lima manusia lain yang mempunyai impian serupa, yaitu menyelamatkan dunia.
Perjalanan yang penuh rintangan itu telah mengubah mereka menjadi sosok-sosok yang kuat. Berbagai rintangan membuat para manusia itu tahu caranya bertarung, melindungi diri sendiri dan orang lain.
Sampai suatu hari mereka tiba di lembah bernama Yu Qing, sebuah tanah yang diberkahi langit dengan kekuatan alam tertinggi. Para manusia itu memperoleh kekuatan besar dan memakainya untuk menghadapi Binatang Iblis.
Perang besar terjadi, di mana dampak pertarungan itu adalah kematian di kedua belah pihak. Lima manusia yang luar biasa dan penuh keberanian itu gugur dalam perang, tersisa satu orang yang masih bertarung dengan tanggung jawab besar di pundaknya.
Manusia itu menggunakan harapan dan keberanian teman-temannya dan berhasil mengalahkan Binatang Iblis terkuat. Binatang Iblis lainnya pun bersembunyi, takut pada manusia tersebut.
Namun sesaat sebelum Binatang Iblis itu menghilang, sebuah suara misterius terdengar dari langit. Suara memekakkan telinga dan berkata bahwa ini belum berakhir.
Sosok itu sadar bahwa kedamaian yang dia bawa akan kembali berguncang suatu hari nanti. Namun dia sendiri sudah mencapai batasnya dan tidak bisa terus menjadi pelindung bagi dunia.
Dengan kekuatannya, sosok itu mengangkat Lembah Yu Qing, memecahnya menjadi tujuh bagian dan menyebarkannya di lokasi yang berbeda.
Sosok itu kemudian menurunkan ilmunya kepada manusia lain dan membuat mereka bisa memakai energi alam untuk berlatih menjadi ahli bela diri. Tepat ketika dia menghilang, sosok tersebut meninggalkan ramalan sebagai pengingat para manusia.
"Lembah Yu Qing pecah menjadi tujuh. Tersebar, membuka jalan kedamaian bagi mereka yang berhati besar. Namun akan tiba masa, di mana keserakahan menyelimuti manusia dan saat itu tiba, Iblis muncul dari dalam kegelapan. Hanya Pendekar Naga yang akan mampu menyatukan kekuatan dunia dan bersama-sama membawa perubahan."
Tahun demi tahun, ramalan itu dijaga dan diwariskan pada generasi ke generasi hingga binatang iblis yang sebelumnya bersembunyi kembali muncul. Dimulailah era para pendekar dan binatang iblis yang terus berperang hingga umat manusia keluar sebagai pemenang.
Karena kebesaran hati, umat manusia mengizinkan para binatang iblis untuk memiliki wilayah sendiri dan hidup dengan kelompok masing-masing. Namun umat manusia mempunyai syarat bahwa tidak ada yang boleh mengusik kehidupan bangsa lain dan para binatang iblis setuju.
Puluhan tahun kemudian, kesepakatan itu terus terjaga. Umat manusia dan binatang iblis memegang janji mereka. Tapi tidak berselang lama, keserakahan muncul dan dunia memasuki era di mana kehormatan diraih dengan kekuatan.
Di samping itu, sejarah mencatat bahwa para binatang iblis membuat rencana dan berusaha mewujudkan ramalan untuk membangkitkan iblis yang sesungguhnya. Mereka bermaksud kembali menguasai dunia dan membuat perhitungan dengan umat manusia.
Di sisi lain, para manusia sedang mengalami perpecahan antara sesama sendiri. Hanya sebagian dari mereka yang berusaha mencari Pendekar Naga, sosok yang akan membantu melindungi dunia ketika iblis bangkit dan membawa perdamaian yang semakin hari kian memudar.
*
*
Dinasti Zhou, Kota Lianyi.
Di bawah sinar matahari yang terasa panas menyengat dan disertai angin yang berhembus kencang, seorang pemuda terlihat baru saja memasukkan kayu bakar pada tungku di depannya.
Suara riuh dari pelanggan Kedai Bulan Merak menjadi pemandangan sehari-hari, bahkan para pelayan yang menyiapkan pesanan pun terlihat kewalahan.
Pemuda berusia 18 Tahun itu tersenyum melihat betapa sibuknya para pelayan di kedai ini. Dia tentu saja merasa senang sebab Kedai Bulan Merak tidak pernah menerima banyak pelanggan semacam ini sebelumnya.
Seorang pria tua menepuk bahu pemuda tersebut dan tersenyum, "Bagaimana? Apa kau melihat tempat ini terasa hidup?"
Pria tua bernama Chu Tian itu berkata, "Keberuntungan ini ada karena sekarang Gunung Wushi sedang dibuka. Banyak orang yang sedang mengunjungi gunung itu untuk-?"
Chu Tian berkedip saat melihat ekspresi pemuda di sampingnya ini. Dia bersuara pelan, "Ho ho... Senyuman itu sangat kukenali. Anak Muda? Gadis keluarga mana yang sudah merebut hatimu, hm?"
Pemuda berusia 18 Tahun bernama Chu Kai itu tersentak dan langsung menoleh ke arah pria di sampingnya. "Ayah, kau menanyakan hal yang sudah kau ketahui. Tentu saja nona Xia Ling Qing. Di dunia ini, kami sudah ditakdirkan langit-"
"Ha ha ha," sebuah tawa keras menyela dan membuat Chu Kai tersentak. Tawa lainnya juga ikut terdengar dan semakin banyak.
Chu Kai baru sadar bahwa beberapa pelanggan kedai yang terdiri dari orang tua nampak menertawakannya. Tidak hanya itu, teman-temannya yang juga merupakan pelayan ikut tertawa.
"Hei, Nak? Apa kau masih tidur? Ha ha ha,"
"Dia mengatakan bahwa nona Xia Ling Qing ditakdirkan untuknya, apa dia gila?"
"Chu Kai..! Kau harus memeriksakan diri ke tabib, Kawan." seorang pelayan juga ikut berkata, "Nona Xia Ling Qing adalah salah satu dari Lima Pendekar Suci dan semua orang tahu dia merupakan calon Pendekar Naga. Sedangkan dirimu? Aiih ... Aku tidak ingin menghinamu, Kawanku. Tapi kau bahkan tidak bisa dibandingkan dengan sepatu nona Xia,"
Suara tawa kembali menggema dan Chu Kai terkejut karena ayahnya pun juga ikut menertawakannya. Dia seakan-akan menjadi lelucon di tempat ini.
Mereka memang membahas seseorang, sosok yang begitu terkenal di Dataran Tengah, Nona Agung Xia Ling Qing.
Siapa yang tidak mengenal gadis cantik yang merupakan putri dari Tetua Sekte Gunung Wushi itu? Salah satu sekte Aliran Putih terbesar di Dataran Tengah.
Tidak hanya kecantikan, nona Xia bahkan terkenal sebagai seseorang yang pandai dalam tiga seni, memiliki praktik kultivasi yang tinggi di usianya yang masih muda dan bahkan sangat jarang ada wanita yang kemampuannya dapat sejajar dengan para pendekar pria. Chu Kai yang hanya orang biasa, tentu tidak akan pernah sebanding dengan Xia Ling Qing.
"Kalian jangan tertawa," Chu Kai merasa seakan-akan menjadi bahan ledekan. Dia pun berkata, "Takdir tidak ada yang tahu. Mungkin saja aku dan nona Xia memang ditakdirkan. Lagipula, siapa lagi yang lebih mengagumi kelima Pendekar Suci selain aku?"
Dengan bangga, Chu Kai berkata. "Aku tidak pernah melewatkan kesempatan melihat kelima Pendekar Suci saat mereka turun gunung. Aku juga membeli setiap lukisan mereka dan tentu saja aku lebih banyak membeli lukisan nona Xia. Kalian semua tidak mungkin mempunyai koleksi lukisan hingga lima ribu lebih, bukan?"
"Kai ..." Chu Tian terbelalak, begitu pula dengan para pelanggan serta pelayan kedai yang mendengarnya. Mereka semua menatap Chu Kai dengan rasa tidak percaya.
Chu Tian berkata, "Jadi uangmu selama ini kau gunakan untuk-"
"Pemilihan Pendekar Naga akan segera dimulai..!"
Seruan itu mengejutkan semua orang dan memotong ucapan Chu Tian. Orang-orang di dalam kedai dengan segera menjadi riuh kembali, mereka bergegas keluar.
"Apa! Pemilihannya sudah dimulai?!"
"Astaga..! Kita terlambat!"
"Ayo cepat pergi..!"
"Tunggu aku, arakku belum habis."
"Aduh, kau menginjak kakiku."
"Kai..?! Kau mau ke mana?!"
"Ayah, aku juga terlambat. Aku ingin melihat pemilihannya..!"
Chu Tian tidak sanggup berkata-kata lagi, putranya itu sudah berlari di antara kerumunan orang yang lain. Dia pun hanya bisa menatap punggung Chu Kai yang semakin menjauh dan menggeleng pelan.
Seorang pelayan berdiri di samping Chu Tian dan nampak mendesah pelan. Pelayan yang bernama Jing Hao itu mempunyai usia yang sama dengan putranya.
Chu Tian berkata, "Kau tidak mau pergi?"
"Aku tidak mau berdesak-desakan, lagipula aku juga belum mandi."
"Apa kau pikir putraku itu sudah membersihkan dirinya dan pergi ke sana?"
Jing Hao tersenyum pahit, "Sebelumnya dia memang sempat akan mandi, tapi aku langsung menyuruhnya mengambil kayu bakar. Jadi ..."
"Dia tidak akan bisa masuk ke gerbang itu, terlalu banyak orang."
"Ehm ... Apa menurut Paman aku harus membantunya?"
"Bagaimana menurutmu?" Chu Tian tersenyum pahit dan membuat Jing Hao menggaruk pelan tengkuknya.
Jing Hao mengembuskan napas dan berkata, "Baiklah. Dia tidak akan bisa tanpaku,"
*
*
Sekte Gunung Wushi mempunyai dua bangunan besar dengan empat menara tinggi. Wilayahnya luas, besar dan juga megah. berada di puncaknya, sebuah hamparan putih dari awan terlihat.
Hanya butuh aula samping untuk menerima semua tamu yang berasal dari berbagai kalangan dan ini adalah pertama kali dalam lima puluh tahun, gerbang sekte ini dibuka bagi orang biasa.
Chu Kai sendiri adalah pemuda yang baik, pekerja keras dan salah satu dari orang-orang yang menggemari Sekte Gunung Wushi, khusunya Lima Pendekar Suci.
Dia bekerja di kedai milik ayahnya, namun selalu melarikan diri untuk melihat Lima Pendekar Suci jika mendengar mereka berada di kota. Chu Kai memang sangat mengagumi para pendekar tersebut.
Pemuda dengan wajah yang memiliki bekas cakaran hewan buas di pipi kanannya itu nampak tersenyum. Tatapan matanya jelas memperlihatkan kegembiraan bahwa dia sebentar lagi akan bertemu dengan idolanya.
"Cepatlah..! Aku ingin melihat nona Xia Ling Qing dari dekat," Chu Kai berusaha untuk menyalip beberapa orang di depannya, tapi memang terlalu banyak orang hingga dia kesulitan bergerak.
Gerbang Sekte Gunung Wushi sudah terlihat dan itu merupakan gerbang yang sangat besar serta tinggi, bahkan terbuat dari kayu yang kokoh.
Chu Kai menjadi semakin bersemangat, dia bahkan tidak mendengarkan suara Jing Hao yang terus memanggil-manggil namanya. Dia sama sekali tidak mengetahui bahwa saat ini Jing Hao kesulitan untuk mendekat karena terlalu banyak orang.
"Kai ...! Kai ...!" Jing Hao terus memanggil Chu Kai dan bahkan melambaikan tangannya. Dia berusaha berjalan semakin ke depan meski kakinya sesekali diinjak oleh orang-orang ini.
"Kalian harus antri, berbarislah yang rapi..!"
"Jangan saling mendorong..! Tolong berbarislah..!"
Ada sekitar sepuluh orang murid Sekte Gunung Wushi yang berusaha mengatur orang-orang yang ingin melihat pemilihan Pendekar Naga. Mereka cukup kewalahan, tetapi untunglah orang-orang ini masih bisa diajak bekerja sama.
Chu Kai merasa antrian ini terlalu panjang sementara dirinya sudah sangat ingin melihat Kelima Pendekar Suci, termasuk nona Xia Ling Qing yang paling disukainya. Dia pun mencoba mengambil jalan lain agar bisa melewati gerbang sekte dengan cepat.
"Kai...!" Jing Hao melihat Chu Kai keluar dari kerumunan dan seakan pergi menjauh. Dia pun bergegas menyusul pemuda tersebut sambil memanggil namanya.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Iron Mustapa
😍
2024-01-19
2
Anonymous
😙🙃😙🙃😙
2023-10-03
1
Sierra
...
2023-10-03
1