Jadi Sugar Baby Duda Lapok

Jadi Sugar Baby Duda Lapok

Pagi yang sibuk

Pagi itu, di rumah yang cukup besar nampak dua manusia tengah sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Di dalam kamar, terlihat seorang gadis muda nan cantik jelita, sedang berkemes. 

" Papah yang mu pergi, tapi kenapa aku yang sibuk sih? Ngeselin banget," gerutunya kesal seraya tangan tetep bekerja memasukkan baju-bajunya kedalam koper. 

" Lagian aku mau di titipkan ke mana sih?" Sambungnya kembali yang masih merasa bingung dengan ucapan papahnya beberapa jam yang lalu saat sarapan.

Flashback.

" Nanti kamu siap-siap ya," ucap seorang laki-laki yang berusia 45 tahun, akan tetapi masih sangat terlihat gagah dan juga tampan melebihi pemuda usia 30 tahunan.

" Siap-siap kemana?" Sambil mengunyah sarapannya, keduanya sedang asik menikmati sarapan. 

Kiara Putri Safiana seorang gadis berusia 20 tahun menatap sang ayah di sela-sela makannya. 

Yang di tatap menatap balik sambil meletakkan sendok dan garpu nya ke piring. Ia menghela nafasnya dalam, rasa agak berat untuk berucap. 

" Papah mau pergi ke luar kota selama beberapa hari, paling lama satu minggu," ucapnya demikian. 

" Kok mendadak?" Kia sontak bingung, tak seperti biasanya papahnya ingin keluar kota, apalagi sampai selama itu.

" Ada kerjaan di sana, dokter jantung di salah satu rumah sakit sana lagi tidak bisa bekerja, sedangkan jadwal operasi besok harus dilakukan secepatnya. Makanya dengan sangat terpaksa papah yang di tugaskan untuk menggantikan dokter itu," jawab nya menjelaskan. 

" Kamu tau sendirikan, rumah sakit tempat Papah bekerja banyak cabangnya, ya salah satunya di Solo," sambungnya lagi. 

Kiara pun manggut-manggut saja, walaupun ia sendiri tidak mengerti sama sekali tentang dunia kedokteran. 

" Jadi Kia harus nyiapin baju-baju Papah?" Tanya nya lagi. Ia terus memasukkan makanannya sampai habis. Sedangkan punya sang papah sudah bersih tanpa sisa.

" Bukan baju-baju Papah, tapi baju-baju kamu." Sambil mengelap mulutnya, lelaki bernama Reza Saputra itu bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan menuju wastafel mencuci tangan.

" Sebelum Papah berangkat, Papah bakalan titipkan kau ke rumah sahabat Papah. Om Alex, kamu masih ingat kan?" Kata Reza cepat sebelum putri semata wayangnya itu kembali mengajukan pertanyaan. 

Tentu saja mendengar ucapan Reza, Kiara semakin bingung.

" Papah gak mungkin ninggalin kamu sendirian di rumah, banyak terjadi kejahatan bila ada kesempatan. Papah gak mau kamu kenapa - napa di rumah, apalagi kamu anak gadis," imbuhnya lagi.

Rez dan Kiara hanya tinggal berdua saja di rumah, karena sang mamah yang sudah lama pergi ke sisi Allah sejak Kiara masih duduk di bangku SMP. Sejak ditinggal pergi Reza masih setia menduda sampai waktu nya tiba barulah ia meminta izin untuk menikah lagi kelak pada Kiara. 

" Tapikan ada Bi Asi di rumah," tolak Kiara, kapan lagi ia bisa bebas tanpa pengawasan papahnya. 

" Bi Asi cuma setengah hari aja bekerjanya sayang, udah deh gak usah banyak tapi-tapi nya. Cepat bereskan barang-barang kamu yang perlu di bawa, Papah tunggu."

Tak ingin di bantah, Raza dengan tegas memaksa anaknya. Mana mungkin ia tega meninggalkan putri ny seorang diri di rumah, walaupun terlihat aman secara tinggal di kompleks yang di jga oleh 4 satpam di posko mereka. Akan tetapi, Reza tetep saja merasa khawatir, sebab banyak kali peristiwa yang menjadi sumber kejahatan karena adanya kesempatan. 

" Iiis …" Dengan wajah cemberut Kiara beranjak dari tempat duduknya. 

" Sebel deh, kalau tau begitu kan aku ikut aja ke Bandung sama Feby kemaren. Kan lumayan sekalian liburan." Kiara berucap dalam hatinya sambil membereskan sisa sarapan mereka tadi.

" Apa bujuk papah aja kali ya …" 

Ide cermelangnya tiba-tiba muncul, ia kepikiran ingin menyusul sahabat nya ke Bandung. Mungkin dengan membujuk sang papah mengizinkannya, apalagi lelaki itu sudah sangat mengenal sahabat nya itu.

" Pah …" Panggil nya setelah mencuci piring, Kiara di biasakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti bereskan tempat tidur, meja makan, membereskan setelah memasak, bahkan mencuci piring, walaupun sebenarnya bakalan ada yang membersihkan rumah mereka nantinya.

Kiara menghampiri Reza yang kini sedang memeriksa jendela sudah tertutup rapat apa belum. 

" Hem … " jawabnya tanpa menoleh. 

" Emm … gimana kalau Kia nyusul Feby aja ke Bandung? Jadi kan Om … " Kiara mikir akan namanya karena lupa. 

"Sahabat Papah itu, jadi gak perlu ngerepotin orang Pah," bujuknya.

Reza spontan menoleh dan melotot tajam pada anaknya, tentu itu membuat Kiara menelan ludahnya takut. Seperti nya ia salah bicara pikir Kia dalam hati.

" Gak boleh! Justru kamu di sana malah ngerepotin keluarga nya Feby. Sudah tau kan sahabat kamu lagi berduka? Yang ada malah bikin ribet dengan adanya kamu di sana, belum nyambut tamu, nyiapin tempat tidur, belum ngasih makannya. Apa gak semakin tambah banyak beban mereka?" 

Panjang lebar Reza mengomeli anaknya, Kiara hanya tertunduk sedih, apa yang di ucapkan papah itu benar adanya, bodoh nya ia sampai lupa akan hal itu. 

Reza menghela nafasnya menatap sang anak.

" Cepat bereskan pakaian kamu, om Alex sudah menunggu di rumah nya." 

Kiara akhirnya menurut walaupun hatinya sedikit dongkol. Kiara menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua, Reza menghempaskan tubuhnya di sopa lalu ia mengusap wajahnya kasar. 

" Maafin Papah, Kia. Papah terpaksa berbohong. Papah harap suatu saat nanti kamu mengerti," gumaman nya sendu dengan wajah nampak menyesal karena sudah membohongi anaknya.

Entah apa yang di sembunyikan Reza sehingga sampai hati berbohong seperti itu. Namun ia lakukan demi seseorang yang kini sudah mengisi hatinya, ia terpaksa melakukan ini supaya bisa menyusul dan menjadi sandaran di kala seseorang itu tengah bersedih. 

Reza menatap langit-langit, sudah kesekian kalinya ia menghembuskan nafasnya. Sebenarnya Reza bukan tipe laki-laki yang pandai berbohong, akan tetapi sejak hampir setahun lebih ia mulai berbohong pada putri semata wayangnya tersebut, dan hari ini dimana ia harus berakting sebagus mungkin demi bisa menyusul orang itu di sana, bukan tak berani berkata jujur, hanya saja ia tak ingin membuat putri nya itu terkejut, dan ini juga atas permintaan orang tersebut untuk merahasiakan semuanya.

Flashback off …

Kiara berpikir, apalagi yang harus ia bawa. Kedua matanya melihat setiap arah di kamarnya. Jangan sampai sudah tiba di kediaman sahabat papahnya itu barang penting justru tidak di bawa. 

" Casan, makeup, komik-komik udah." Kiara mengingatnya lagi, maklum ia memang sangat pelupa, untung namanya sendiri tidak lupa jar sahabatnya kala mengejek. 

"Sudah siap semuanya, Kia?"

Reza sudah berdiri di ambang pintu kamar Kiara, spontan gadis itu menoleh kearahnya, kemudian mengangguk kurang yakin.

" Emang apa lagi yang masih belum siap?" Tentu mengerti akan raut wajah tersebut, ia sudah 20 tahun menjadi sang ayah. 

" Gak tau apa? Makanya Kia dari tadi coba ingat-ingat," jawab nya kembali melihat-lihat isi kamarnya.

Reza menghela, ia melihat jam di tangannya sudah pukul 9 pagi. 

" Nanti kalau ada yang ketinggalan kan bisa di ambil sayang, konci rumah kamu yang pegang, mobil Papah kamu yang bawa kan," jar Reza mengingatkan, bukan pergi jauh, jadi sudh pasti bisa untuk di ambil kembali yang ketinggalan itu, ia pun geleng-geleng kepala.

Kiara menepuk jidatnya merutuki kebodohannya. " Ya udah ayo." Ia menarik kopernya hendak keluar kamar. 

" Kamu yakin mau berangkat dengan pakaian itu?" Tunjuknya.

" Kenapa? Ada yang salah kah? Lagian kita bukan jalan-jalan ini, udah ah ayo berangkat," jawab nya acuh.

Reza kembali menghela, ingin heran tapi itulah anaknya. Ia pun membiarkan putrinya itu dengan pakaian yang kurang sopan menurutnya, hotpants pendek setengah pahan, di padu tangtop hitam dan jaket jeans serta tas selempang. Sangat simpel sebenarnya, akan tetapi mengingat ingin bertamu di rumah orang tentu itu tidak sopan.

" Apa gak sebaiknya kamu ganti baju dulu? Kayaknya kurang sopan," pintanya saat keduanya sudah menuruni anak tangga.

" Emang gak apa nunggu Kia ganti baju? Bakalan makan waktu loh," kata Kiara melirik jam tangannya.

Kemudian Reza berpikir, ia sangatlah kenal dengan perempuan. Tentu saja bakalan memakan waktu lama, bahkan sangat lama sampai ia sendiri bosan menunggu ketika bersama istrinya dahulu. Wanita itu super duer ribet, memilih baju sama seperti memilih kupon. Seisi lemari habis di keluarkan semuanya, dan berkata.

" Pakai baju apa? Baju aku gak ada!" 

Sungguh sangat membangongkan, mau heran tapi itulah wanita. 

" Yaudah gak jadi, sampai taun depan pun gak bakalan selesai," ucapnya mengalah. 

Keduanya pun meninggalkan karangan rumah mereka menuju ketempat tujuan ya itu pergi kekediaman Alex. 

Terpopuler

Comments

🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪

🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪

hadirooh dimari☝
ternyata udah ada karya baru k Rizal 💪💪💪👍👍

2022-12-01

3

rutia ningsih

rutia ningsih

hadir

2022-11-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!