kekecewaan Kia

Kia menutup mulutnya tak percaya, ia bertanya-tanya ada hubungan apa sahabat dengan papanya itu sampai-sampai foto tersimpan rapi di laci meja samping tempat tidur. Kia ingat satu hal. Ia kembali membuka laci tersebut lalu mencari sesuatu.

" Gak ada?" Kia mengobrak-abrik kamar Reza, namun yang ia cari tak bisa di temukan di mana pun. Kia ingat dulu setahun yang lalu jika di dalam laci tepat di mana foto Febby berada. 

" Kemana semua foto mamah?" Ternyata yang di cari Kia adalah foto-foto almarhum mamanya. Tetapi satupun tidak ada di kamar Reza, sungguh membingungkan. 

Kia keluar dari kamar Reza lalu mencari di setiap sudut rumah, ia hanya menemukan beberapa foto mama nya saja di ruang tamu itu pun sewaktu Kia masih bayi dan tumbuh besar hingga mamah nya meninggal ada usianya yang ke ,16 tahun. 

" Atau jangan-jangan …" kia berlari menuju gudang, ia ingat beberapa bulan lalu mbak Mira membawa kerdus dari kamar Reza, karena tak peduli sehingga ia tidak bertanya isi di dalam kardus tersebut.

Setelah tiba di gudang, Kia mulai mencari setiap ada kardus ia langsung membukanya. Dan apa yang ia temukan sungguh membuatnya ingin menangis. 

" Kenapa Papah tega banget nyimpan foto mamah di sini?" Kia menangis, sungguh hatinya sakit sekali. 

" Maafin Kia ya Mah." Kia mencium foto mamahnya lalu ia mengambil kardus tersebut dengan air mata yang masih berlinang berjalan kearah kamarnya.

" Kia gak ngerti, kenapa papah menyimpan semua foto-foto mamah di gudang, bahkan foto pernikahan mereka yang sudah ada sejak aku masih dalam kandungan. Pantes selama ini Kia tidak pernah melihat satu foto pun di dinding kamar papah." 

Kia memeluk salah satu pigura itu, ia kembali menatapnya lalu mengelus di bagian wajah.

" Kia kecewa sama papah," gumam Kia kesal.

Dulu ia ingat namun tak memperhatikan banget sewaktu Febby main kerumahnya, gadis itu tiba-tiba malu-malu bahkan sampai-sampai di bagian bibirnya sedikit membengkak terus selalu lama jika pergi keluar dari kamar. Sekarang Kia mengerti apa yang terjadi, ternyata keduanya memiliki hubungan di belakang dirinya. Kia menghela nafasnya panjang. Matanya terasa lelah akibat menangis tadi hingga tertidur tanpa sadar dengan masih memeluk pigura almarhum mamanya.

Hari sudah mulai senja, sinar matahari saja sudah berubah menjadi jingga pertanda jika matahari akan segera terbenam. Namun gadis ini masih saja ternyenyak dalam mimpinya.

" Kia sudah pulang?" Tanya Alex setiba di rumahnya, lelaki itu membuka jas dan dasi yang mencekik leher. 

" Belum Pak, bahkan dari tadi Non Kia belum pulang," jawab salah satu art nya.

Alex menghentikan gerakan tangan yang hendak melepaskan dasinya tadi. Ia mengerutkan keningnya lalu melihat jam tangan.

" Sudah hampir jam 6, kemana Kia pergi?" 

Dengan cepat Alex mengambil hpnya lalu mencoba untuk menelpon nomor Kia.

" Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan!" 

Hanya suara wanita yang tak asing di telpon, Alex berdecak lalu kembali menelpon nomor Kia. Namun sayangnya masih sama, hanya suara operator cantik saja yang berbicara sehingga membuat Alex frustasi. 

" Kemana kamu Kia? Kenapa gak aktif sih!" Alex mengusap wajahnya kasar, rasa khawatir mulai menghantui hati dan pikirannya.

Tak mau larut dalam kekhawatiran, Alex mengambil jas nya kembali tak lupa kunci mobil lalu pergi dari rumah untuk mencari keberadaan Kia. Bagaimanapun juga Kia adalah tanggung jawabnya, jika ada apa-apa dengan gadis itu ia harus berkata apa nanti pada Reza. Alex menelusuri jalan dengan kecepatan menuju arah rumah Kia, ia harus memastikan lebih dulu sebelum mencari tempat lain. 

Setelah sesampai di kediaman Reza,Alex lega melihat mobil Reza terparkir di halaman. Pertanda jika gadis itu masih di dalam rumahnya.

" Syukurlah," ucap Alex lalu ia turun dari mobil. Sesampai di depan pintu Alex menekan bel berkali-kali tetapi tak ada jawaban. Rasa khawatir kembali menghantui nya lagi.

" Kemana anak ini? Atau jangan-jangan …" 

Dengan sekuat tenaga ia mendobrak pintu tersebut, pertama kali gagal. Ia mengambil nafasnya lebih dulu lalu mundur beberapa langkah kemudian ia dobrak kembali dengan tubuhnya tak peduli lengan terasa sakit. Yang kelima kalinya ia mendobrak akhirnya pintu tersebut terbuka, dengan cepat Alex masuk lalu mencari sosok gadis yang selalu membuatnya khawatir tersebut.

" Kia! Kia dimana kamu?" Alex berteriak, suaranya menggema di seluruh rumah. Ia mencari di lantai bawah membuka setiap pintu, entah itu kamar atau ruangan kerja Reza bahkan pintu toilet pun ia buka juga berharap gadis itu ada di dalamnya.

" Kia!" Kembali berteriak, lantai dasar tak menemukan batang hidung Kia, Aex menaiki anak tangga menuju lantai dua.

Mendengar namanya di panggil berkali-kali, Kia terbangun dari mimpi buruknya. Ia menggosok matanya yang terasa bengkak, sembab bahkan sedikit perih akibat menangis tadi. Kedua mata Kia terbuka perlahan lalu pandangan matanya tertuju pada jam di dinding.

" Astaghfirullah, sudah mau Maghrib?" Sontak kedua mata Kia terbuka sempurna terkejut karena tidurnya sudah sangat lama. Buru-buru ia bangun dari tempat tidur lalu kembali mendengar suara teriakan memanggil namanya.

" Kia!" 

" Suaranya om Alex?" Kia loncat dari tempat tidur berlari membuka pintu tanpa menghiraukan alas kakinya. 

" Om!" Kata Kia melihat Alex keluar dari kamar Reza. 

" Kia." Alex berlari menghampiri lalu memeluknya erat seakan takut kehilangan.

" Om Alex kenapa?" Tanya Kia masih dalam bekapan tubuh kekar Alex.

" Om khawatir, kenapa jam segini masih belum pulang ke rumah. Dan kenapa pula nomor kamu gak bisa di hubungi. Om takut kamu kenapa-napa," ucap Alex sendu, ia melonggarkan bekapannya lalu menatap wajah cantik Kia.

Kia tentu terharu, ia gak nyangka jika Alex sangat mengkhawatirkan dirinya. Ia tersenyum lembut.

" Kia gak kenapa-napa, tadi ketiduran sampai lupa waktu. Terus Kia lupa ngecas hp," jelasnya. 

Alex sedikit lega,namun seketika kelegaan itu sirna sesaat melihat kedua mata sembab Kia.

" Kamu habis nangis?" Tanya Alex kembali khawatir. " Apa ada sesuatu yang membuat kamu gak nyaman? Atau ada seseorang yang menyakiti kamu?" 

Alex tak akan membiarkan siapapun yang menyakiti hati Kia, ia akan membalasnya berkali-kali lipat. 

Gadis itu menggeleng pelan dan memaksakan senyumnya.

" Kia, kalau ada apa-apa jangan sengan cerita sama Om. Siapa tahu Om bisa bantu," Alex mengusap lembut pipi Kia dengan ibu jari, ia tahu senyum Kia tadi hanyalah keterpaksaan, pasti ad sesuatu yang terjadi.

Kia menunduk dengan wajah sedihnya, bahkan kedua bola matanya sudah berkaca-kaca. Entah mengapa ia tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya pada lelaki yang beda jauh dari usianya itu.

Alex mengangkat dagu Kia perlahan, sehingga keduanya saling tatap. 

" Tidak apa-apa, pelan-pelan saja Kia. Jangan di paksakan jika tidak mau bercerita sama Om."

Alex tak ingin memaksa, ia mengecup lembut kedua mata Kia bergantian sehingga gadis itu harus menutup matanya merasakan kelembutan bibir Alex yang menempel pada kulitnya. Setelah Alex menjauhkan bibirnya barulah Kia kembali membuka kedua matanya lalu menatapnya dalam.

" Om, Kia boleh tanya sesuatu gak soal papah?" 

Terpopuler

Comments

rutia ningsih

rutia ningsih

up lama thorrr

2022-11-27

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!