Om Alex

Dalam perjalanan tak butuh menghabiskan waktu begitu lama, Kiara maupun Reza sangat menikmati perjalanan mereka hingga tanpa sadar sudah berada tepat di depan gerbang rumah Alex sahabat nya itu. 

" Ini rumah om Alex, Pah?" Tanya Kiara sedikit membungkuk melihat pintu gerbang yang sangat tinggi itu, terlihat mewah walau hanya dari depannya saja.

" Emmm … "

Reza menekan klakson mobil sebanyak dua kali. Tak selang lama pun terlihat pintu gerbang tersebut terbuka. Muncul lah seseorang berseragam yang nyaris hampir menyerupai polisi akan tetapi ini adiknya alias satpam. Lelaki itu tengah memberi hormat dengan senyumnya seolah sudah mengetahui siapa yang datang.

" Selamat pagi menjelang, Pak Dokter! " Sapa nya rama seketika kaca pintu mobil di turunkan oleh Reza.

" Selamat pagi Pak Buya, semoga hari ini menyenangkan," Balas Reza tak kalah ramah memberikan semangat pagi hari. 

Dan di balas anggukan oleh satpam tersebut dengan tangan yang mempersilahkan masuk. 

" Wow … ini mah bukan rumah, tapi istana!" 

Kiara nampak terkagum-kagum melihat rumah mewah bak istana tersebut. Jika dibandingkan dengan rumahnya sangat jauh sekali. Ia bahkan baru pertama kali melihat rumah sebesar ini. Kiara menoleh pada sang ayah yang sedang menurunkan koper miliknya dari bagasi mobil.

" Kok Papah bisa sih sahabatan sama pemilik rumah ini?" Pertanyaan yang sangat konyol menurut Reza. Lelaki itu menatap sang anak yang terlihat penasaran sekali.

" Papah adalah dokter pribadi keluarga ini, kebenaran om Alex orangnya asik saat di ajak ngobrol, karena kami sama-sama sudah saling nyaman jadi sahabat deh sampai sekarang. Emm … kira-kira 4-5 tahun gitu dah lupa juga sih." 

Reza menjelaskan singkat awal mula mulai persahabatan dirinya dengan Alex. Kiara pun bisa tidur nyenyak malam ini karena rasa penasarannya sudah hilang. Gadis itu pun kembali mengamati rumah tersebut dengan kagum.

" Ayo masuk, kita sudah di sambut," ajak Reza seketika pintu utama terbuka dan nampaklah dua orang yang di duga ART rumah tersebut menyambut kedatangan mereka dengan senyum ramah.

" Selamat datang Pak Dokter, Non. Silahkan masuk, Pak Alex sudah menunggu."

Salah satu ART tersebut mengambil koper Kiara dari tangan Reza, sedangkan yang satunya menuntun hingga sampai di sebuah ruangan yang sangat besar yang Reza sudah hafal sekali jika itu adalah ruangan keluarga. 

Kiara mengikuti langkah mereka di depan, ia sedikit ketinggalan jauh dari jarak karena sibuk mengamati seisi rumah tersebut yang begitu mewah dan sangat luas. Gigi Kiara sampai terkering-kering karena sedari tadi ia hanya menganga tak percaya melihat setiap benda-benda di dalam rumah tersebut. 

" OMG, gila ini mah mewah banget. Serasa menjadi seorang putri ini mah kalau tinggal di sini," gumamnya kagum.

" Assalamualaikum." 

" Waalaikumsalam …" jawabnya, sambil bangkit dari duduknya yang sedari tadi sedang memainkan hpnya.

" Lo benar-bener parah. Dah habis minuman 10 gelas sangkin lamanya nunggu tauk gak? Lambat banget dah kayak anak gadis perawan aja lo," omel sang empu pemilik rumah tersebut.

" Janji datang pagi, dah buru-buru siap-siap taunya siang juga … blaa blaaa blaaa …" Masih dengan ocehannya, Reza hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala saja karena sudah terbiasa dari sahabat nya itu.

" Ya sorry, lo kan tau gue punya anak gadis. Jangan salahkan gue lah, salah kan aja kodrat wanita yang apa-apa lama. Apa lagi kalau sampai jadi ganti baju tadi, sampai gigi lo kering pun gak bakalan kelar," jawab santai Reza. Ia memeluk ala laki-laki yang sering kali mereka lakukan setiap saat kala bertemu. Dan tentu di sambut hangat oleh sang sahabat

" Oh iya, mana anak gadis lo? Dah lama gak ketemu," katanya saat melihat arah belakang Reza yang nyatanya tak ada siapapun di sana. 

Reza menoleh, kemudian ia melangkah sedikit untuk memanggil.

" Kia, sini," panggil Reza, kiara yang masih fokus melihat-lihat pun terhayak, lalu dengan cepat menghampiri sang papa.

" Ayo sini, ngapin sih kamu?" Reza menarik tangan anaknya maksa.

" Beri salam sama Om Alex," perintahnya kemudian.

Alex mematung seketika kedatangan Kiara, lelaki itu menatapnya tanpa berkedip. Bahkan mulutnya saja sudah nyaris penuh di masukin lalat akibat menganga tak percaya. Sosok gadis di samping sahabatnya itu begitu terlihat sangat cantik. 

Alex terpana, sebenarnya bukan kali pertamanya ia melihat gadis cantik. Banyak puluhan gadis-gadis cantik di luaran sana yang sering menghampiri dirinya. Akan tetapi, gadis di hadapannya ini entah mengapa begitu berbeda. Seakan ada daya tarik yang sangat kuat hingga bisa menarik perhatian dirinya yang sangat terkenal akan acuhnya pada seorang wanita sejak di tinggalkan mantan istrinya itu. Ada apa wahai gerangan, batin Alex lelaki itu menyentuh dadanya yang kini tiba-tiba menjadi aneh. 

Tak hanya dengan Alex, ternyata Kiara pun memiliki pemikiran yang sama. Kedua Manusia itu sibuk saling memandang satu sama lain. Keduanya sama-sama terpana akan ciptakan Allah yang nyaris sempurna itu.

" Gila, ganteng banget …" pekik Kia dalam hati. " Papah memang ganteng, tapi om Alex jauh lebih ganteng, ya Tuhan kuatkan jantung dan hati ku," lanjutan bergumam dalam hati memuji ketampanan Alex.

" Kia, kok malah bengong? Ayo beri salam sama om Alex," tegur Reza membuyarkan lamunan Kiara. Gadis itu spontan mengerjakan mata supaya kembali fokus.

" Emm … apa kabar, Om?" 

Kiara menyambut tangan Alex lalu menyalimnya sopan. 

" Masyaallah, sekarang sudah makin dewasa aja ya. Dan makin cantik!" 

Alex mengusap pucuk kepala Kiara lembut dengan mata yang masih setia menatapnya kagum. 

Deg … jantung Kia mulai tak karuan, tidak sedang lomba berlari, bukan juga sedang nonton film horor. Akan tetapi kenapa jantung nya deg-degan seperti ini pikir Kia. Ia merasa ada perasaan aneh dalam dirinya.

" Perasaan gak ada Pikachu deh, tapi kenapa kayak di sengat listrik gitu?" Batinnya bergumam sambil tersenyum menatap Alex melepaskan tangannya di kepala Kia, akan tetapi pandangannya masih tertuju pada gadis itu.

" Dah hampir  dua tahun gak ketemu, kamu banyak berubah. Masih ingat kan sama Om?" Ujar Alex kembali. 

Kia hanya menggeleng pelan, karena sejujurnya ia sama sekali tidak ingat. 

" Ah, jelas aja kamu gak ingat. Om aja sebenernya lupa kalau gak di ingatkan sama papah kamu kamaren," sambungannya seraya terkekeh melirik Reza yang sedang meminum hidangan yang di berikan oleh ART nya Alex.

" Cih …" lelaki itu hanya berdecak malas.

" Anak lo mana?" Tanya kemudian.

" Sekolah," jawab Alex singkat, kini ia merasa seperti seorang yang hendak maling selalu mengamati barang incarannya. Dikit-dikit lirik, dikit-dikit curi-curi pandang tanpa sepengetahuan orang di sekitarnya.

Reza mengangguk, keduanya kembali mengobrol seperti biasa yang sangat membosankan bagi Kiara.

Melihat gadis itu gelisah, Alex pun menyadari nya.

" Kia istirahat dulu ya di atas?" Tawar Alex. Gadis itu pun mengangguk, lebih baik ia menyendiri di kamar dari pada gabung karena sangat membosankan baginya yang tidak mengerti apa yang di obrolkan dari dua orang dewasa tersebut.

" Mer, Meri." 

" Saya, Pak!" Dengan langkah cepat seorang wanita berusia 35 tahun itu menghampiri. 

" Tolong antar Kia ke kamar yang saya suruh siapkan tadi ya," pintanya. 

" Baik Pak, mari Non," ajaknya kemudian dengan ramah. Kia mengangguk tersenyum lalu bangkit dari duduknya.

" Pah, Kia istirahat dulu ya," pamitnya dan di angguki oleh Reza. " Mari, Om. Kia ke atas dulu." Bergantian berpamitan dengan Alex.

" Iya, semoga kamu betah di rumah ini ya. Kalau ada perlu apa-apa jangan segan memanggil mbak di rumah ini, mereka siap melayani kamu, dan jangan sungkan, anggap aja rumah seperti rumah sendiri," lanjutnya menjelaskan, ia sebisa mungkin agar gadis itu merasa nyaman tinggal di rumahnya. 

" Iya Om, terima kasih." Setelah mengatakan itu, Kia mengikuti langkah mbak Meri ke lantai dua dimana kamar yang akan ia tempati nantinya.

Alex dan Reza memperhatikan punggung Kia dari bawah setelah pandangan mereka hilang. Alex langsung memandang arah Reza dengan seksama bahkan dengan mata menyipit.

" Apa?" Yang di tatap tentu mera aneh. 

" Kia itu serius anaknya, lo?" Pertanyaan konyol tersebut sontak saja membuat Reza tersedak dari minumamnya.

" Apa-apaan pertanyaan itu? Lo meragukan beni gue?" Kesalnya. 

" Beda banget, anak lo cantik banget. Nah sedangkan bapak nya tampang model begini? Anak kecil aja bakalan mempertanyakan pertanyaan yang sama kayak gue," ujarnya kurang yakin.

Reza berdecak kesal." Sialan lo, emang tampang gue gimane? Ganteng ini, ya wajar lah anaknya cantik … makannya kalau mau nyetak itu baca doa dulu, jangan asal bobol aja." 

Alex terkekeh, ia tidak menyangka aja jika anak dari sahabatnya itu sangat cantik dulu waktu ketemu dengan Kiara ia tidak terlalu memperhatikan. 

" Terus, lo serius mau nyusul dia? Ampek rela beli dua tiket begitu."

Reza terdiam, ia menghela nafasnya panjang. Mengusap wajahnya kasar.

" Mau gimana lagi, udah cinta gue." 

" Cih, jika orang sudah mengenal cinta. Bisa jadi bodoh ternyata. Ingat umur bro, dah hampir setengah abad, bukan anak ABG lagi," ejeknya geleng-geleng. 

" Lo bakalan ngelakuin apa yang gue lakuin jika sudah menemukan cinta sejati yang kedua nantinya. Iris kuping gue kalau gak bakalan kayak gue," jar Reza membela diri.

" Tapi gak sampai membohongi anak sendiri juga lah, lo gak kepikiran apa jika nanti kalau Kia tahu?" 

Reza pun membungkam rapat mulutnya. 

Terpopuler

Comments

Ruk Mini

Ruk Mini

ko bisa pa..kesian tuh bocah

2024-02-17

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!