3. RSK

Keesokan harinya ....

Nyonya Liodra dan Tuan Kheil ke rumah sakit untuk menjenguk Bu Isma.

"Mom, apa Momy yakin ibunya Azzura di rawat di kamar ini," tanya Tuan Kheil.

"Iya, Azzura sendiri yang memberitahu momy." Nyonya Liodra mengetuk pintu kamar rawat itu lalu menyapa Azzura yang sedang menyuapi ibunya.

"Zu ... Ibu," sapa Nyonya Liodra dengan seulas senyum.

"Tuan, Nyonya," sahut Azzura.

Bu Liodra menatap lekat wajah Bu Isma yang terlihat pucat.

"Bu, ini Nyonya Liodra owner cafe tempatku bekerja. Dan yang di sebelahnya Tuan Kheil suaminya. Beliau Presdir KL Brandon Corp," jelas Azzura pada Bu Isma.

Bu Isma mengulas senyum lalu mengangguk kecil. "Saya Isma, Nyonya, Tuan. Terima kasih karena sudah berbesar hati mau menjenguk saya," ucap Bu Isma dengan suara lirih.

"Sama-sama, Bu. Kedatangan kami berdua ke sini bukan semata-mata hanya ingin menjenguk saja. Tapi, sekalian ingin melamar Azzura untuk menjadikannya menantu kami," ungkap Nyonya Liodra.

Bu Isma melirik Azzura lalu tersenyum. "Nyonya, Tuan, jika Azzura menerima lamaran ini, berarti saya juga menyetujuinya."

Nyonya Liodra dan Tuan Kheil sama-sama menatap Azzura dengan penuh harap.

"Ibu, aku akan menerima lamaran ini sekalian meminta restu serta doa dari ibu," timpal Azzura dengan mata berkaca-kaca.

Bu Isma kembali tersenyum, mengangguk pelan seraya mengelus lengan putri semata wayangnya itu.

"Terima kasih, Azzura, Bu," ucap Nyonya Liodra dan Tuan Kheil.

Azzura mengangguk pelan. Menatap sang calon mertua bergantian kemudian beralih menatap sang ibu. Demi melihat wanita yang disayanginya sembuh, Azzura rela menerima lamaran itu.

"Sayang," panggil Bu Isma.

"Ibu." Azzura memeluk Bu Isma sambil menangis.

Bahagia sekaligus sedih. Bahagia karena ibunya akan segera dioperasi dan akan melanjutkan perawatan. Sedih karena membayangkan rumah tangganya yang bakal tak harmonis.

Melihat Azzura menangis di pelukan Bu Isma, Nyonya Liodra dan Tuan Kheil ikut meneteskan air mata.

"Bu, rencananya pernikahan Azzura dan putra kami akan di selenggarakan dua minggu lagi. Semuanya akan saya atur. Ibu juga nggak usah khawatir mengenai biaya rumah sakit. Saya yang akan menanggung semuanya," jelas Nyonya Liodra sembari menggenggam jemari calon besannya itu.

"Terima kasih," ucap Bu Isma merasa terharu.

"Sama-sama, Bu."

.

.

.

Sementara itu, di kantor Close, Laura tampak begitu kesal.

"Apa! Apa aku nggak salah dengar?!" geram Laura menatap tajam pada Close.

"Bukan aku yang ingin tapi Momy. Bahkan dua minggu lagi kami akan di nikahkan," jelas Close.

"Kenapa kamu nggak menolak!" sentak Laura.

"Aku sudah menolak, tapi Momy tetap ngotot ingin menikahkan aku dengan gadis itu."

"Sayang! Pokoknya aku nggak mau jika kamu sampai menyentuhnya. Sebaiknya kamu melakukan sesuatu," usul Laura dengan senyum sinis.

"Nggak akan bahkan aku nggak sudi apalagi tertarik dengan gadis kampungan seperti dirinya. Yang ada, aku sangat membenci gadis itu," jelas Close. Namun tak menjelaskan secara gamblang penyebab ia membenci Azzura.

Hening sejenak ...

Close menyeringai lalu memeluk Laura. "Ide kamu, boleh juga. Melakukan sesuatu ... menurutku ide yang paling brilian adalah, membuat surat perjanjian perceraian. Ya, dia tetap akan menjadi istriku. Tepatnya sebagai istri di atas kertas. Aku akan memintanya menanda tangani surat perjanjian perceraian itu, jika dia sudah menyerah. Dan, secara otomatis kami akan resmi bercerai."

Sungguh tega apa yang di rencanakan pasangan sejoli itu. Bahkan dengan percaya diri, Close mengungkapkan keinginannya dengan menggebu-gebu. Ia lupa jika di antara benci dan cinta perbedaannya sangat tipis.

Laura langsung tersenyum puas mendengar ucapan Close sambil membatin, "Aku nggak mau kehilangan Close. Aku akan terus menghasut Close supaya membenci gadis barista itu. Ngeselin banget!"

.

.

.

Dua minggu kemudian ....

Pada umumnya pasangan yang akan menikah pasti akan terlihat bahagia. Namun itu tidak berlaku bagi Azzura dan Close.

Keduanya sama-sama terpaksa menikah dengan alasan yang berbeda.

Saat Azzura akan dipersunting oleh Close, ibunya juga harus di operasi di hari yang sama.

"Nanda, aku titip Ibu, ya. Tolong hubungi aku jika ibu sudah selesai dioperasi."

"Baiklah. Maaf, aku nggak bisa hadir di hari pernikahanmu. Ibu lebih penting karena beliau sudah kuanggap seperti ibuku juga," sahut Nanda lalu memeluk sahabatnya itu. "Selamat ya, Zu. Aku nggak menyangka jika kamu akan menjadi menantu Bu Liodra. Apapun itu, aku turut berbahagia untukmu."

Azzura hanya mengangguk dengan mata berkaca-kaca-kaca. Mengurai pelukannya lalu menatap wajah pucat sang ibu.

"Sayang, jangan menangis. Tersenyumlah, karena ini hari bahagiamu," ucap Bu Isma dengan lirih seraya mengelus wajah polos Azzura.

"Andai ibu tahu alasanku menikah, ibu pasti nggak akan setuju," batin Azzura.

Tak lama berselang beberapa perawat masuk ke kamar Bu Isma. Mulai mendorong bed pasien keluar kamar.

Air mata Azzura terus berlinang. Ia dan Nanda ikut mendorong bed pasien seingga mereka terpisah di depan pintu ruang operasi.

Sedetik kemudian ia memandangi seorang dokter pria yang sedang mengenakan masker menghampiri mereka.

"Dok, tolong selamatkan ibu saya." Azzura menggenggam tangan dokter itu dengan suara tercekat.

Dokter itu mengangguk sembari menatap lekat sepasang mata Azzura yang terus mengeluarkan air mata.

"Jadi ... pasien tadi, ibunya gadis ini?" batin pak dokter. Menatap tangan yang sedang digenggam oleh Azzura.

"Insyaallah, kami akan melakukan yang terbaik," sahut Pak dokter.

"Terima kasih, Dok," ucap Azzura lalu melepas genggaman tangannya.

Pak dokter mengangguk pelan. Tersenyum di balik masker kemudian lanjut masuk ke ruang operasi.

Dengan berat hati, Azzura berpamitan pada sahabatnya. Meninggalkan tempat itu menuju mobil yang sejak tadi telah menunggunya.

Di sepanjang perjalanan Azzura hanya diam dengan pandangan kosong memikirkan ibunya.

Tak lama berselang, Yoga yang tak lain adalah asisten Close menegur, "Nona Zu, kita sudah sampai."

"Sudah sampai ya ... oh ya, jangan panggil Nona, panggil Zu atau Zura saja," timpal Azzura dengan senyum ramah.

Yoga mengangguk. Meminta Azzura segera turun dari mobil, karena calon mertuanya sedang menunggu di depan lobby hotel.

Dengan patuh Azzura menurut. Menghampiri Nyonya Liodra yang sedang tersenyum menunggunya.

Begitu mereka berada di kamar hotel, Nyonya Liodra meminta perias untuk segera merias Azzura.

"Mbak, tolong rias mantu saya, ya."

"Siap, Nyonya."

Tiga puluh menit kemudian ....

"Sempurna," ucap Mbak MUA menatap kagum wajah cantik Azzura.

"Wah, Zu ... aku sampai pangling," ucap Gisel dengan senyum manis.

"Sayang, apa kamu sudah siap, Nak?" tanya Nyonya Liodra.

"Siap, Mom." Azzura memejamkan mata sejenak. Menarik nafas dalam-dalam sambil memegang dada.

Setelah itu, Gisel dan Momy Liodra mengapit lengan Azzura menuju ballroom hotel. Di sana Pak penghulu, Daddy dan Close sedang menunggu calon mempelai.

Dengan langkah pelan tapi pasti, Momy Liodra dan Gisel mengantar Azzura kepada Close yang sedang berdiri menantinya.

Sejenak, Close tertegun menatap kagum sang calon istri. Ia langsung memegang dadanya yang tiba-tiba saja berdebar menatap jelas wajah cantik Azzura.

Namun, seketika membuyar saat Momy Liodra menegurnya. "Close!"

Close langsung menyambut jemari Azzura lalu membantunya duduk.

Beberapa menit kemudian, Pak penghulu menyalami tangan Close. Menuntunnya mengucapkan janji suci pernikahan.

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Azzura Zahra binti Muhammad Fadil dengan mas kawinnya yang tersebut di bayar tunai!"

Suara lantang Close menggema di ruangan itu. Mengucap ijab qobul hanya dengan sekali tarikan nafas.

"Sah!"

"Sah!"

"Sah!"

Wajah Azzura tetap terlihat tenang. Namun, hatinya seketika mencelos merasa miris. Mengingat dirinya kini resmi menjadi istri dari Close Navarro Kheil.

Azzura tersentak kaget saat jemarinya di raih oleh Close. Memasangkan cincin pernikahan di jari manisnya. Pun sebaliknya, ia dengan terpaksa memasang cincin itu di jari manis Close.

"Close ... ayo kecup kening istrimu," pinta Daddy Kheil.

Dengan terpaksa Close menuruti permintaan itu.

Ia menatap lekat wajah Azzura, menangkup pipi lalu mengecup kening sang istri.

Setelah itu, ia berbisik, "Selamat datang di pernikahan laknat ini. Pernikahan yang bakal seperti berada di dalam neraka!"

Azzura bergeming dengan wajah datar menatap lekat manik coklat suaminya. Ia seolah sudah siap menghadapi semua kemungkinan yang akan terjadi.

...🌿----------------🌿...

Terpopuler

Comments

Epifania R

Epifania R

jangan terlalu benci close

2024-04-04

0

Nur Evida

Nur Evida

jangan terlalu membenci nanti kamu cinta Close.....

2023-03-16

0

🌹Fina Soe🌹

🌹Fina Soe🌹

benci dan cinta itu beda tipis close....😏

2023-03-15

0

lihat semua
Episodes
1 1. RSK
2 2. RSK
3 3. RSK
4 4. RSK
5 5. RSK
6 6. RSK
7 7. RSK
8 8. RSK
9 9. RSK
10 10. RSK
11 11. RSK
12 12. RSK
13 13. RSK
14 14. RSK
15 15. RSK
16 16. RSK
17 17. RSK
18 18. RSK
19 19. RSK
20 20. RSK
21 21. RSK
22 22. RSK
23 23. RSK
24 24. RSK
25 25. RSK
26 26. RSK
27 Bab 27 : Mengundurkan diri ...
28 Bab 28 : Menunggu waktu saja ...
29 Bab 29 : Aku harap kamu nggak amnesia ...
30 Bab 30 : Aku ingin memastikan ...
31 Bab 31 : Katakan yang sejujurnya ...
32 Bab 32 : Maafkan kami bu ...
33 Bab 33 : Selalu saja kegelapan yang menyambutku ...
34 Bab 34 : Suatu kebetulan ataukah takdir ...
35 Bab 35 : Merasa bersalah ...
36 Bab 36 : Lebih baik kembalikan dia ...
37 Bab 37 : Kesalahpahaman berujung benci ...
38 Bab 38 : Sepertinya ini waktu yang tepat ...
39 Bab 39 : Ada hubungan apa mereka ...?
40 Bab 40 : Menikah karena terpaksa ...
41 Bab 41: Kritis ...
42 Bab 42 : Luapan emosi Azzura ...
43 Bab 43 : Ini belum ada apa-apanya ...
44 Bab 44 : Perginya ibu tercinta ...
45 Bab 45 : Separuh jiwaku seolah pergi ...
46 Bab 46 : Lebih tegar ...
47 Bab 47 : Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca ...?
48 Bab 48 : Nggak ada yang abadi ...
49 Bab 49 : Perasaan ini salah ...
50 Bab 50 : Permintaan Momy ...
51 Bab 51: Jika takdir menyatukan kita ...
52 Bab 53 : Kesempatan itu sudah tertutup ...
53 Bab 54 : Berterus-terang ...
54 Bab 55 : Bakal jadi mantan suami ...
55 Bab 56 : Kembali memergoki ...
56 Bab 57 : Pergilah, menjauhlah dan tinggalkan saja ...
57 Bab 58 : Meninggalkan kota J ...
58 Bab 59 : Terlambat menyesali ....
59 Bab 60 : Kenyataan pahit ...
60 Bab 61 : Frustasi ...?
61 Bab 62 : Harus bagaimana ...
62 Bab 63 : Depresi ...
63 Bab 64 : Jangan membenci tapi doakan ...
64 Bab 65 : Nggak pernah terpikir ...
65 Bab 66 : Ada di mana dirimu ...?
66 Bab 67 : Mulailah menata dan berjanji pada dirimu ...
67 Bab 68 : Kemarahan Momy Lio ...
68 Bab 69 : Tekad dan niat tulus Genta ....
69 Bab 70 : Apa itu sebuah janji ...?
70 Bab 71: Nyekar makam ...
71 Bab 72 : Kekhawatiran Genta ...
72 Bab 73: Sebuah janji ...
73 Bab 74: Pertemuan tak terduga ...
74 Bab 75: Hatiku terlanjur membatu ...
75 Bab 76: Di antara dua pilihan ...
76 Bab 77: Gelisahnya Devan ....
77 Bab 78: Mengetahui kenyataan yang sebenarnya ...
78 Bab 79: Masih nggak berubah ...
79 80. Jangan membuka luka lama ...
80 Bab 81: Ingin menghilangkan ingatanku ...
81 Bab 82: Menagih janji ...?
82 Bab 83: Izinkan aku menjadi imammu ...
83 84. Tetaplah menjadi sandaran bagiku dan Dev ...
84 85. Secercah harapan ...
85 Promo novel baru
86 87. Memohon ...
87 88. Apakah akan sama seperti sebelumnya ...?
88 89. Merasa terharu ...
89 90. Ke Kota J ...
90 91. Apa aku sedang bermimpi ...?
91 92. Berada di posisi serba salah ...
92 93. Siapa gadis beruntung itu ...?
93 94. Semangatku seolah patah ...
94 95. Sedikit cemburu ...
95 96. Dugaanku ternyata benar ...
96 97. Merajut asa menatap masa depan ...
97 98. Merasa terharu sekaligus bahagia ...
98 99. Kenapa takdirku semiris ini ...?
99 100. Modus ...
100 101. Kebahagiaan ku adalah kalian ...
101 102. Kenapa cinta begitu rumit ...?
102 103. Apa kamu baik-baik saja ...?
103 104. Semoga tebakanku benar ...
104 105. Dua garis merah ...
105 106. Merasa Dejavu ...
106 107. Nanti juga kamu akan tahu ...
107 108. Khawatir dan cemas ...
108 109. Tertantang ingin mendekat ...
109 110. Demi tugas negara ...
110 111. Ucapan selamat ...
111 112. Kesal dan cemburu ...
112 113. Coba saja jika dia berani ...
113 114. Semuanya akan baik-baik saja ...
114 115. Harap-harap cemas ...
115 116. Operasi Caesar ...
116 117. Harus puasa minimal setahun ...
117 118. Ingin punya momongan lagi ...
118 119. Anggaplah aku sebagai sahabat atau kakak
119 120. Hidup ini seperti drama ...
120 121. Dia nggak pantas disebut AYAH ...!
121 122. Maafmu sudah terlambat ...
122 123. Terbuat dari apa hatinya ...?
123 124. Pesan Genta untuk Close ...
124 125. Lidahnya mengalahkan tajamnya sebilah pedang ...
125 126. Aku mohon beri aku kesempatan ...
126 127. Tangisan sia-sia ...
127 128. Diam-diam mengagumi
128 129. Sepertinya kamu harus hati-hati padanya ...
129 130. Keputusan tegas Genta ...
130 131. Dipecat ...
131 131. RSK
Episodes

Updated 131 Episodes

1
1. RSK
2
2. RSK
3
3. RSK
4
4. RSK
5
5. RSK
6
6. RSK
7
7. RSK
8
8. RSK
9
9. RSK
10
10. RSK
11
11. RSK
12
12. RSK
13
13. RSK
14
14. RSK
15
15. RSK
16
16. RSK
17
17. RSK
18
18. RSK
19
19. RSK
20
20. RSK
21
21. RSK
22
22. RSK
23
23. RSK
24
24. RSK
25
25. RSK
26
26. RSK
27
Bab 27 : Mengundurkan diri ...
28
Bab 28 : Menunggu waktu saja ...
29
Bab 29 : Aku harap kamu nggak amnesia ...
30
Bab 30 : Aku ingin memastikan ...
31
Bab 31 : Katakan yang sejujurnya ...
32
Bab 32 : Maafkan kami bu ...
33
Bab 33 : Selalu saja kegelapan yang menyambutku ...
34
Bab 34 : Suatu kebetulan ataukah takdir ...
35
Bab 35 : Merasa bersalah ...
36
Bab 36 : Lebih baik kembalikan dia ...
37
Bab 37 : Kesalahpahaman berujung benci ...
38
Bab 38 : Sepertinya ini waktu yang tepat ...
39
Bab 39 : Ada hubungan apa mereka ...?
40
Bab 40 : Menikah karena terpaksa ...
41
Bab 41: Kritis ...
42
Bab 42 : Luapan emosi Azzura ...
43
Bab 43 : Ini belum ada apa-apanya ...
44
Bab 44 : Perginya ibu tercinta ...
45
Bab 45 : Separuh jiwaku seolah pergi ...
46
Bab 46 : Lebih tegar ...
47
Bab 47 : Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca ...?
48
Bab 48 : Nggak ada yang abadi ...
49
Bab 49 : Perasaan ini salah ...
50
Bab 50 : Permintaan Momy ...
51
Bab 51: Jika takdir menyatukan kita ...
52
Bab 53 : Kesempatan itu sudah tertutup ...
53
Bab 54 : Berterus-terang ...
54
Bab 55 : Bakal jadi mantan suami ...
55
Bab 56 : Kembali memergoki ...
56
Bab 57 : Pergilah, menjauhlah dan tinggalkan saja ...
57
Bab 58 : Meninggalkan kota J ...
58
Bab 59 : Terlambat menyesali ....
59
Bab 60 : Kenyataan pahit ...
60
Bab 61 : Frustasi ...?
61
Bab 62 : Harus bagaimana ...
62
Bab 63 : Depresi ...
63
Bab 64 : Jangan membenci tapi doakan ...
64
Bab 65 : Nggak pernah terpikir ...
65
Bab 66 : Ada di mana dirimu ...?
66
Bab 67 : Mulailah menata dan berjanji pada dirimu ...
67
Bab 68 : Kemarahan Momy Lio ...
68
Bab 69 : Tekad dan niat tulus Genta ....
69
Bab 70 : Apa itu sebuah janji ...?
70
Bab 71: Nyekar makam ...
71
Bab 72 : Kekhawatiran Genta ...
72
Bab 73: Sebuah janji ...
73
Bab 74: Pertemuan tak terduga ...
74
Bab 75: Hatiku terlanjur membatu ...
75
Bab 76: Di antara dua pilihan ...
76
Bab 77: Gelisahnya Devan ....
77
Bab 78: Mengetahui kenyataan yang sebenarnya ...
78
Bab 79: Masih nggak berubah ...
79
80. Jangan membuka luka lama ...
80
Bab 81: Ingin menghilangkan ingatanku ...
81
Bab 82: Menagih janji ...?
82
Bab 83: Izinkan aku menjadi imammu ...
83
84. Tetaplah menjadi sandaran bagiku dan Dev ...
84
85. Secercah harapan ...
85
Promo novel baru
86
87. Memohon ...
87
88. Apakah akan sama seperti sebelumnya ...?
88
89. Merasa terharu ...
89
90. Ke Kota J ...
90
91. Apa aku sedang bermimpi ...?
91
92. Berada di posisi serba salah ...
92
93. Siapa gadis beruntung itu ...?
93
94. Semangatku seolah patah ...
94
95. Sedikit cemburu ...
95
96. Dugaanku ternyata benar ...
96
97. Merajut asa menatap masa depan ...
97
98. Merasa terharu sekaligus bahagia ...
98
99. Kenapa takdirku semiris ini ...?
99
100. Modus ...
100
101. Kebahagiaan ku adalah kalian ...
101
102. Kenapa cinta begitu rumit ...?
102
103. Apa kamu baik-baik saja ...?
103
104. Semoga tebakanku benar ...
104
105. Dua garis merah ...
105
106. Merasa Dejavu ...
106
107. Nanti juga kamu akan tahu ...
107
108. Khawatir dan cemas ...
108
109. Tertantang ingin mendekat ...
109
110. Demi tugas negara ...
110
111. Ucapan selamat ...
111
112. Kesal dan cemburu ...
112
113. Coba saja jika dia berani ...
113
114. Semuanya akan baik-baik saja ...
114
115. Harap-harap cemas ...
115
116. Operasi Caesar ...
116
117. Harus puasa minimal setahun ...
117
118. Ingin punya momongan lagi ...
118
119. Anggaplah aku sebagai sahabat atau kakak
119
120. Hidup ini seperti drama ...
120
121. Dia nggak pantas disebut AYAH ...!
121
122. Maafmu sudah terlambat ...
122
123. Terbuat dari apa hatinya ...?
123
124. Pesan Genta untuk Close ...
124
125. Lidahnya mengalahkan tajamnya sebilah pedang ...
125
126. Aku mohon beri aku kesempatan ...
126
127. Tangisan sia-sia ...
127
128. Diam-diam mengagumi
128
129. Sepertinya kamu harus hati-hati padanya ...
129
130. Keputusan tegas Genta ...
130
131. Dipecat ...
131
131. RSK

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!