13. RSK

Apartemen Yoga ....

'Nak mulai detik ini dan seterusnya, ibu titip Azzura padamu. Sayangi, cintai serta didiklah putriku. Ajari juga maafkan dia jika Azzura berbuat salah padamu. Jangan sekali-kali berlaku kasar apalagi main tangan padanya. Sebaiknya kembalikan dia pada ibu daripada kamu melakukan KDRT.'

'Nak, sejak kecil Azzura kami didik dengan baik. Sedikit pun ibu dan almarhum ayahnya nggak pernah menyakiti apalagi membentaknya. Jadi, ibu mohon perlakukanlah Azzura dengan penuh kasih sayang.'

Ucapan terselubung pesan nasehat penuh makna dari bu Isma siang tadi, seolah masih terngiang-ngiang di telinga yoga.

Wajah pucat bu Isma masih terbayang di mata. Saat melihat Azzura menangis terisak dari kejauhan, Yoga merasa ada yang mengganjal di hatinya.

"Azzura apa sebenarnya yang kamu sembunyikan," gumam yoga sambil memijat pangkal hidungnya. "Sorat mata indahmu menyiratkan begitu banyak kesedihan di dalamnya."

"Entah mengapa aku sangat mengkhawatirkan dirimu. Aku merasa seperti diberi tanggung jawab oleh ibumu, pesannya tadi menyiratkan makna."

Asik dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba ia tersentak kaget saat pundaknya ditepuk keras oleh seseorang.

"Yoga, apa yang sedang kamu pikirkan?"

Yoga berbalik menatap sang pemilik suara. "Kak Farhan."

Yoga kembali mengarahkan pandangan ke depan. Sedangkan Farhan berdiri disampingnya.

"Nggak langsung pulang Kak?" Yoga balik bertanya.

"Nggak, kebetulan aku lewat sini. Jadi sekalian mampir," jawab sang kakak dengan seulas senyum. "Kamu belum menjawabku."

Yoga terkekeh. "Mau tahu atau mau tahu banget," kelakar Yoga lalu meninju pelan lengan Farhan. "Hayooo, penasaran, ya."

"Apaan sih, Ga," dalih Farhan seraya menoyor kepala Yoga disertai tawa.

"Aku lagi mikirin jodoh buat Kak Farhan," kelakar Yoga lagi.

"Mikirin jodoh buatku? Apa aku nggak salah dengar? Sebaiknya kamu saja yang memikirkan jodohmu sendiri," ledek Farhan lalu kembali menoyor kepala Yoga.

"Zaman sekarang sulit menemukan cewek yang setia, Kak. Apalagi yang good attitude," aku Yoga disertai hela nafas.

"Hmm, kamu benar," sahut Farhan sembari memejamkan mata sejenak.

"Oh ya, Kak, bagaimana hubungan Kak Farhan dengan kak Aida? Apa baik-baik saja? Kapan Kakak akan melamarnya!" cecar Yoga.

"Entahlah, aku belum siap serta belum yakin," jawab Farhan. Ah, sudahlah, aku malas membahasnya, lagian aku masih ingin bebas dan nggak mau terikat dengan suatu hubungan serius."

Yoga menghela nafas, untuk yang kesekian kalinya jawaban sang kakak tetap sama.

.

.

.

Subuh dini hari ....

Setelah melaksanakan shalat subuh, Azzura lanjut membuat sarapan juga menyeduh kopi untuk suaminya.

Meski Close menyatakan tak akan menyentuh makanan yang ia masak, pikirnya nggak ada salahnya mencoba. Siapa tahu sang suami bakal mencicipinya walau hanya sedikit.

Seusai membuat sarapan, Azzura menata makanan dengan rapi makanan serta kopi di atas meja makan. Ia kemudian lanjut membersihkan diri.

Satu jam berlalu ....

Azzura sedang duduk di kursi meja makan sembari memejamkan ojol. Tak lama berselang dari lantai dua, Close memperhatikan Azzura yang sedang asik menatap layar ponselnya.

Close tersenyum sinis. Menuruni anak tangga kemudian berlalu meninggalkan Azzura. Ketika pria blasteran itu berada di ambang pintu, langkahnya terhenti ketika Azzura memanggilnya.

"Close, sarapanlah dulu atau paling nggak, cicipilah kopi ini," tawar Azzura.

Close memutar badan seraya menghampiri Azzura. Begitu berada di meja makan, ia meraih cangkir kopi lalu ....

Nyesss ....

Close menumpahkan kopi itu di atas kepala Azzura. Merasa belum puas, sang suami kemudian menghambur semua yang tersaji di atas meja.

Prak!

Prak!

Suara berisik piring juga gelas seketika memecah keheningan pagi. Azzura mematung memandangi semua makanan serta pecahan piring yang berserakan di atas lantai ubin.

"Apa kamu tahu? Di luaran sana masih banyak orang yang kurang beruntung ingin menikmati makanan seperti ini. Tapi, kamu dengan angkuh menghambur semuanya hingga nggak berbentuk. Akan ada masanya kamu ingin mencicipi makanan hasil olahan tanganku sendiri. Tapi, saat kamu menginginkan, mungkin aku nggak akan pernah memasak lagi," tutur Azzura kemudian berlalu meninggalkan Close.

Close bergeming mendengar penuturan Azzura barusan. Sedetik kemudian ia tersenyum sinis sekaligus melanjutkan langkah menuju garasi.

"Mencicipi masakan darimu? Hanya dalam mimpimu saja," ejek close kemudian melajukan kendaraannya menuju kantor.

******

Tin ... tin ... tin!

Dengan terburu-buru, Azzura melangkah keluar setelah membersihkan diri sekaligus mengganti pakaiannya.

"Akhh! Kakiku." Azzura mengangkat kaki sekaligus memeriksa telapak kakinya. "Dasar pria laknat!" maki Azzura seraya mencabut pecahan kaca di kaki.

Sambil menahan sakit, Azzura berjalan menghampiri bang ojol. "Bang, maaf ya, aku bayar ongkosnya saja, soalnya aku nggak jadi memakai jasa Abang," sesal Azzura.

"Nggak apa-apa, Mbak," kata bang ojol.

"Bang, ini ambil saja ongkosnya sisanya buat Abang saja," timpal Azzura seraya memberikan uang itu pada bang ojol. "Sekali lagi maaf ya, Bang."

"Iya, nggak apa-apa, Mbak," kata bang ojol lagi kemudian menerima uang itu dari Azzura.

Sepeninggal bang ojol, Azzura kembali ke dalam rumah kemudian membersihan semua pecahan kaca hingga bersih.

"Pria laknat! Jika bukan karena ibuku membutuhkan biaya pengobatan, mana mau aku menikah denganmu!" gerutu Azzura kesal.

Selesai membersihkan, ia mengirim pesan pada Nanda untuk segera menjemputnya.

Sambil menunggu Nanda, Azzura memilih duduk di sofa sembari memindai seluruh ruangan rumah.

Ia menghela nafas sembari menyandarkan kepala di sandaran sofa. Matanya kini berkaca-kaca mengingat kelakuan kasar suaminya tadi.

"Jika kamu nggak ingin mencicipi makanan itu, setidaknya jangan menghamburnya," ucap lirih Azzura. "Setidaknya makanan itu bisa dibagikan kepada pemulung. Apa yang membuatmu sangat membenciku? Sejak zaman kuliah, kamu selalu saja menghukum serta menghinaku tanpa alasan yang jelas. Parahnya lagi itu kamu lakukan di hadapan teman-temanmu."

Tak lama kemudian, Azzura segera beranjak dari sofa setelah mendengar suara klakson motor. Sesaat setelah berada di luar rumah ia menghampiri Nanda.

"Zu, maaf aku telat," sesal Nanda.

"Nggak apa-apa," balas Azzura. "Yuk ... Gas pool!" Gadis berhijab itu menepuk pundak sang sahabat.

Nanda langsung tancap gas menuju cafe tempat keduanya bekerja. Di sepanjang perjalanan mereka mengobrol santai bahkan sesekali tertawa cekikikan. Ketika berada di lampu merah, Nanda menggerutu kesal.

"Haish, lampu merah lagi, menyebalkan!"

"Nggak usah ngomel, Nek, nanti cantiknya luntur ... hahaha!" Azzura tergelak.

Di samping motor mereka ada sebuah mobil. Dari balik jendela kendaraan itu, seseorang terus saja memperhatikan Azzura disertai senyum penuh arti.

Begitu lampu berganti warna, Nanda kembali melajukan motornya menuju cafe.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Epifania R

Epifania R

cocok Thor namanya closet bukan close

2024-04-05

0

Hida Paridah12

Hida Paridah12

aku jadi kesel banget ama close.

2023-03-27

0

lihat semua
Episodes
1 1. RSK
2 2. RSK
3 3. RSK
4 4. RSK
5 5. RSK
6 6. RSK
7 7. RSK
8 8. RSK
9 9. RSK
10 10. RSK
11 11. RSK
12 12. RSK
13 13. RSK
14 14. RSK
15 15. RSK
16 16. RSK
17 17. RSK
18 18. RSK
19 19. RSK
20 20. RSK
21 21. RSK
22 22. RSK
23 23. RSK
24 24. RSK
25 25. RSK
26 26. RSK
27 Bab 27 : Mengundurkan diri ...
28 Bab 28 : Menunggu waktu saja ...
29 Bab 29 : Aku harap kamu nggak amnesia ...
30 Bab 30 : Aku ingin memastikan ...
31 Bab 31 : Katakan yang sejujurnya ...
32 Bab 32 : Maafkan kami bu ...
33 Bab 33 : Selalu saja kegelapan yang menyambutku ...
34 Bab 34 : Suatu kebetulan ataukah takdir ...
35 Bab 35 : Merasa bersalah ...
36 Bab 36 : Lebih baik kembalikan dia ...
37 Bab 37 : Kesalahpahaman berujung benci ...
38 Bab 38 : Sepertinya ini waktu yang tepat ...
39 Bab 39 : Ada hubungan apa mereka ...?
40 Bab 40 : Menikah karena terpaksa ...
41 Bab 41: Kritis ...
42 Bab 42 : Luapan emosi Azzura ...
43 Bab 43 : Ini belum ada apa-apanya ...
44 Bab 44 : Perginya ibu tercinta ...
45 Bab 45 : Separuh jiwaku seolah pergi ...
46 Bab 46 : Lebih tegar ...
47 Bab 47 : Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca ...?
48 Bab 48 : Nggak ada yang abadi ...
49 Bab 49 : Perasaan ini salah ...
50 Bab 50 : Permintaan Momy ...
51 Bab 51: Jika takdir menyatukan kita ...
52 Bab 53 : Kesempatan itu sudah tertutup ...
53 Bab 54 : Berterus-terang ...
54 Bab 55 : Bakal jadi mantan suami ...
55 Bab 56 : Kembali memergoki ...
56 Bab 57 : Pergilah, menjauhlah dan tinggalkan saja ...
57 Bab 58 : Meninggalkan kota J ...
58 Bab 59 : Terlambat menyesali ....
59 Bab 60 : Kenyataan pahit ...
60 Bab 61 : Frustasi ...?
61 Bab 62 : Harus bagaimana ...
62 Bab 63 : Depresi ...
63 Bab 64 : Jangan membenci tapi doakan ...
64 Bab 65 : Nggak pernah terpikir ...
65 Bab 66 : Ada di mana dirimu ...?
66 Bab 67 : Mulailah menata dan berjanji pada dirimu ...
67 Bab 68 : Kemarahan Momy Lio ...
68 Bab 69 : Tekad dan niat tulus Genta ....
69 Bab 70 : Apa itu sebuah janji ...?
70 Bab 71: Nyekar makam ...
71 Bab 72 : Kekhawatiran Genta ...
72 Bab 73: Sebuah janji ...
73 Bab 74: Pertemuan tak terduga ...
74 Bab 75: Hatiku terlanjur membatu ...
75 Bab 76: Di antara dua pilihan ...
76 Bab 77: Gelisahnya Devan ....
77 Bab 78: Mengetahui kenyataan yang sebenarnya ...
78 Bab 79: Masih nggak berubah ...
79 80. Jangan membuka luka lama ...
80 Bab 81: Ingin menghilangkan ingatanku ...
81 Bab 82: Menagih janji ...?
82 Bab 83: Izinkan aku menjadi imammu ...
83 84. Tetaplah menjadi sandaran bagiku dan Dev ...
84 85. Secercah harapan ...
85 Promo novel baru
86 87. Memohon ...
87 88. Apakah akan sama seperti sebelumnya ...?
88 89. Merasa terharu ...
89 90. Ke Kota J ...
90 91. Apa aku sedang bermimpi ...?
91 92. Berada di posisi serba salah ...
92 93. Siapa gadis beruntung itu ...?
93 94. Semangatku seolah patah ...
94 95. Sedikit cemburu ...
95 96. Dugaanku ternyata benar ...
96 97. Merajut asa menatap masa depan ...
97 98. Merasa terharu sekaligus bahagia ...
98 99. Kenapa takdirku semiris ini ...?
99 100. Modus ...
100 101. Kebahagiaan ku adalah kalian ...
101 102. Kenapa cinta begitu rumit ...?
102 103. Apa kamu baik-baik saja ...?
103 104. Semoga tebakanku benar ...
104 105. Dua garis merah ...
105 106. Merasa Dejavu ...
106 107. Nanti juga kamu akan tahu ...
107 108. Khawatir dan cemas ...
108 109. Tertantang ingin mendekat ...
109 110. Demi tugas negara ...
110 111. Ucapan selamat ...
111 112. Kesal dan cemburu ...
112 113. Coba saja jika dia berani ...
113 114. Semuanya akan baik-baik saja ...
114 115. Harap-harap cemas ...
115 116. Operasi Caesar ...
116 117. Harus puasa minimal setahun ...
117 118. Ingin punya momongan lagi ...
118 119. Anggaplah aku sebagai sahabat atau kakak
119 120. Hidup ini seperti drama ...
120 121. Dia nggak pantas disebut AYAH ...!
121 122. Maafmu sudah terlambat ...
122 123. Terbuat dari apa hatinya ...?
123 124. Pesan Genta untuk Close ...
124 125. Lidahnya mengalahkan tajamnya sebilah pedang ...
125 126. Aku mohon beri aku kesempatan ...
126 127. Tangisan sia-sia ...
127 128. Diam-diam mengagumi
128 129. Sepertinya kamu harus hati-hati padanya ...
129 130. Keputusan tegas Genta ...
130 131. Dipecat ...
131 131. RSK
Episodes

Updated 131 Episodes

1
1. RSK
2
2. RSK
3
3. RSK
4
4. RSK
5
5. RSK
6
6. RSK
7
7. RSK
8
8. RSK
9
9. RSK
10
10. RSK
11
11. RSK
12
12. RSK
13
13. RSK
14
14. RSK
15
15. RSK
16
16. RSK
17
17. RSK
18
18. RSK
19
19. RSK
20
20. RSK
21
21. RSK
22
22. RSK
23
23. RSK
24
24. RSK
25
25. RSK
26
26. RSK
27
Bab 27 : Mengundurkan diri ...
28
Bab 28 : Menunggu waktu saja ...
29
Bab 29 : Aku harap kamu nggak amnesia ...
30
Bab 30 : Aku ingin memastikan ...
31
Bab 31 : Katakan yang sejujurnya ...
32
Bab 32 : Maafkan kami bu ...
33
Bab 33 : Selalu saja kegelapan yang menyambutku ...
34
Bab 34 : Suatu kebetulan ataukah takdir ...
35
Bab 35 : Merasa bersalah ...
36
Bab 36 : Lebih baik kembalikan dia ...
37
Bab 37 : Kesalahpahaman berujung benci ...
38
Bab 38 : Sepertinya ini waktu yang tepat ...
39
Bab 39 : Ada hubungan apa mereka ...?
40
Bab 40 : Menikah karena terpaksa ...
41
Bab 41: Kritis ...
42
Bab 42 : Luapan emosi Azzura ...
43
Bab 43 : Ini belum ada apa-apanya ...
44
Bab 44 : Perginya ibu tercinta ...
45
Bab 45 : Separuh jiwaku seolah pergi ...
46
Bab 46 : Lebih tegar ...
47
Bab 47 : Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca ...?
48
Bab 48 : Nggak ada yang abadi ...
49
Bab 49 : Perasaan ini salah ...
50
Bab 50 : Permintaan Momy ...
51
Bab 51: Jika takdir menyatukan kita ...
52
Bab 53 : Kesempatan itu sudah tertutup ...
53
Bab 54 : Berterus-terang ...
54
Bab 55 : Bakal jadi mantan suami ...
55
Bab 56 : Kembali memergoki ...
56
Bab 57 : Pergilah, menjauhlah dan tinggalkan saja ...
57
Bab 58 : Meninggalkan kota J ...
58
Bab 59 : Terlambat menyesali ....
59
Bab 60 : Kenyataan pahit ...
60
Bab 61 : Frustasi ...?
61
Bab 62 : Harus bagaimana ...
62
Bab 63 : Depresi ...
63
Bab 64 : Jangan membenci tapi doakan ...
64
Bab 65 : Nggak pernah terpikir ...
65
Bab 66 : Ada di mana dirimu ...?
66
Bab 67 : Mulailah menata dan berjanji pada dirimu ...
67
Bab 68 : Kemarahan Momy Lio ...
68
Bab 69 : Tekad dan niat tulus Genta ....
69
Bab 70 : Apa itu sebuah janji ...?
70
Bab 71: Nyekar makam ...
71
Bab 72 : Kekhawatiran Genta ...
72
Bab 73: Sebuah janji ...
73
Bab 74: Pertemuan tak terduga ...
74
Bab 75: Hatiku terlanjur membatu ...
75
Bab 76: Di antara dua pilihan ...
76
Bab 77: Gelisahnya Devan ....
77
Bab 78: Mengetahui kenyataan yang sebenarnya ...
78
Bab 79: Masih nggak berubah ...
79
80. Jangan membuka luka lama ...
80
Bab 81: Ingin menghilangkan ingatanku ...
81
Bab 82: Menagih janji ...?
82
Bab 83: Izinkan aku menjadi imammu ...
83
84. Tetaplah menjadi sandaran bagiku dan Dev ...
84
85. Secercah harapan ...
85
Promo novel baru
86
87. Memohon ...
87
88. Apakah akan sama seperti sebelumnya ...?
88
89. Merasa terharu ...
89
90. Ke Kota J ...
90
91. Apa aku sedang bermimpi ...?
91
92. Berada di posisi serba salah ...
92
93. Siapa gadis beruntung itu ...?
93
94. Semangatku seolah patah ...
94
95. Sedikit cemburu ...
95
96. Dugaanku ternyata benar ...
96
97. Merajut asa menatap masa depan ...
97
98. Merasa terharu sekaligus bahagia ...
98
99. Kenapa takdirku semiris ini ...?
99
100. Modus ...
100
101. Kebahagiaan ku adalah kalian ...
101
102. Kenapa cinta begitu rumit ...?
102
103. Apa kamu baik-baik saja ...?
103
104. Semoga tebakanku benar ...
104
105. Dua garis merah ...
105
106. Merasa Dejavu ...
106
107. Nanti juga kamu akan tahu ...
107
108. Khawatir dan cemas ...
108
109. Tertantang ingin mendekat ...
109
110. Demi tugas negara ...
110
111. Ucapan selamat ...
111
112. Kesal dan cemburu ...
112
113. Coba saja jika dia berani ...
113
114. Semuanya akan baik-baik saja ...
114
115. Harap-harap cemas ...
115
116. Operasi Caesar ...
116
117. Harus puasa minimal setahun ...
117
118. Ingin punya momongan lagi ...
118
119. Anggaplah aku sebagai sahabat atau kakak
119
120. Hidup ini seperti drama ...
120
121. Dia nggak pantas disebut AYAH ...!
121
122. Maafmu sudah terlambat ...
122
123. Terbuat dari apa hatinya ...?
123
124. Pesan Genta untuk Close ...
124
125. Lidahnya mengalahkan tajamnya sebilah pedang ...
125
126. Aku mohon beri aku kesempatan ...
126
127. Tangisan sia-sia ...
127
128. Diam-diam mengagumi
128
129. Sepertinya kamu harus hati-hati padanya ...
129
130. Keputusan tegas Genta ...
130
131. Dipecat ...
131
131. RSK

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!