8. RSK

Bukannya beristirahat atau menikmati liburnya, Close justru memilih ke kantor. Bayangan kebersamaan Azzura dan Yoga beberapa jam yang lalu membuatnya naik pitam juga jengkel.

"Pak, ini proposal dari klien kita tadi," kata Yoga seraya meletakkan proposal tersebut di atas meja .

"Hmm." Close meraih file itu lalu memeriksanya.

"Maaf Pak, jika saya lancang. Seharusnya Bapak beristirahat saja, apalagi Bapak baru saja menikah,” saran Yoga.

Close hanya bergeming tak menanggapi. Sedetik kemudian, ia memberi isyarat supaya Yoga meninggalkan ruangannya.

Yoga menunduk takjim. Namun, alisnya saling bertaut lalu bergumam dalam hati. 'Kok, dia nggak memakai cincin pernikahannya?'

.

.

.

Beberapa jam berlalu di kediaman Close ...

Azzura meringis ketika terbangun dari tidur. Memegang lengannya yang terasa nyeri akibat cengkeraman Close.

Ia melepas jilbab juga bajunya lalu melihat lengannya yang memar. Belum hilang sakit di kepala akibat benturan, kini ia kembali merasakan nyeri di lengan.

Azzura mengenakan kembali baju serta jilbabnya. Memindai ruangan yang ia tempati. Kosong dan tak ada apapun di situ termasuk kamar mandi.

Gadis itu menghela nafas kemudian berdiri. Memutar kunci kamar lalu keluar untuk mengamati keadaan di dalam rumah.

"Syukurlah di dekat dapur ini ada toilet, jadi aku nggak terlalu khawatir jika ingin mandi dan berwudhu."

Karena belum sempat bertanya password pintu rumah, ia memilih berbelanja online dan langsung membayar lewat M-banking.

Sambil menunggu, Azzura memilih melaksanakan shalat zhuhur meski sudah terlambat.

Beberapa jam kemudian ....

Pesanannya pun di antar langsung ke rumah itu. Setelah menerima barang belanjaannya, tak lupa ia berterima kasih pada kurir sekaligus memberikan sedikit tips.

Setelah hampir satu jam menata barang-barang di kamarnya, Azzura menghela nafas lega sekaligus beristirahat sejenak.

"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga," gumamnya lalu menyalakan kipas angin.

Tiga puluh menit berlalu ...

Setelah membersihkan kan diri, Azzura kini sudah bersiap-siap untuk ke rumah sakit. Setelah mengunci pintu kamarnya, ia pun segera menuju pintu utama.

Hanya dengan membayangkan wajah sang ibu, Azzura sudah merasa bahagia bahkan melupakan kesedihannya.

Sebelum benar-benar tiba di rumah sakit, ia singgah sebentar di salah satu restoran untuk membeli makanan. Setelah itu, ia kembali melanjutkan perjalanan hingga tiba di tempat tujuan.

Sambil membawa paper bag berisi box makanan, ia melangkah dengan penuh semangat menghampiri pintu kamar rawat ibunya.

"Ibu, Suster,” sapa Azzura dengan seulas senyum.

"Nona Azzura," sahut suster.

"Zu saja, jangan panggil Nona," kata Azzura.

"Baiklah," jawab suster Tiara.

"Oh ya, aku membawa makanan. Kita makan bareng ya," cetus Azzura lalu mengeluarkan box makanan itu dari dalam paper bag.

Bu Isma hanya tersenyum melihat tingkah putri semata wayangnya itu sambil tersenyum.

"Terima kasih ya, Zu," ucap suster Tiara.

"Sama-sama, Sus, maaf hanya nasi kotak," kata Zu.

"Nggak apa-apa Zu, bagiku ini sudah lebih dari cukup," sahut suster Tiara.

Ketiganya pun melanjutkan makan mereka di selingi obrolan kecil. Setelah selesai menyantap makanan itu, suster Tiara pun berpamitan dan akan digantikan dengan suster Naima.

"Zu, Ibu, aku pamit pulang, ya. Sebentar lagi ada suster Naima yang akan menggantikan," izin suster Tiara.

"Iya, sebelumnya makasih, ya dan ati-hati di jalan," pesan Azzura dan dijawab dengan anggukan oleh suster Tiara.

Sepeninggal suster Tiara, Azzura duduk di kursi samping bed pasien.

"Ibu, maaf, waktuku akan terbagi karena harus mengurus suamiku juga pekerjaanku. Tapi, aku janji setiap malam minggu akan menginap di sini."

"Nggak apa-apa, Nak. Ibu mengerti. Sesekali ajaklah suamimu ke sini," pinta bu Isma.

Azzura hanya mengangguk namum merasa miris.

"Zu, sebentar lagi magrib, pulanglah Nak."

"Nanti saja Bu. Aku masih ingin di sini," tolak Azzura seraya menyandarkan kepala di sisi ranjang.

*******

"Bu, aku pulang," bisik Azzura lalu mencium punggung tangan bu Isma kemudian meninggalkan kamar itu.

Saat melangkahkan kaki, Azzura merenung sambil menghela nafas. Membayangkan rumah Close saja ia langsung bergidik.

"Entah apa lagi yang akan dia lakukan padaku jika pulang jam segini," gumam Azzura lalu menatap jam dilayar ponselnya. "Ini bahkan sudah jam 22.30."

Brukk ...

Azzura menubruk seseorang sekaligus membuat langkahnya terhenti lalu mendongak.

"Ah, Pak dokter, maaf, aku nggak sengaja," ucapnya lirih sembari mengatupkan kedua tangan sebagai permintaan maaf.

"Nggak apa-apa," balas Pak dokter dengan seulas senyum. "Makanya kalau jalan fokus jangan melamun."

Azzura mengangguk pelan kemudian melanjutkan langkahnya.

********

Setibanya di rumah, dengan susah payah Azzura menelan ludah. Jantungnya berdegup kencang karena Close pulang lebih dulu.

Sebelum mengetuk pintu, Azzura menghirup udara sebanyak yang ia bisa demi memenuhi pasokan oksigen ke dalam paru-parunya.

Azzura mengernyit karena beberapa kali ia mengetuk pintu, benda itu tak kunjung dibuka.

Jelas saja pintu rumah tak kunjung dibuka. Karena sang suami sedang asik bercinta dengan kekasihnya.

Suara desa*han, lenguhan serta erangan terdengar saling bersahutan memenuhi kamar Close.

"Arrgghh, Sayang, kamu selalu membuatku merasa puas," bisik Close tepat di telinga Laura.

Tak lama berselang, keduanya saling berpandangan takala mendengar suara ketukan pintu.

"Sayang, itu pasti si gadis barista." Close menyeringai.

"Biar aku saja yang membuka pintu," cetus Laura dengan senyum penuh arti. "Biar dia tahu posisinya ada di mana?" Laura kemudian melilitkan handuk ke tubuh polosnya.

Sedangkan Azzura yang masih berada di depan pintu, masih bersabar menunggu. Begitu pintu terbuka, Azzura sangat terkejut karena yang membuka pintu adalah Laura.

Rambutnya acak-acakan, tanda jejak merah yang menghiasi leher serta dada gadis itu, sudah cukup membuktikan jika ia baru saja berhubungan intim.

Azzura tersenyum sinis sekaligus merasa jijik menatap Laura. Saat akan melangkah, gadis blasteran itu sengaja menghalangi langkah sang barista sehingga membuatnya tersandung lalu terjatuh.

"Apa masalahmu padaku, hah!!" bentak Azzura dengan perasaan geram.

"Azzura!!!" Suara bentakkan Close dari lantai dua terdengar seketika menggelegar di rumah itu. Ia segera menuruni tangga lalu menghampiri sang istri.

"Berani-beraninya kamu membentak Laura, hah!!" bentak Close lagi lalu menampar Azzura kemudian menarik rambutnya yang tertutup hijab.

Azzura meringis sambil menahan hijabnya yang tertarik.

"Sayang, dia juga sengaja menabrak kakiku," ucap Laura sekaligus memprovokasi Close.

"Bohong!! Justru kamu yang sengaja menghalangi jalanku!" Azzura merasa geram.

"Sudah tahu salah masih menyangkal!! Dasar perempuan nggak tahu diri!!!" Close mendorong Azzura dengan keras hingga kepalanya membentur tembok.

"Aakhh!!" Azzura merintih sekaligus merasakan kepalanya pusing. Tanpa banyak bicara, ia melangkah pelan sambil berpegangan pada tembok menuju kamar.

Sedangkan Close dan Laura hanya menatapnya dengan senyum sinis. Laura merasa puas melihat Azzura disakiti oleh suaminya sendiri di depan matanya.

"Sayang, ayo kita lanjut tidur saja," ajak Close seraya merangkul Laura menuju kamar.

Sedangkan Azzura yang kini berada di dalam kamarnya, hanya bisa meringis sambil menangis hingga tertidur.

...🌿----------------🌿...

Jangan lupa like, vote dan komen. Bantu like dan vote setidaknya readers terkasih telah membantu ikut mempromosikan karya author. Terima kasih ... 🙏☺️😘😘

Terpopuler

Comments

Epifania R

Epifania R

dasar closet 👿

2024-04-05

0

Rara Kusumadewi

Rara Kusumadewi

buat close mati ajalah Thor..

2023-05-01

1

Rara Kusumadewi

Rara Kusumadewi

azura sama pak dokter saja

2023-05-01

0

lihat semua
Episodes
1 1. RSK
2 2. RSK
3 3. RSK
4 4. RSK
5 5. RSK
6 6. RSK
7 7. RSK
8 8. RSK
9 9. RSK
10 10. RSK
11 11. RSK
12 12. RSK
13 13. RSK
14 14. RSK
15 15. RSK
16 16. RSK
17 17. RSK
18 18. RSK
19 19. RSK
20 20. RSK
21 21. RSK
22 22. RSK
23 Bab 23 : Rencana ke puncak ...
24 Bab 24 : Kami seperti orang asing ...
25 Bab 25 : Jangan salahkan diriku jika ...?
26 Bab 26 : Jangan sampai kamu menyesal ...
27 Bab 27 : Mengundurkan diri ...
28 Bab 28 : Menunggu waktu saja ...
29 Bab 29 : Aku harap kamu nggak amnesia ...
30 Bab 30 : Aku ingin memastikan ...
31 Bab 31 : Katakan yang sejujurnya ...
32 Bab 32 : Maafkan kami bu ...
33 Bab 33 : Selalu saja kegelapan yang menyambutku ...
34 Bab 34 : Suatu kebetulan ataukah takdir ...
35 Bab 35 : Merasa bersalah ...
36 Bab 36 : Lebih baik kembalikan dia ...
37 Bab 37 : Kesalahpahaman berujung benci ...
38 Bab 38 : Sepertinya ini waktu yang tepat ...
39 Bab 39 : Ada hubungan apa mereka ...?
40 Bab 40 : Menikah karena terpaksa ...
41 Bab 41: Kritis ...
42 Bab 42 : Luapan emosi Azzura ...
43 Bab 43 : Ini belum ada apa-apanya ...
44 Bab 44 : Perginya ibu tercinta ...
45 Bab 45 : Separuh jiwaku seolah pergi ...
46 Bab 46 : Lebih tegar ...
47 Bab 47 : Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca ...?
48 Bab 48 : Nggak ada yang abadi ...
49 Bab 49 : Perasaan ini salah ...
50 Bab 50 : Permintaan Momy ...
51 Bab 51: Jika takdir menyatukan kita ...
52 Bab 52 : Aku mencintai Azzura ...
53 Bab 53 : Kesempatan itu sudah tertutup ...
54 Bab 54 : Berterus-terang ...
55 Bab 55 : Bakal jadi mantan suami ...
56 Bab 56 : Kembali memergoki ...
57 Bab 57 : Pergilah, menjauhlah dan tinggalkan saja ...
58 Bab 58 : Meninggalkan kota J ...
59 Bab 59 : Terlambat menyesali ....
60 Bab 60 : Kenyataan pahit ...
61 Bab 61 : Frustasi ...?
62 Bab 62 : Harus bagaimana ...
63 Bab 63 : Depresi ...
64 Bab 64 : Jangan membenci tapi doakan ...
65 Bab 65 : Nggak pernah terpikir ...
66 Bab 66 : Ada di mana dirimu ...?
67 Bab 67 : Mulailah menata dan berjanji pada dirimu ...
68 Bab 68 : Kemarahan Momy Lio ...
69 Bab 69 : Tekad dan niat tulus Genta ....
70 Bab 70 : Apa itu sebuah janji ...?
71 Bab 71: Nyekar makam ...
72 Bab 72 : Kekhawatiran Genta ...
73 Bab 73: Sebuah janji ...
74 Bab 74: Pertemuan tak terduga ...
75 Bab 75: Hatiku terlanjur membatu ...
76 Bab 76: Di antara dua pilihan ...
77 Bab 77: Gelisahnya Devan ....
78 Bab 78: Mengetahui kenyataan yang sebenarnya ...
79 Bab 79: Masih nggak berubah ...
80 80. Jangan membuka luka lama ...
81 Bab 81: Ingin menghilangkan ingatanku ...
82 Bab 82: Menagih janji ...?
83 Bab 83: Izinkan aku menjadi imammu ...
84 84. Tetaplah menjadi sandaran bagiku dan Dev ...
85 85. Secercah harapan ...
86 Promo novel baru
87 87. Memohon ...
88 88. Apakah akan sama seperti sebelumnya ...?
89 89. Merasa terharu ...
90 90. Ke Kota J ...
91 91. Apa aku sedang bermimpi ...?
92 92. Berada di posisi serba salah ...
93 93. Siapa gadis beruntung itu ...?
94 94. Semangatku seolah patah ...
95 95. Sedikit cemburu ...
96 96. Dugaanku ternyata benar ...
97 97. Merajut asa menatap masa depan ...
98 98. Merasa terharu sekaligus bahagia ...
99 99. Kenapa takdirku semiris ini ...?
100 100. Modus ...
101 101. Kebahagiaan ku adalah kalian ...
102 102. Kenapa cinta begitu rumit ...?
103 103. Apa kamu baik-baik saja ...?
104 104. Semoga tebakanku benar ...
105 105. Dua garis merah ...
106 106. Merasa Dejavu ...
107 107. Nanti juga kamu akan tahu ...
108 108. Khawatir dan cemas ...
109 109. Tertantang ingin mendekat ...
110 110. Demi tugas negara ...
111 111. Ucapan selamat ...
112 112. Kesal dan cemburu ...
113 113. Coba saja jika dia berani ...
114 114. Semuanya akan baik-baik saja ...
115 115. Harap-harap cemas ...
116 116. Operasi Caesar ...
117 117. Harus puasa minimal setahun ...
118 118. Ingin punya momongan lagi ...
119 119. Anggaplah aku sebagai sahabat atau kakak
120 120. Hidup ini seperti drama ...
121 121. Dia nggak pantas disebut AYAH ...!
122 122. Maafmu sudah terlambat ...
123 123. Terbuat dari apa hatinya ...?
124 124. Pesan Genta untuk Close ...
125 125. Lidahnya mengalahkan tajamnya sebilah pedang ...
126 126. Aku mohon beri aku kesempatan ...
127 127. Tangisan sia-sia ...
128 128. Diam-diam mengagumi
129 129. Sepertinya kamu harus hati-hati padanya ...
130 130. Keputusan tegas Genta ...
131 131. Dipecat ...
132 132. Beda level ...
133 133. Sudah dikembalikan ke habitat asalnya ...
134 134. Apa kamu punya rencana lain
135 135. Final ...
136 Bonchap 1
137 Bonchap 2
138 Bonchap 3
139 Bonchap 4
140 Bonchap 5
141 Bonchap 6
142 Bonchap 7
143 Bonchap 8
144 Bonchap 9
145 Bonchap 10
146 Bonchap 11
147 Bonchap 12
148 Bonchap 13
149 Bonchap 14
150 Bonchap 15
151 Bonchap 16
152 Bonchap 17
153 Bonchap 18
154 Bonchap 19
155 Bonchap 20
156 Bonchap 21
157 Bonchap 22
158 Bonchap 23
159 Bonchap 24
160 Bonchap 25 Final story' of Retaknya Sebuah Kaca
161 Promo novel baru
Episodes

Updated 161 Episodes

1
1. RSK
2
2. RSK
3
3. RSK
4
4. RSK
5
5. RSK
6
6. RSK
7
7. RSK
8
8. RSK
9
9. RSK
10
10. RSK
11
11. RSK
12
12. RSK
13
13. RSK
14
14. RSK
15
15. RSK
16
16. RSK
17
17. RSK
18
18. RSK
19
19. RSK
20
20. RSK
21
21. RSK
22
22. RSK
23
Bab 23 : Rencana ke puncak ...
24
Bab 24 : Kami seperti orang asing ...
25
Bab 25 : Jangan salahkan diriku jika ...?
26
Bab 26 : Jangan sampai kamu menyesal ...
27
Bab 27 : Mengundurkan diri ...
28
Bab 28 : Menunggu waktu saja ...
29
Bab 29 : Aku harap kamu nggak amnesia ...
30
Bab 30 : Aku ingin memastikan ...
31
Bab 31 : Katakan yang sejujurnya ...
32
Bab 32 : Maafkan kami bu ...
33
Bab 33 : Selalu saja kegelapan yang menyambutku ...
34
Bab 34 : Suatu kebetulan ataukah takdir ...
35
Bab 35 : Merasa bersalah ...
36
Bab 36 : Lebih baik kembalikan dia ...
37
Bab 37 : Kesalahpahaman berujung benci ...
38
Bab 38 : Sepertinya ini waktu yang tepat ...
39
Bab 39 : Ada hubungan apa mereka ...?
40
Bab 40 : Menikah karena terpaksa ...
41
Bab 41: Kritis ...
42
Bab 42 : Luapan emosi Azzura ...
43
Bab 43 : Ini belum ada apa-apanya ...
44
Bab 44 : Perginya ibu tercinta ...
45
Bab 45 : Separuh jiwaku seolah pergi ...
46
Bab 46 : Lebih tegar ...
47
Bab 47 : Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca ...?
48
Bab 48 : Nggak ada yang abadi ...
49
Bab 49 : Perasaan ini salah ...
50
Bab 50 : Permintaan Momy ...
51
Bab 51: Jika takdir menyatukan kita ...
52
Bab 52 : Aku mencintai Azzura ...
53
Bab 53 : Kesempatan itu sudah tertutup ...
54
Bab 54 : Berterus-terang ...
55
Bab 55 : Bakal jadi mantan suami ...
56
Bab 56 : Kembali memergoki ...
57
Bab 57 : Pergilah, menjauhlah dan tinggalkan saja ...
58
Bab 58 : Meninggalkan kota J ...
59
Bab 59 : Terlambat menyesali ....
60
Bab 60 : Kenyataan pahit ...
61
Bab 61 : Frustasi ...?
62
Bab 62 : Harus bagaimana ...
63
Bab 63 : Depresi ...
64
Bab 64 : Jangan membenci tapi doakan ...
65
Bab 65 : Nggak pernah terpikir ...
66
Bab 66 : Ada di mana dirimu ...?
67
Bab 67 : Mulailah menata dan berjanji pada dirimu ...
68
Bab 68 : Kemarahan Momy Lio ...
69
Bab 69 : Tekad dan niat tulus Genta ....
70
Bab 70 : Apa itu sebuah janji ...?
71
Bab 71: Nyekar makam ...
72
Bab 72 : Kekhawatiran Genta ...
73
Bab 73: Sebuah janji ...
74
Bab 74: Pertemuan tak terduga ...
75
Bab 75: Hatiku terlanjur membatu ...
76
Bab 76: Di antara dua pilihan ...
77
Bab 77: Gelisahnya Devan ....
78
Bab 78: Mengetahui kenyataan yang sebenarnya ...
79
Bab 79: Masih nggak berubah ...
80
80. Jangan membuka luka lama ...
81
Bab 81: Ingin menghilangkan ingatanku ...
82
Bab 82: Menagih janji ...?
83
Bab 83: Izinkan aku menjadi imammu ...
84
84. Tetaplah menjadi sandaran bagiku dan Dev ...
85
85. Secercah harapan ...
86
Promo novel baru
87
87. Memohon ...
88
88. Apakah akan sama seperti sebelumnya ...?
89
89. Merasa terharu ...
90
90. Ke Kota J ...
91
91. Apa aku sedang bermimpi ...?
92
92. Berada di posisi serba salah ...
93
93. Siapa gadis beruntung itu ...?
94
94. Semangatku seolah patah ...
95
95. Sedikit cemburu ...
96
96. Dugaanku ternyata benar ...
97
97. Merajut asa menatap masa depan ...
98
98. Merasa terharu sekaligus bahagia ...
99
99. Kenapa takdirku semiris ini ...?
100
100. Modus ...
101
101. Kebahagiaan ku adalah kalian ...
102
102. Kenapa cinta begitu rumit ...?
103
103. Apa kamu baik-baik saja ...?
104
104. Semoga tebakanku benar ...
105
105. Dua garis merah ...
106
106. Merasa Dejavu ...
107
107. Nanti juga kamu akan tahu ...
108
108. Khawatir dan cemas ...
109
109. Tertantang ingin mendekat ...
110
110. Demi tugas negara ...
111
111. Ucapan selamat ...
112
112. Kesal dan cemburu ...
113
113. Coba saja jika dia berani ...
114
114. Semuanya akan baik-baik saja ...
115
115. Harap-harap cemas ...
116
116. Operasi Caesar ...
117
117. Harus puasa minimal setahun ...
118
118. Ingin punya momongan lagi ...
119
119. Anggaplah aku sebagai sahabat atau kakak
120
120. Hidup ini seperti drama ...
121
121. Dia nggak pantas disebut AYAH ...!
122
122. Maafmu sudah terlambat ...
123
123. Terbuat dari apa hatinya ...?
124
124. Pesan Genta untuk Close ...
125
125. Lidahnya mengalahkan tajamnya sebilah pedang ...
126
126. Aku mohon beri aku kesempatan ...
127
127. Tangisan sia-sia ...
128
128. Diam-diam mengagumi
129
129. Sepertinya kamu harus hati-hati padanya ...
130
130. Keputusan tegas Genta ...
131
131. Dipecat ...
132
132. Beda level ...
133
133. Sudah dikembalikan ke habitat asalnya ...
134
134. Apa kamu punya rencana lain
135
135. Final ...
136
Bonchap 1
137
Bonchap 2
138
Bonchap 3
139
Bonchap 4
140
Bonchap 5
141
Bonchap 6
142
Bonchap 7
143
Bonchap 8
144
Bonchap 9
145
Bonchap 10
146
Bonchap 11
147
Bonchap 12
148
Bonchap 13
149
Bonchap 14
150
Bonchap 15
151
Bonchap 16
152
Bonchap 17
153
Bonchap 18
154
Bonchap 19
155
Bonchap 20
156
Bonchap 21
157
Bonchap 22
158
Bonchap 23
159
Bonchap 24
160
Bonchap 25 Final story' of Retaknya Sebuah Kaca
161
Promo novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!