Kekasihku Iblis yang Baik Hati
Suara tangis perempuan yang sedang mengandung itu memecahkan keheningan malam itu di kontrakan rumah. Rania namanya, sedang mengandung usia lima bulan. Dia mengalami kekerasan oleh lelaki yang pernah berkata akan sehidup semati dengannya. Lelaki yang berkata akan tanggung jawab saat menodainya. Lelaki yang berkata akan selalu bersamanya saat berkali-kali menyetubuhinya. Namun semua untaian kata itu palsu belaka. Kini hanya ada isak tangis pesakitan yang ditanggung oleh Rania.
“Sampai kapan, ya Tuhan, aku harus seperti ini? Gavin selalu memukuliku tanpa sebab yang jelas setiap kali ingat hasil USG terakhir dokter mengatakan calon bayi ini perempuan. Apa salahku? Apa salah bayi ini? Aku harus bagaimana?” Rania bergumam dengan suara yang sumbang di tengah isak tangis yang belum juga reda.
Masa depan Rania di usia dua puluh enam tahun terasa suram karena kejadian ini. Gavin memang menjanjikan tanggung jawab dan saat ini Rania berada di rumah kontrakan Jakarta tempat Gavin menampungnya, tetapi apakah tanggung jawab seperti ini? Prewedding sudah mereka lakukan dan syukuran di rumah orang tua Rania sudah dilaksanakan, tetapi Gavin mendustai Rania dengan janji pernikahan yang indah. Cinta selama lima tahun itu pun mulai pudar karena adanya perempuan lain.
Rania Kusuma merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Lahir dari keluarga sederhana membuatnya sudah terbiasa dengan hal yang susah. Namun ada satu hal yang membuat hidup Rania tidak senormalnya manusia biasa. Memiliki kemampuan di luar akal manusia bukan merupakan keinginan Rania, mungkin karena keturunan dari kakek dan buyutnya.
Sejak usia lima tahun, Rania mulai menyadari kemampuannya melihat makhluk gaib. Awalnya bermula saat Rania marah kepada papanya dan duduk diam di tangga rumah menuju ke lantai atas. Saat itu, hari menjelang petang atau yang sering disebut magrib.
Rania duduk di tangga tanpa menyadari ada sesuatu yang berada di belakangnya. Saat menoleh ke belakang, Rania melihat ada sosok perempuan berambut panjang hingga menjuntai sampai ke tangga dan mengenakan daster putih yang berlumuran tanah seperti agak cokelat muda kotor. Rania yang masih kecil terkejut karena ini kali pertamanya melihat sesuatu yang menurut Rania sangat aneh dan menyeramkan. Awalnya Rania kecil mengira itu mamanya, tetapi saat dia mendengar suara mama dari dapur sedang memasak, Rania akhirnya sadar itu adalah makhluk tak kasat mata. Tiba-tiba makhluk gaib itu menghilang dan meninggalkan suara tawa melengking membuatnya ketakutan dan langsung lari ke ruang tamu.
Setelah kejadian itu, Rania sering melihat makhluk gaib. Mulai dari yang wujudnya biasa saja, hingga wujud yang aneh dan menakutkan. Rania pernah cerita kepada papa dan mamanya, tetapi mereka seolah tidak percaya. Bahkan semakin hari, semakin bertambah tahun, Rania mencoba menceritakan ke teman sekolahnya pun tidak ada yang percaya dan akhirnya Rania mulai sendirian. Semua orang menghindarinya karena dianggap aneh.
Kadang Rania menangis dan merasa tersiksa karena dia tidak pernah menginginkan apa yang bisa dia lihat saat ini. Rania juga tidak pernah berharap mempunyai kelebihan yang tidak wajar seperti ini. Semua berjalan dengan tertatih-tatih meski dalam studi Rania termasuk pandai, tetapi dalam sosial pertemanan sangat terbatas. Hingga akhirnya saat ini Rania menjalani kehidupan yang salah.
Tiba-tiba suara pintu terbuka dan seorang lelaki masuk ke dalam. Rania mengira kalau orang itu tidak akan kembali ke kontrakan setelah marah-marah, tetapi Gavin kembali.
“Nangis lagi, hah?! Dasar cengeng! Gue udah bilang mending lu cari kerjaan aja bantu gue! Mana bunting begitu bikin gue pusing aja! Gue bilang suruh beresin juga lu yang nggak mau! Nyusahin aja!” Gavin kembali ke kontrakan dan menemukan Rania masih menangis di atas kasur ukuran 160 x 200 cm itu padahal sudah sejam yang lalu Gavin meninggalkan kontrakan.
Suara isak tangis Rania masih terdengar mesti sudah mencoba untuk berhenti menangis. Rania takut kalau Gavin akan kalap mata lagi dengan memukul wajah atau tubuhnya. Gavin yang dahulu terlihat baik meski sering berselingkuh, sekarang menjadi menakutkan. Tidak segan-segan Gavin memukuli Rania jika marah.
“Masih nggak mau diem, hah?! Mau dicambuk lagi, ya?!”
Gavin melepas sabuk yang ada di pinggangnya, lalu segera mengayunkan dengan cepat ke arah Rania, mengenai lengan Rania hingga merah dan terasa perih nyeri yang luar biasa. Rania menangis sambil meringkuk melindungi perutnya. Di sana calon bayinya dalam ancaman karena Gavin memang tidak menginginkan hal itu.
“Ampun! Ampun, Pii ….” Rania meringis kesakitan karena kelakuan Gavin yang dia sebut ‘Pii’. Satu cambukkan dari ikat pinggang itu sudah Rania rasakan dan begitu sakit, tetapi lebih sakit hati Rania yang menyadari saat ini pilihan hidup semakin sulit dan tidak bisa pergi dari Gavin karena keluarganya pun tidak mau menerima dirinya.
“Oke, gue ampuni, kalau gitu ....” Gavin menyeringai menatap Rania. Rania pun ketakutan dan menundukkan wajah tidak berani melihat ke arah Gavin. Gavin pun membelai wajah Rania yang masih ketakutan. Gavin pun tega membuat Rania sebagai alat pemuas keinginannya, padahal kandungan Rania sudah mulai membesar. Pasrah, hanya kata itu yang Rania bisa lakukan.
Gavin menyembunyikan banyak hal yang akhirnya Rania ketahui. Saat terlelap dalam tidur, Rania memeriksa ponsel Gavin dan menemukan banyak pesan mesra bahkan beberapa foto dan video syur dengan perempuan yang selama ini meneror di media sosialnya. Rania kembali merasakan nyeri di benaknya. Sudah mengorbankan masa mudanya selama ini untuk Gavin, keluar dari tempat kerja karena banyak orang yang menentang kisah cintanya dengan Gavin, lalu merasa bersalah atas meninggalnya papa Rania yang sakit dua bulan sebelum Rania dinyatakan hamil, lengkap sudah penderitaan Rania. Gavin hanya menjanjikan hal manis dan nyatanya hanya sakit yang Rania rasakan. Sepanjang malam Rania tidak bisa memejamkan matanya karena
Pagi harinya, Rania menegur Gavin sebelum berangkat ke kantor. “Pii ... siapa perempuan bernama Pramayu Larasati yang menghubungimu tadi malam?” tanya Rania yang justru membuat Gavin marah.
“Dasar perempuan tidak tahu diuntung! Ngapain buka-buka handphone gue! Lu mau jadi mata-mata, ya?! Udah, denger aja! Iya, gue punya pacar namanya Pramayu Larasati dan dia jauh lebih cantik, putih, mulus, pintar, penyanyi dangdut, dan juga kaya raya. Beda jauh sama lu yang nyusahin doang!” Gavin kembali melontarkan kalimat-kalimat racun yang makin menyakiti perasaan Rania.
“Gavin ... Kenapa kamu tega seperti itu padaku? Salahku apa?”
“Salah lu? Banyak! Ngapain geledah hape gue?! Dasar! Udah dipelihara, dikasih makan, gue udah baik mau ambil lu dari rumah daripada lu diusir, masih aja nggak tahu terima kasih!” Gavin kembali melayangkan tangannya ke pipi mulus milik Rania yang dahulu selalu diusap lembut oleh lelaki. Rania menahan sakit hati dan sakit fisik karena tahu kalau Gavin akan kembali marah kalau
Apakah ini yang dinamakan cinta? Apakah semenyakitkan ini mempertahankan sang buah hati yang tidak dikehendaki oleh pasangan? Rania tahu kalau dia pernah salah, setidaknya saat ini perempuan yang hampir kehilangan pengharapan itu bertahan demi bayinya. Dia tidak mau berbuat dosa lagi dengan mengikuti kemauan Gavin dan ibunya Rania untuk menggugurkan kandungan. Rania memilih jalan berliku dan pahit untuk dijalani daripada membunuh bayinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Pena dua jempol
😭😭😭 meninggalkan jejak dulu di sini 🫰🏼 aku suka genre horor romance
2024-10-21
0
RAMBE NAJOGI
Rens cyank ufy baru mampir....
cimunguuuuutttt😘😘
2023-01-05
1
Anisha Andriyana Bahri
duh g bs move on aq dr bima nih.. gmn kelanjutanya sm ningsih ya ,😫 kok mlh jdinya ke sini
2023-01-04
2