Mencinta Tanpa Batas
Gea menarik nafas dan membuangnya kasar.Kentara sekali gurat kegelisahan diwajahnya.Diliriknya jam tangan yang dipakainya.Sudah menunjukkan pukul 17.15.Sedang orang yang ditunggunya sejak satu jam yang lalu belum juga menampakkan batang hidungnya.
Gea Anastyana.Nama yang sederhana.Sesederhana orangnya.Tidak banyak menuntut dan tidak ingin berpikir buruk tentang orang lain.Disudut warkop sederhana ini kini ia sedang menunggu seseorang.Meski telah satu jam lebih ia menunggu ia tetap mencoba bersabar.
Dan senyumnya tersungging indah di bibir manisnya manakala matanya menangkap bayangan seseorang yang berjalan cepat ke arahnya.
"Maaf ya aku telat lama banget.Tadi nyelesein bongkar muatan pakan dulu soalnya"kata Teo.
Yah,namanya Teo Maradika.Seorang lelaki yang saat ini bekerja di sebuah peternakan.Dia adalah calon suami Gea.
"Iya gapapa"balas Gea tersenyum manis.
"Ada masalah apa"tanya Teo setelah Gea menyodorkan segelas es teh dihadapannya.
Gea menarik nafas sejenak.Matanya sayu menatap wajah tampan yang ada dihadapannya.
"Gimana rencana nikahan kita kak"tanya Gea.
"Ya ga gimana gimana juga.Tetep kita jalani seperti rencana awal.Kita tetep nikah besok tanggal 7 November"kata Teo.
"Apa kak Teo yakin?"
Netra Gea menatap dalam ke manik mata Teo.Dapat ia lihat ada sorot kembimbangan disana.Sementara Teo hanya tersenyum tipis mendengar pertanyaan Gea.
"Lebih baik kita ga usah ketemu sampe hari pernikahan kalo kamu masih ragu.Seberapa banyak kamu bertanya,jawaban aku akan tetap sama.Aku akan tetap nikah sama kamu"
Teo berhenti sejenak.Ia mengambil gelas minuman dihadapannya dan meneguknya untuk mengurangi hawa panas yang mendera.
"Jadi tolong,buang jauh jauh prasangka buruk kamu.Aku ga akan pernah lari dari pernikahan ini"lanjutnya."please.tolong percaya."
Gea tersenyum mendengar ucapan Teo."Iya kak maaf.Bukan aku ga percaya kak,tapi aku takut kak"ujarnya.
Teo tersenyum tipis,diraihnya tangan Gea yang ada di atas meja lalu digenggamnya lembut.
"Wajar kalo kamu takut.Hanya saja tolong percaya kalo aku ga akan lari dari semua ini.Aku memang berandalan,tapi aku juga masih punya prinsip.Bagiku pantang untuk mengingkari apa yang sudah aku janjikan"
Gea tersenyum hangat.Dibalasnya genggaman tangan Teo dengan lebih erat.
"Aku hanya takut kak,semua ini masih terasa seperti mimpi.Apa aku pantas untuk bersama kak Teo?"tanya Gea lirih.
Wajar bagi Gea merasa rendah diri dengan situasi yang dihadapinya.Teo,seorang pemuda dengan wajah tampannya yang banyak digilai para gadis.Bahkan barisan para mantan yang notabene gadis gadis cantik masih banyak yang mengantri untuk kembali bersamanya.Sedangkan Gea?
Gea hanya gadis sederhana.Wajahnya sangat jauh dari kata ayu.Berbanding jauh dengan para mantan dari seorang Teo Maradika.Apalagi kehidupan keluarganya yang broken home,menambah kadar kerendahan dirinya.Merasa begitu banyak kekurangan dalam dirinya untuk bisa bersanding dengan Teo.Tapi tak bisa dipungkiri,hatinya telah terikat jauh dengan pesona Teo.
Teo semakin erat menggenggam jemari Gea.Hatinya berdesir mendengar ungkapan lirih dari calon istrinya itu.Ada satu rasa yang tak bisa ia jelaskan disini.Jangankan menjelaskan,bahkan ia pun tak bisa mengerti dengan apa yang ia sendiri rasakan.
"Ge,lihat aku"pintanya.
Ditatapnya wajah sendu Gea yang kini juga menatapnya."Jangan lagi dengarkan apa yang orang lain katakan.Kita yang akan ngejalanin,mereka cuma bisa ngeliat tanpa pernah tau keadaan kita.Jadi aku minta,tetep jaga kewarasan otak sama hati kita.Jangan sampe kita kebawa sama omongan orang.Ngerti kan maksud aku?"
Bukan Teo tak mengerti dengan apa yang dirasakan Gea.Ia pun paham.Tapi baginya bukan mereka dengan segala omongan buruknya yang harus ia pikirkan kini.Melainkan pernikahannya dengan Gea.Itu yang jadi prioritasnya sekarang
Teo tau kalo ada mantan kekasihnya dulu yang masih ingin kembali bersamanya.Bahkan ia juga tau kalo ada beberapa mantannya yang sengaja mengganggu Gea agar Gea meninggalkannya.Teo pun sebenarnya malas menanggapinya.Kenapa dulu meninggalkannya tapi sekarang saat ia ingin berlabuh mereka malah menghampirinya lagi.
Sungguh keadaan yang meresahkan.
Namun,bagaimanapun keadaannya Teo tetap berpegang pada janjinya.Janji untuk mengikat diri dalam sebuah pernikahan bersama Gea.Entah bagaimana awalnya ia pun tak menyadarinya.Yang jelas ia merasa nyaman hanya dengan Gea.
Dan pada akhirnya Gea pun merasa jauh lebih tenang setelah mendengar apa yang dikatakan Teo.Calon suaminya itu memang selalu berpikir panjang.Beda dengannya yang selalu gampang terbawa emosi.
"Kak Teo udah makan belom?"tanya Gea.
"Belum sempet,tadi habis bongkar langsung siap siap kesini sih"jawabnya.
"Aku pesenin bebek goreng yah,aku juga laper kak"ujar Gea.
Teo menganngguk merespon perkataan Gea.Terselip rasa senang karena Gea selalu tau dengan apa yang ia senangi.Hatinya penuh rasa syukur.Gea memang tak secantik para mantannya,tapi kasih dan perhatian yang tulus dari seorang Gea belum pernah ia dapatkan dari para kekasihnya dulu.
Gea pun memesan dua porsi bebek bakar.Tiga bulan menjalin hubungan dengan Teo sedikit banyaknya membuatnya tau apa yang disukai oleh Teo.
Seraya menunggu pesanan datang,keduanya membicarakan persiapan pernikahannya yang hanya tinggal dua minggu lagi.
"Apa yang kamu inginkan sebagai mahar Ge"tanya Teo.
"Semua itu sih terserah kak Teo aja"kata Gea.
"Kamu ngga kepengen minta apa gitu"tanya Teo
"Aku cuma ga mau ngebebanin kak Teo aja.Setau aku sih wanita yang baik itu yang tidak memberatkan mahar dan laki laki yang baik itu yang tidak merendahkan mahar bagi wanitanya"jawab Gea.
"Ya kalo kamu pengen apa gitu,siapa tau aja aku bisa ngasih"ujar Teo.
"Yang penting ada alat sholat sama Qur'an aja kak,,lainnya sih terserah kak Teo"
Teo tersenyum mendengarnya.Gea memang sederhana.Tak pernah ribet dengan segala pernak pernik dunia.Bukan sederhana karena terpaksa,tapi memang begitulah sifatnya.
Keduanya terdiam sejenak saat makanan datang.Lalu melanjutkan kembali obrolan yang tertunda sambil menikmati makanan yang tersaji.
"Habis ini mau kemana"tanya Teo setelah menghabiskan suapan terakhir dari piringnya.
"Pulang aja kak,emang kak Teo ada acara kemana"
"Ga kemana mana,ya udah aku anter pulang yuk"ajak Teo.
Gea beranjak untuk membayar makanannya,namun Teo terlebih dulu menyelipkan selembar uang merah ke tangannya.
"Pake ini aja,jangan pake uang kamu"kata Teo.
Gea ingin membantah,tapi isyarat telunjuk Teo dibibirnya membuatnya bungkam.Bisa panjang urusannya kalo ia menolak.
"Kak Teo ga kemaleman pulangnya kalo nganter aku dulu"tanya Gea saat keduanya sudah di atas sepeda motor.
"Trus aku harus biarin kamu pulang sendiri gitu"sengit Teo.
"Aku kan bisa naik gojek kak"cicit Gea lirih.
"Trus ntar kalo kamu kenapa napa gimana"
"Iihhh,kak Teo doanya jelek amat,emang mau akunya kenapa napa gitu"sebal Gea
"Shuuttt,,udah diem jangan bawel.Calon istri dilarang bawel sama calon imam ya"kata Teo.Diraihnya tangan Gea untuk memeluknya lebih erat lalu iapun kembali fokus pada jalanan.
Semilir angin malam membuat keduanya larut dalam pikirannya masing masing.Menikmati perjalanan dalam diam berbalut hangatnya dekapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ryaici Saristi
mampir
2024-02-22
0
Kang Den LuQiana Rahma
lanjutt,,😁
2023-01-08
0