NovelToon NovelToon

Mencinta Tanpa Batas

Menuju Sah

Gea menarik nafas dan membuangnya kasar.Kentara sekali gurat kegelisahan diwajahnya.Diliriknya jam tangan yang dipakainya.Sudah menunjukkan pukul 17.15.Sedang orang yang ditunggunya sejak satu jam yang lalu belum juga menampakkan batang hidungnya.

Gea Anastyana.Nama yang sederhana.Sesederhana orangnya.Tidak banyak menuntut dan tidak ingin berpikir buruk tentang orang lain.Disudut warkop sederhana ini kini ia sedang menunggu seseorang.Meski telah satu jam lebih ia menunggu ia tetap mencoba bersabar.

Dan senyumnya tersungging indah di bibir manisnya manakala matanya menangkap bayangan seseorang yang berjalan cepat ke arahnya.

"Maaf ya aku telat lama banget.Tadi nyelesein bongkar muatan pakan dulu soalnya"kata Teo.

Yah,namanya Teo Maradika.Seorang lelaki yang saat ini bekerja di sebuah peternakan.Dia adalah calon suami Gea.

"Iya gapapa"balas Gea tersenyum manis.

"Ada masalah apa"tanya Teo setelah Gea menyodorkan segelas es teh dihadapannya.

Gea menarik nafas sejenak.Matanya sayu menatap wajah tampan yang ada dihadapannya.

"Gimana rencana nikahan kita kak"tanya Gea.

"Ya ga gimana gimana juga.Tetep kita jalani seperti rencana awal.Kita tetep nikah besok tanggal 7 November"kata Teo.

"Apa kak Teo yakin?"

Netra Gea menatap dalam ke manik mata Teo.Dapat ia lihat ada sorot kembimbangan disana.Sementara Teo hanya tersenyum tipis mendengar pertanyaan Gea.

"Lebih baik kita ga usah ketemu sampe hari pernikahan kalo kamu masih ragu.Seberapa banyak kamu bertanya,jawaban aku akan tetap sama.Aku akan tetap nikah sama kamu"

Teo berhenti sejenak.Ia mengambil gelas minuman dihadapannya dan meneguknya untuk mengurangi hawa panas yang mendera.

"Jadi tolong,buang jauh jauh prasangka buruk kamu.Aku ga akan pernah lari dari pernikahan ini"lanjutnya."please.tolong percaya."

Gea tersenyum mendengar ucapan Teo."Iya kak maaf.Bukan aku ga percaya kak,tapi aku takut kak"ujarnya.

Teo tersenyum tipis,diraihnya tangan Gea yang ada di atas meja lalu digenggamnya lembut.

"Wajar kalo kamu takut.Hanya saja tolong percaya kalo aku ga akan lari dari semua ini.Aku memang berandalan,tapi aku juga masih punya prinsip.Bagiku pantang untuk mengingkari apa yang sudah aku janjikan"

Gea tersenyum hangat.Dibalasnya genggaman tangan Teo dengan lebih erat.

"Aku hanya takut kak,semua ini masih terasa seperti mimpi.Apa aku pantas untuk bersama kak Teo?"tanya Gea lirih.

Wajar bagi Gea merasa rendah diri dengan situasi yang dihadapinya.Teo,seorang pemuda dengan wajah tampannya yang banyak digilai para gadis.Bahkan barisan para mantan yang notabene gadis gadis cantik masih banyak yang mengantri untuk kembali bersamanya.Sedangkan Gea?

Gea hanya gadis sederhana.Wajahnya sangat jauh dari kata ayu.Berbanding jauh dengan para mantan dari seorang Teo Maradika.Apalagi kehidupan keluarganya yang broken home,menambah kadar kerendahan dirinya.Merasa begitu banyak kekurangan dalam dirinya untuk bisa bersanding dengan Teo.Tapi tak bisa dipungkiri,hatinya telah terikat jauh dengan pesona Teo.

Teo semakin erat menggenggam jemari Gea.Hatinya berdesir mendengar ungkapan lirih dari calon istrinya itu.Ada satu rasa yang tak bisa ia jelaskan disini.Jangankan menjelaskan,bahkan ia pun tak bisa mengerti dengan apa yang ia sendiri rasakan.

"Ge,lihat aku"pintanya.

Ditatapnya wajah sendu Gea yang kini juga menatapnya."Jangan lagi dengarkan apa yang orang lain katakan.Kita yang akan ngejalanin,mereka cuma bisa ngeliat tanpa pernah tau keadaan kita.Jadi aku minta,tetep jaga kewarasan otak sama hati kita.Jangan sampe kita kebawa sama omongan orang.Ngerti kan maksud aku?"

Bukan Teo tak mengerti dengan apa yang dirasakan Gea.Ia pun paham.Tapi baginya bukan mereka dengan segala omongan buruknya yang harus ia pikirkan kini.Melainkan pernikahannya dengan Gea.Itu yang jadi prioritasnya sekarang

Teo tau kalo ada mantan kekasihnya dulu yang masih ingin kembali bersamanya.Bahkan ia juga tau kalo ada beberapa mantannya yang sengaja mengganggu Gea agar Gea meninggalkannya.Teo pun sebenarnya malas menanggapinya.Kenapa dulu meninggalkannya tapi sekarang saat ia ingin berlabuh mereka malah menghampirinya lagi.

Sungguh keadaan yang meresahkan.

Namun,bagaimanapun keadaannya Teo tetap berpegang pada janjinya.Janji untuk mengikat diri dalam sebuah pernikahan bersama Gea.Entah bagaimana awalnya ia pun tak menyadarinya.Yang jelas ia merasa nyaman hanya dengan Gea.

Dan pada akhirnya Gea pun merasa jauh lebih tenang setelah mendengar apa yang dikatakan Teo.Calon suaminya itu memang selalu berpikir panjang.Beda dengannya yang selalu gampang terbawa emosi.

"Kak Teo udah makan belom?"tanya Gea.

"Belum sempet,tadi habis bongkar langsung siap siap kesini sih"jawabnya.

"Aku pesenin bebek goreng yah,aku juga laper kak"ujar Gea.

Teo menganngguk merespon perkataan Gea.Terselip rasa senang karena Gea selalu tau dengan apa yang ia senangi.Hatinya penuh rasa syukur.Gea memang tak secantik para mantannya,tapi kasih dan perhatian yang tulus dari seorang Gea belum pernah ia dapatkan dari para kekasihnya dulu.

Gea pun memesan dua porsi bebek bakar.Tiga bulan menjalin hubungan dengan Teo sedikit banyaknya membuatnya tau apa yang disukai oleh Teo.

Seraya menunggu pesanan datang,keduanya membicarakan persiapan pernikahannya yang hanya tinggal dua minggu lagi.

"Apa yang kamu inginkan sebagai mahar Ge"tanya Teo.

"Semua itu sih terserah kak Teo aja"kata Gea.

"Kamu ngga kepengen minta apa gitu"tanya Teo

"Aku cuma ga mau ngebebanin kak Teo aja.Setau aku sih wanita yang baik itu yang tidak memberatkan mahar dan laki laki yang baik itu yang tidak merendahkan mahar bagi wanitanya"jawab Gea.

"Ya kalo kamu pengen apa gitu,siapa tau aja aku bisa ngasih"ujar Teo.

"Yang penting ada alat sholat sama Qur'an aja kak,,lainnya sih terserah kak Teo"

Teo tersenyum mendengarnya.Gea memang sederhana.Tak pernah ribet dengan segala pernak pernik dunia.Bukan sederhana karena terpaksa,tapi memang begitulah sifatnya.

Keduanya terdiam sejenak saat makanan datang.Lalu melanjutkan kembali obrolan yang tertunda sambil menikmati makanan yang tersaji.

"Habis ini mau kemana"tanya Teo setelah menghabiskan suapan terakhir dari piringnya.

"Pulang aja kak,emang kak Teo ada acara kemana"

"Ga kemana mana,ya udah aku anter pulang yuk"ajak Teo.

Gea beranjak untuk membayar makanannya,namun Teo terlebih dulu menyelipkan selembar uang merah ke tangannya.

"Pake ini aja,jangan pake uang kamu"kata Teo.

Gea ingin membantah,tapi isyarat telunjuk Teo dibibirnya membuatnya bungkam.Bisa panjang urusannya kalo ia menolak.

"Kak Teo ga kemaleman pulangnya kalo nganter aku dulu"tanya Gea saat keduanya sudah di atas sepeda motor.

"Trus aku harus biarin kamu pulang sendiri gitu"sengit Teo.

"Aku kan bisa naik gojek kak"cicit Gea lirih.

"Trus ntar kalo kamu kenapa napa gimana"

"Iihhh,kak Teo doanya jelek amat,emang mau akunya kenapa napa gitu"sebal Gea

"Shuuttt,,udah diem jangan bawel.Calon istri dilarang bawel sama calon imam ya"kata Teo.Diraihnya tangan Gea untuk memeluknya lebih erat lalu iapun kembali fokus pada jalanan.

Semilir angin malam membuat keduanya larut dalam pikirannya masing masing.Menikmati perjalanan dalam diam berbalut hangatnya dekapan.

Mantan lagi mantan lagi

Gea masih sibuk berkutat dengan buku buku laporan yang berjubel di atas meja kerjanya.Mendekati akhir bulan ia memang akan disibukkan dengan berbagai laporan yang harus ia serahkan pada atasannya saat awal bulan nanti.Sebagai seorang admin di sebuah gudang pakan ternak ia dituntut untuk teliti dalam membuat laporan.Salah sedikit saja fatal akibatnya.

Drrrtttt...

Drrrtttt

Drrrtttt..

Suara getar ponselnya mengganggu konsentrasi.Ingin mengabaikannya tapi getarannya semakin jelas terasa.

"Assalamualaikum"sapanya dengan senyum merekah setelah ia menggeser tombol berhambar telepon.

"Waalaikumsalam,,masih sibuk ya"balas yang di seberang sana.

"Iya kak,tau sendiri kan kalo mendekati akhir bulan kaya gimana"kata Gea.

"Semangat sayang,jangan manyun gitu"

Tanpa aba aba,kata sayang dari seberang itu membuat Gea merona seketika.Yah,kekasihnya itu lebih tepatnya calon suaminya itu selalu bisa membuatnya melayang dengan kata kata manisnya.

"Kak Teo bisa aja,,ada apa nih jam segini udah vc,emang Kak Teo ga kerja"balas Gea beruntun.

"Kerja dong,kalo ga kerja ntar istri cantiknya ini dikasih makan apa"

"Ngeledek nih ceritanya"ujar Gea.

"Enggak"balas Teo santai."Nanti pulang jam berapa"tanyanya.

"Emm,,kayanya jam 5an deh kak,kerjaan aku banyak banget"keluh Gea.

"Oh,ya udah nanti aku jemput ya"

"Emang mau kemana kak"tanya Gea.Kerjaan yang menumpuk membuat otaknya ngeblank untuk sekedar menebak kemana Teo akan mengajaknya pergi.

"Ambil cincin nikah kita"jawab Teo.

"Oh,iya kak.Nanti aku usahakan pulang cepet"kata Gea.Sementara dibalik layar Teo hanya menganngguk lalu melambaikan tangan untuk mengakhiri panggilannya.

"Cieee,,yang mau kencan"

Gea menoleh ke arah si empunya suara.Ternyata pak mandor.Ia berjalan menuju meja kerjanya sambil tersenyum meledek Gea.

"Bilang aja ngiri pak ga ada yang ngapelin"balas Gea.

"Tau aja"tawa pak mandor

"Makanya pak,istrinya di bawa"seru Gea

"Dikantongin gitu?"tanya pak mandor

"Boleh tuh pak,dimasukin kresek lebih oke lagi kayanya pak"

"Emang kamu kira istri martabak,pake dimasukin kresek"kata pak Zain,si bapak mandor.

"Bapak lhoo yang bilang,bukan saya"kekeh Gea.Beruntungnya dia punya mandor yang humoris,bisa jadi penghilang stres dikala puyeng melanda.

"Laporan bulanan udah jadi belum Ge?"tanya pak Zain.Mimik wajah yang tadinya santai kini berubah serius.

"Ini pak,sebentar lagi selesai.Masih harus saya cek ulang dulu pak"jawab Gea.

"Oke,tolong usahakan sebelum jam 3 sore sudah selese ya,soalnya Pak Yuli minta kopian laporan bulan ini secepatnya"terangnya.

Gea mengacungkan jari jempolnya sebagai jawaban.Sementara matanya menatap deretan angka pada layar laptopnya.

"Katanya Pak Yuli mau ke luar kota Ge,jadi nanti daftar gaji karyawan kamu kirim sekalian ya"kata Pak Zain.

"Harus hari ini juga pak?"tanya Gea.

"Iya"

Gea menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Bakalan lembur sampe malem nih"gerutunya pelan.

"Ga usah manyun gitu bibirnya.Gagal kencan gara gara lembur bikin laporan itu emang ga enak"ledek Pak Zain seraya berlalu dari ruangan.

Sempruuuuuullllll

Gea menggerutu dan mengumpat dalam hati.Semangatnya yang tadi berkobar kini tiba tiba meluruh.

Diraihnya ponsel dihadapannya.Scrol ke bawah dan..

Calling kak Teo..

"Ada apa"pesan dari Teo segera masuk sesaat setelah Gea mengakhiri panggilannya.

"Kak,aku harus lembur sampai malem soalnya Pak Yuli minta laporan hari ini juga.Katanya besok beliau ke luar kota"

Lama Gea menunggu balasan dari Teo.Hatinya menjadi was was.

Apa Kak Teo marah?batinnya.

"Ya udah,nanti malem aja aku kesitu.Nunggu kamu selese kerja aja"

Gea tersenyum senang membaca balasan pesan dari Teo.Semangatnya kembali terkumpul,seperti pasukan yang mendengar komando dari sang komandan.

...****************...

Teo masih setia menunggu.Ia bersandar di tembok,sedang motornya ia parkir tepat di hadapannya.

30 menit sudah ia menunggu.Bosan rasanya.Ingin ia mengabari Gea,tapi kalo Gea sendiri belum keluar itu tandanya pekerjaannya belumlah selesai.Masuk masuk ke area kerja Gea pun ia sungkan.Meski para pekerja disana telah mengenalnya sebagai calon suami Gea,ia tak ingin mengusik ketenangan Gea dalam bekerja.

Krreeekkkkk

Pintu gerbang yang ada di depannya terbuka,dan dari dalam muncullah orang yang sedari tadi ia tunggu.Gea.

"Maaf kak,lama banget ya"kata Gea.

"Iya,sampe jamuran nungguinnya"balas Teo.

"Kenapa ga masuk aja kak"cicit Gea.

"Males,ntar yang ada lama nungguin kamu kerja sambil diceramahin Pak Zain"

Gea hanya diam.Teo sengera menstater motornya.

"Ayo buru,ntar kemaleman sampe rumah"kata Teo.

Keduanya melewati perjalanan hanya dengan saling diam.Teo paham kalo Gea agaknya kecewa dengan ucapannya.Tapi apa mau dikata.Teo memang tidak begitu sependapat dengan Pak Zain.

Dimata mandornya Gea itu,Teo adalah pemuda yang ia anggap urakan.Berbeda jauh dengan Gea yang kalem.Bahkan ia pernah mendengar sendiri bagaimana Pak Zain itu mengatakan kalo Gea tak pantas bersamanya.

"Cari yang lebih kalem lah Ge,jangan yang begajulan gitu.Nikah itu sekali seumur hidup,kalo imamnya aja seperti itu,gimana mau bimbing anak istri"

Tapi entah mengapa,seburuk apapun orang menilai perbedaannya dengan Gea,ia tetap saja merasa nyaman menjalaninya.Hanya dengan Gea saja ia merasa seperti ini.Selebihnya ia tak mau ambil pusing.

Teo menghentikan motornya di depan sebuah toko yang telah tutup.

"Kok kesini kak"tanya Gea.

"Iya,rumahnya yang jual cincin dibelakang toko ini"jawab Teo.

Teo menarik tangan Gea untuk mengikutinya.Jalan yang sempit membuatnya harus berjalan beriringan.Keduanya berhenti tepat di depan sebuah pintu berwarna coklat.

"Ada orangnya ga kak,kok sepi gini"tanya Gea.

"Ada lah,kan udah janjian"balas Teo seraya memencet bel yang ada di samping pintu.

Tak lama pintu terbuka dan muncullah sesosok laki laki seumuran Teo.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsala,eh Teo,ayo masuk"

Teo mengangguk dan mengajak Gea untuk mengikutinya.

"Ini cincinnya,dicoba dulu,kayanya pas sama ukuran jari mbak nya"kata si pemilik rumah seraya mengangsurkan sebuah kotak.

Teo menerima dan membukanya.Diraihnya jemari Gea dan ternyata pas di jari manis Gea.

"Pas banget ini bang,saya ambil deh"kata Teo.

"Oke tunggu sebentar"

Si pemilik rumah kembali masuk ke dalam.

"Kak Teo kapan pesennya ini"tanya Gea.

Teo menoleh ke arah Gea."Udah lama,habis acara lamaran itu aku langsung pesen ke bang Gery"

Gea hanya beroh ria dengan jawaban Teo

Bang Gery kembali dari dalam.Ia menyerahkan sebuah nota pada Teo.Teo pun segera mengambil dompet dan membayarnya.

"Makasih ya bang.Kalo gitu kita pamit dulu"ucap Teo.

"Ngopi dulu lah Te"balas Gery.

"Udah malem bang,kasian Gea baru pulang kerja"kata Teo.

Setelah berpamitan keduanya kembali berjalan ke depan dimana mereka memarkirkan motornya.

Drrrrtt,,,drrrtttt,,drrrrttt,,,

Ponsel Teo bergetar,pertanda ada panggilan masuk.Teo mengambil ponselnya.

"Siapa kak"tanya Gea saat ia melihat dahi Teo berkerut.

"Ga tau,nomer baru.kamu angkat ya.aku muter motornya dulu"

Gea menerima ponsel Teo dan menggeser tombol berwarna hijau.

"Halo assaalamualaikum"kata Gea

"Maaf bisa bicara dengan Teo"balas dari seberang.

"Maaf ini siapa ya"tanya Gea.

"Ini aku Riri pacarnya Teo.Teo nya mana ya"

What??pacar??batin Gea.Hatinya seketika memanas.

"Oh pacarnya Kak Teo ya.Maaf Kak Teo nya udah tidur"balas Gea.Tanpa aba aba ia pun langsung mematikan ponsel Teo.

Sementara Teo hanya menghela nafas pelan.Ia melihat jelas mimik cemburu di wajah Gea.Tapi sudut hatinya terasa bahagia dengan kecemburuan Gea.

Ia menerima ponselnya saat Gea memberikan ponselnya dengan memalingkan wajahnya.

"Hey"serunya.Diraihnya dagu Gea untuk berpaling ke arahnya.

"Siapa Riri kak"tanya Gea.matanya sudah berkaca kaca.

"Cuma mantan"jawab Teo kalem.

"Banyak banget si kak mantannya.Kemarin Ana sama Rosa.Sekarang Riri,besok besok siapa lagi kak"tanyanya.Kini airmatanya sudah membasahi pipi.

Teo menangkup wajah Gea.Dihapusnya airmata Gea dengan jarinya."Ga akan ada lagi.Biarin aja banyak mantan,yang penting istri aku kamu aja.Aku ga mau yang lain"katanya.

"Jangan ngambek ya,apapun yang mereka katakan aku hanya buat kamu.Dan pilihan aku ga akan berubah"lanjutnya.

Ditatapnya dalam mata Gea,seolah ia ingin menunjukkan kebenaran perkataannnya.Dan Gea hanya menganggu pelan sebagai jawaban.

Teo tersenyum hangat.Diajaknya Gea untuk segera meninggalkan tempat itu.Membawa semua pertanyaan Gea tentang mantannya bersama hembusan angin malam.

Mantan oh mantan.Berlalulah.Semuanya telah menjadi kenangan.Bukan lagi sebuah harapan.

Kesedihan Gea

Gea melangkahkan kakinya dengan malas.Langkahnya terasa berat untuk menuju rumahnya sendiri.Rumah yang begitu penuh dengan kenangan pahit.

Rumah dimana ia pernah tinggal dengan penuh harapan ia bisa memberikan kebahagiaan bagi orang tuanya saat ia dewasa nanti.

Namun harapan tak sesuai kenyataan.

Kisah orang tuanya berakhir dengan pahitnya perceraian.Dan masing masing pergi dengan membawa keegoisannya,tanpa peduli dengan Gea yang masih membutuhkan mereka.

Kini ia hanya hidup dengan sang nenek.Gea bahkan tak pernah tau dimana keberadaan orang tuanya setelah perceraian itu terjadi.

"Assalamualaikum"ucap Gea saat memasuki rumah.

"Waalaikumsalam"

Deg!!!

Jantung Gea langsung berdegub kencang saat mendengar suara lemah dari sang nenek.Langkah kakinya langsung menerobos pintu kamar neneknya.

"Nenek!"seru Gea."Nenek kenapa"

Sang nenek hanya tersenyum melihat kepanikan Gea.

"Nenek ga apa apa Ge,hanya sedikit pusing"

"Sudah minum obat nek?"tanya Gea,sementara nenek hanya menggelengkan kepalanya.

"Nenek cuma kecapekan,nenek mau istirahat sebentar.Tolong pijitin nenek sebentar ya"pintanya.

Gea mengangguk pelan.Tangannya memijit pelan tubuh ringkih sang nenek.

Tuhan,tolong sehatkan dan jagakan nenek.Aku belum sanggup untuk kehilangannya.Aku masih butuh nenek disampingku.

Perih hati Gea mengingat nasib hidupnya.Saat ini,keluarganya hanya sang nenek.Ia tak ingin berharap lebih untuk bisa kembali bertemu dengan orangtuanya.Jika nenek pergi untuk selamanya,kemana ia akan bersandar?.

Setelah neneknya terlelap Gea segera beranjak dari kamar.Ia menuju dapur untuk memasak santap malamnya.Ia harus memastikan neneknya mendapatkan asupan yang cukup agar tetap sehat di usia senjanya.

Gea membuka kulkas untuk mengambil bahan yang akan dimasak.Hanya tinggal kacang panjang dan satu papan tempe.

"Huffft,tanggal tua tinggal ada stok ini doang.untung aja masih ada pegangan buat belanja besok"keluh Gea.

Gea segera mengolah bahan yang ada itu agar saat neneknya bangun makanan sudah tersedia.Tangannya begitu terampil.Memasak adalah hal yang sudah biasa ia lakukan sejak kecil.Bahkan bisa dibilang ia termasuk hobi memasak.Saat libur kerja ia sering praktek membuat berbagai macam makanan.

"Beres dah,tinggal mandi dulu lah baru nanti bangunin nenek"kata Gea.

Ia beranjak menuju kamarnya setelah sebelumnya mengambil tasnya yang tertinggal di kamar sang nenek.

Selesai mandi Gea mengganti pakaiannya.Ia mengenakan celana pendek dan kaos santainya.Ia berfikir untuk segera membangunkan neneknya karena sudah hampir maghrib.

Namun dering ponsel menghentikan langkahnya saat ia akan membuka pintu kamarnya.

Isna calling...

Senyum Gea mengembang.Sudah lama ia tak berkabar dengan Isna.Gadis tomboy yang selalu mengerti keadaan Gea.Sahabat rasa saudara.

"Halo assalamualaikum"sapa Gea dengan ceria.

"Waalaikumsalam Gea sayaaanggg"teriak dari seberang.Gea menjauhkan ponsel dari telinganya karena suara Isna yang begitu kencang.

"Hey,kalem dikit guys,kaya dihutan aja teriak teriak"seru Gea.

"He he,maaf Ge.Habisnya aku kangen banget sama kamu."balas Isna.

"Idiiih,tumben kangen aku,biasanya juga kangen pacar"seloroh Gea.

"Pacarnya udah is dead"

Gea tertawa.Isna memang bisa sejenak melupakan kekalutannya.

"Besok ada acara ga"tanya Isna.

"Emmm,kayanya pulang krja nganggur,kenapa"

"Ke rumah ya,bantuin aku.Dika sama keluarganya mau ke rumah"kata Isna.

"Cieee,tinggal tunggu tanggal mainnya nih"ledek Gea.

"Iya lah,masa pacaran terus"balas Isna.

"Ya udah besok aku ke rumah,tapi agak sorean ya"

"Iya gapapa"

Tut tut tut.

Gea tersenyum tipis.Dirinya ikut bahagia manakala sahabatnya menemukan kebahagiaannnya.

...****************...

Teo menyelonjorkan kakinya di atas tempat tidurnya.Hari ini terasa begitu melelahkan baginya.Banyaknya karyawan yang libur membuat beban pekerjaannya semakin banyak.Alhasil,setelah selesai bekerja ia hanya ingin mengistirahatkan tubuhnya di kamar kosnya.

Tubuh yang begitu lelah itupun membuatnya terlelap dalam sekejap.Apalagi segarnya guyuran air saat mandi begitu mendukung untuk segera mengarungi dunia mimpi.

Namun bunyi handphone mengusik tenangnya tidur.Padahal Teo baru terlelap 30 menit yang lalu.

Matanya mengerjap perlahan,seolah masih mengumpulkan serpihan nyawa yang masih berserakan Tangannya meraih ponselnya,namun panggilan berhenti saat ia akan menggeser tombol berwarna hijau itu.

Kak besok ga usah jemput,pulang kerja aku mau ke rumah Isna.Ada acara disana.

Satu pesan dari Gea masuk dan ia baca.Ia pun membalasnya.

Oh,,okee.Udah makan belum.

Lama Teo menunggu balasan pesan dari Gea.Tapi 10 menit berlalu tak ada juga pesan yang masuk.

Tumben Gea lama balesnya,biasanya juga cepet.batinnya.

Lima menit kemudian barulah sebuah pesan balasan dari Gea masuk.

Maaf kak lama.Aku belum makan,masih nunggu nenek enakan dulu.

Dahi Teo berkerut.Nunggu nenek enakan?Itu berarti nenek sakit.

Teo segera menutup ponselnya.Dengan tergesa ia memyambar jaket dan kunci motornya.

Fikirannya dipenuhi dengan Gea.Ia tau nenek adalah satu satunya keluarga yang peduli pada Gea.Jika sang nenek sakit pasti Gea begitu sedih.

Dan ia tak ingin wanitanya itu larut dalam kesedihan.

30 menit kemudian Teo sampai di depan rumah Gea.

"Assalamualaikum"seru Teo setelah mengetuk pintu.

"Waalaikumsalam"balas dari dalam rumah.Teo tersenyum.Itu suara Gea.

Ceklek.

Pintu terbuka dan menampilkan seraut wajah kesayangannya.

"Loh,Kak Teo"

Dahi Gea berkerut melihat kedatangan Teo.Seingatnya ia tak meminta Teo datang ke rumahnya.

"Ini mau bengong depan pintu terus gitu,ga disuruh masuk"kata Teo.Ia paham,Gea kaget dengan kedatangannya.

"Ah iya kak,ayo masuk"kata Gea seraya membuka pintu lebih lebar.

Teo mengekori Gea di belakangnya.Ia lalu duduk setelah menyerahkan sekotak martabak yang ia beli di pinggir jalan kepada Gea.Matanya menelisik sekeliling rumah,namun sepi.

"Nenek mana"tanyanya.

"Udah tidur kak.Habis makan tadi aku kasih obat trus aku suruh tidur lagi"jawab Gea.

Wajahnya terlihat sendu.Ada kesedihan yang tersirat.

"Sabar ya,ntar juga nenek pasti sembuh.Paling nenek cuma kecapekan aja"ujar Teo.

"Iya kak semoga saja.Aku ga mau nenek kenapa napa kak.Cuma nenek yang selama ini aku punya"ucap Gea lirih.

"Jangan berpikiran buruk dulu Ge.Berdoa aja semua akan baik baik saja.Nenek bakalan sehat lagi nanti"kata Teo berusaha menenangkan.

Gea hanya diam.Wajah sedihnya membuat Teo tak tega.Ia pun lalu menarik Gea dalam pelukannya.

"Jangan sedih ya.Gea ku itu cewek kuat"kata Teo.

Gea mengangguk dalam pelukannya."Aku takut nenek ninggalin aku kak.Kalo nenek pergi,aku gimana.Aku ga punya siapa siapa lagi"lirih Gea.

Teo meraih dagu Gea agar menatapnya.Dihapusnya airmata yang membasahi pipinya.Lalu dikecupnya sekilas bibir mungil Gea.

"Jangan nethink,ga baik.Nenek pasti baik baik saja.Besok pasti udah sehat.Disini juga ada aku.Aku juga akan slalu ada buat kamu Ge.Aku yang akan jagain kamu sama nenek"ucap Teo.

Yah,Teo tau betapa berartinya sang nenek bagi Gea.Hanya nenek yang ada disaat Gea terpuruk dengan carut marut perceraian orang tuanya.Sejujurnya Teo pun tak bisa membayangkan bagaimana Gea bila nenek benar benar pergi.Gadis sederhanannya itu pasti akan kembali tepuruk.

Teo mendekap Gea semakin erat untuk memberikan ketenangan.Ia tau gadisnya belum siap kehilangan sang nenek.Dan semoga esok semuanya akan baik baik saja,agar gadisnya tak lagi bersedih hati.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!