Lima hari kemudian Gea dan Teo sudah kembali beraktivitas seperti biasanya.Masing masing kembali disibukkan dengan rutinitas kerja yang semakin padat setelah masa cutinya.Tentunya dengan Gea yang lebih sibuk karena harus membuat laporan kerjanya yang terbengkelai.
"Wah,pengantin baru pasti cerah nih"ledek Pak Zain saat keduanya sudah berada di ruangan kerja.
Gea hanya tersenyum simpul mendengarnya.
"Kuat berapa ronde nih"goda pak mandor seraya menaik turunkan alisnya.
"Pokoknya tancep sampai pagi"balas Gea.
"Hahaha"Pak Zain tergelak mendengarnya."Siip Ge,biar saya cepet punya keponakan"
"Eh,tapi ga mau ditunda dulu,biar bisa seneng seneng dulu"tanya pak Zain.
"Sedikasihnya aja lah pak.Dikejar pun kalo belum rejeki juga ga bakalan kesampaian"jawab Gea.
"Yang penting bikinnya dikencengin ya"
"Biasa aja lah pak,ntar kalo dikencengin terus capek.Bapak aja tuh yang dikencengin,biar si bontot cepet jadi"balas Gea.
"Pengennya cepet jadi juga Ge,tapi masih belum nyantol"seru Pak Zain.
"Wah,butuh dopping pak biar tambah tok cer"
Keduanya tertawa bersamaan.Sejenak kepenatan kerja terasa lepas dengan obrolan ringan itu.Hingga tanpa terasa jam kerja hampir usai.Sebentar lagi waktunya pulang.
Gea segera merapikan meja kerjanya,lalu membereskan barang barang bawaannya.Ada beberapa laporan yang harus ia kerjakan malam ini.Setelah itu ia menyandarkan tubuhnya di kursi sambil menghubungi Teo.
"Kak,aku udah selesai"katanya saat panggilannya terhubung.
"*Aku udah di depan"
"Hah?kenapa ga kasih tau sih kak*"
Gea buru buru keluar ruang kerjanya dan berpamitan pada Pak Zain.Sekeluarnya dari gerbang,matanya menatap suaminya yang sudah nangkring di atas motor kesayangannya.Ia mendekat dengan wajah ditekuk.
"Kenapa tuh muka cemberut,jelek ah"kata Teo.
"Siapa suruh punya istri jelek"sungut Gea.
"Yah,mau gimana lagi.Yang nyantol sama bikin sayang cuma kamu"balas Teo.
"Sayang doang,ga pernah cinta"
Teo menghela nafas mendengarnya.
"Iya maaf,kakak tadi habis pergi sama temen.Pulangnya langsung kesini jadi ga sempet kasih tau kamu.Maaf ya"ucap Teo rendah.Ditariknya tangan Gea agar mendekat lalu dikecupnya kening Gea.
"Udah ya,kakak ga kuat kalo kamu cemberut gini.Sumpah"kata Teo.
Gea hanya menganngguk dan tersenyum tipis.
"Ya udah,ga usah pulang aja kalo masih ngambek"kata Teo.Ia menampakkan wajah kecewanya di depan Gea.Lalu mencabut kunci motornya dan mengantonginya.
Dahi Gea berkerut melihatnya.Kenapa jadi suaminya yang marah?
"Maaf kak"lirih Gea tepat disamping Teo.
"Maaf kalo aku ngecewain kakak"
Teo tersenyum mendengarnya."Kencan yuk"
Gea menatap Teo tak percaya.Benarkah yang ia dengar kali ini?Selama pacaran bahkan sampai udah nikah baru kali Teo mengajaknya kencan.
"Kaget yah"tanya Teo dan istrinya hanya mengannguk sebagai jawaban.Ia lalu menarik Gea untuk segera naik ke atas motor.
Selama perjalanan Gea hanya diam.Tapi senyum tak pernah lepas dari wajahnya.Ia memeluk suaminya semakin erat.
Teo mengusap lembut tangan Gea yang memeluknya."Ya Tuhan,maaf kalo selama ini aku menyakitinya"batin Teo.
Tiga puluh menit kemudian Teo menghentikan motornya tepat di alun alun kota.
"Ada pasar malam ya kak"tanya Gea dengan wajah sumringah.
"Iya"jawab Teo sambil memarkirkan motornya."Mau keliling dulu apa makan dulu"
"Keliling dulu ya kak,mumpung belum terlalu rame"kata Gea.Teo lalu mengulurkan tangannya mengajak Gea jalan.
Mereka mengelilingi pasar malam dengan saling bergandengan tangan.Gea ingin melepaskannya saat banyak pasang mata yang menatapnya aneh.Namun Teo tak membiarkannya.Bahkan ia menggenggam tangan Gea lebih erat.Membuat Gea tersenyum bahagia karena selama ini Teo jarang bersikap romantis padanya.
Setelah puas berkeliling mereka mampir ke sebuah warung makan lesehan.Menu favorit yang sama setiap makan di luar rumah.Bebek goreng lamongan.
"Kak,tumben ngajak Gea kesini"tanyanya saat keduanya menunggu pesanan datang.
"Emang ga boleh ya"Teo malah balik tanya.
"Ya boleh kak,cuma kan selama ini kakak jarang ngajak aku keluar"ucap Gea lirih.
Teo tersenyum pahit mendengarnya.Benar apa kata Gea memang.
"Maaf kalo kakak ga pernah ngebahagiain kamu"sesal Teo."Selama ini kakak selalu egois,ga pernah mikirin kamu.Bantu kakak buat jadi lebih baik lagi ya"
Gea tersenyum mendengarnya.Ada kebahagiaan tersendiri ketika mendengar Teo ingin menjadi lebih baik lagi.
"Kakak pasti bisa,aku yakin itu"balas Gea.
"Makasih sayang,disaat yang lain menghujat kakak kamu slalu ada buat kakak.Kamu mau menerimaku yang begitu buruk ini dengan segala kekuranganku"tutur Teo.
"Aku yakin kak,pilihan Tuhan itu pasti yang terbaik karna Tuhan tau segalanya tentang kita.Dibalik kekuranganmu,pasti ada kelebihan yang belum tentu dimiliki orang lain"tutur Gea lembut.
Teo menatap manik mata Gea dengan dalam seakan ingin menyelami perasaan Gea.Namun Gea bisa melihat ada sorot kebimbangan dalam tatapan suaminya.
...****************...
Tulus.
Satu kata yang slalu Teo sematkan untuk istrinya.Ya,cukup satu kata itu yang bisa ia ungkap untuk Gea.Ia melihat cinta yang besar dari Gea untuknya.Cinta yang begitu tulus.Tanpa melihat betapa buruknya dirinya dimata orang lain.Gea mau menerima dirinya dengan segala predikat buruk yang slama ini melekat padanya.
Teo sadar,penampilannya yang terkesan urakan bukanlah gaya yang disukai banyak orang.Sebagian menganggap penampilannya adalah gambaran hidupnya.Gayanya urakan,hidupnya pasti dianggap urakan juga.Padahal sebenarnya ia hanya merasa suka dan nyaman dengan penampilannya.
Tapi Geanya tak pernah berpikir seperti itu.Bagi Gea,dirinya adalah suami yang harus ia taati.Tak pernah ia dengar Gea mencelanya.Bahkan Gea slalu menutupi keburukannya di depan orang lain.
Lalu bagaimana dengan dirinya?
Entahlah.Ada kebimbangan yang begitu besar dihatinya.Disatu sisi,ia bahagia melihat ketulusan cinta Gea padanya.Tapi disisi lain hatinya juga merasa sakit.Ia sakit karna di hatinya yang terdalam masih tersimpan kehampaan yang tersisa.Yang ia sendiri pun tak tau apa sebabnya.
Namun hatinya mengakui kalo ia memanglah munafik dengan keadaannya saat ini.Apalagi saat Gea mengatakan kalo ia memang sayang tapi tak pernah cinta.Hatinya begitu nyeri dan tersentil.
Yah,mungkin Gea benar.Dan Teo tak berani mengakuinya secara langsung.Selama menjalin hubungan dengan Gea bahkan hingga kini menjadi suami istri Teo memang tak pernah bilang cinta pada istrinya.
Sungguh munafik bukan.Ia telah mengikat Gea dengan akad suci.Ia bahkan juga telah memiliki Gea dengan seutuhnya.Namun ia merasa masih berat untuk mengungkap kata cinta pada Gea.
Ia merasa dihatinya masih ada rasa yang tertinggal.Meskipun ia telah mencoba membuka semua pintu dihatinya untuk Gea,namun tetap saja ia masih merasa hampa.Ia merasa sakit saat Gea mencurahkan segenap cinta tulusnya padanya,sementara ia hanya membalasnya dengan sayang yang berselimut kehampaan.
Sungguh,kata maaf saja mungkin tak mampu mewakili apa yang ingin ia sampaikan pada Gea kesayangannya.
Sungguh,ia juga berharap bisa memiliki cinta yang besar untuk Geanya.Semoga saja suatu saat nanti.Itu harapannya saat ini,meski nyatanya ia masih munafik dengan hatinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments