Hari ini mendung menggantung di langit.Entah memang suasana alam yang kelabu ataukah memang hati Teo yang tengah mendayu.Ia merasa gelisah saat bekerja.Teo mencoba untuk melupakan perasaannya,namun nyatanya rasa itu malah semakin jelas terasa.
Pagi tadi saat terbangun ia tak mendapati keberadaan Gea.Hanya secarik memo yang ia temukan di atas pakaian kerjanya.Ada secuil rasa kecewa saat ia tak bertatap muka dengan istrinya.Ada rasa yang entah ia sendiri tak bisa menjabarkannya.
Teo menyugar rambutnya kasar saat vibrasi ponselnya terasa.Dengan cepat ia mengambil ponselnya,berharap sang istri yang menghubunginya.Namun yang terpampang adalah nomor yang sangat ia hafal di luar kepalanya.Yah,nomor sang mantan.Riri.
Rasa gelisah yang mendalam membuatnya menolak panggilan itu.Padahal selama sebulan ini ia kembali menjalin komunikasi dengan Riri tanpa sepengetahuan Gea.Sungguh,ia merasa menjadi bajingan paling pengecut di muka bumi ini.
Jika biasanya ia seperti mendapat angin segar saat Riri menghubunginya,kali ini tidak.Rasa gelisah itu malah menuntunnya untuk menghubungi Gea.Dan sialnya,nomor gadis kesayangannya justru tidak aktiv meski ia telah menghubunginya berulangkali.
Di tengah kegelisahannya,ia memutuskan untuk pulang.Setelah mendapatkan izin dari atasannya ia langsung mengendarai motornya menuju rumah.Bahkan ia tak peduli dengan pertanyaan teman temannya.
Ajaibnya,perasaannya sedikit lebih tenang saat Teo sampai di rumah.Melihat keadaan rumah yang sepi ia mengira kalau Gea pasti belum pulang kerja.Setelah menyapa nenek ia pun menuju kamarnya.
Namun dering ponselnya mengusiknya saat ia baru saja berganti pakaian.
"Halo,Teo kamu dimana"tanya seseorang dari seberang.
"Aku udah dirumah"jawab Teo
"Kita ketemuan yuk,bisa kan"
"Sory,aku capek banget Ri,mau istirahat.Besok aja"balas Teo.
Tanpa menunggu lebih lama Teo memutus sambungan telponnya.Lalu ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang.Suasana kamar yang sedikit gelap membuatnya tak menyadari bahwa ada yang mendengar pembicaraannya dengan sang mantan.Membuatnya menangis pilu menahan kesakitan yang dalam.Saat ia tak mampu lagi menahan isaknya,barulah Teo menyadari ada orang lain di kamarnya.
Dengan cepat Teo beranjak menghampiri saklar lampu dan menekannya.
Deg!!!
Jantungnya berdetak cepat saat ia melihat ada Gea yang terbaring di atas ranjang dengan selimut membalut tubuh.
"Apa Gea mendengar aku bicara dengan Riri"pikirnya.
Teo melangkah mendekati istrinya.Dibukanya selimut agar ia bisa melihat wajah Gea.Lalu disentuhnya lengan Gea agar berbalik ke arahnya.
Namun ia terkejut saat merasakan lengan Gea begitu panas.Saat Gea telah berbalik ia menyentuh dahi Gea.Sama panasnya.Dan hatinya terasa lebih panas saat ia melihat sudut mata Gea yang basah.
"Kamu sakit Ge,badan kamu panas banget"kata Teo.Tapi Gea hanya diam dan memalingkan wajahnya.
Melihat Gea yang seperti marah padanya,iapun kembali membaringkan Gea dan menyelimutinya.Dikecupnya kening Gea dengan dalam.Ia keluar kamar dan menuju dapur,berniat membuat teh hangat untuk istrinya.
"Mau makan Te?"tanya nenek saat Teo berpapasan dengannya.
"Enggak nek,mau bikin teh hangat buat Gea"jawab Teo.
"Lho,Gea sudah pulang?kok nenek ga tau"tanya nenek dengan nada heran.
"Iya nek,badannya panas.Tadi pulang naik ojek"jawab Teo asal,padahal ia tak tau pastinya.
"Ya sudah,ambilkan makan sekalian lalu suruh minum obat"titah nenek.
Sementara Teo hanya mengangguk.Tangannya sibuk mengambil nasi untuk Gea.Setelahnya ia mencari nampan untuk membawa makanan dan teh hangat itu ke kamar.
Sesampainya di kamar ia letakkan nampan itu di atas meja.Ia lalu menuju ke ranjang untuk menghampiri Gea.Namun langkahnya terhenti saat ia melihat tubuh Gea yang bergetar karena menahan tangisnya.
Teo menghela nafas kasar.
"Kenapa aku begitu bodoh,menyakiti wanita yang begitu tulus padaku.Mau menerimaku apa adanya dan berjuang bersamaku.Apa dengan Riri aku bisa mendapatkannya?Kenapa hati ini masih terasa bimbang?"
Ditengah keraguannya ia menghampiri Gea.Disibakkannya selimut itu,lalu ia pun memeluk Gea dengan erat.Membuat isakan tangis itu terdengar lebih jelas.
"Maaf sayang"kata Teo lirih.Dibawanya Gea menghadap ke arahnya.Terlihat airmata yang membasahi pipi Gea.Ya,Gea menangis dalam diam.
Dihapusnya airmata itu.Lalu dikecupnya kedua mata Gea.Pantaskah ia melakukannya pada Gea setelah perubahan sikapnya selama ini?.Teo sadar sikapnya justru membuat Gea semakin tergugu.
Pedih hatinya melihat sang istri begitu terluka.Apalagi saat ini kondisi tubuh Gea tidaklah baik.Hanya diam.Bahkan Teo tak tau harus bagaimana menghadapi istrinya kali ini.
"Makan dulu ya,habis itu minum obat"kata Teo pelan."Badan kamu panas banget"lanjutnya.Namun Gea hanya terdiam tanpa kata.
Teo segera mengambil nampan yang tadi ia bawa.Dibangunkannya tubuh Gea agar bisa bersandar. Meski menolak,ia tetap memaksa Gea untuk makan.
"Kamu boleh marah sama aku,tapi tolong jangan siksa diri kamu sendiri.Pukul aku kalo emang itu bisa bikin kamu tenang Ge"ujarnya."Maaf kalo aku udah nyakitin kamu selama ini"lanjutnya.
Teo melihat Gea yang berusaha menahan tangisnya.Tangannya berusaha meraih piring makanan meski bergetar.Dan Teo segera meraihnya.
"Biar aku suapin,badan kamu sampe gemetar gini Ge"
Meski tanpa jawaban Teo sedikit lega saat Gea mau membuka mulutnya untuk makan.Bahkan masih mau menerima sebutir paracetamol yang ia berikan dan meminumnya.
"Salahku dimana kak?"
Jantung Teo berdetak cepat mendengar pertanyaan Gea.Meski lirih,tapi tajam menembus pendengarannya.Lidahnya terasa kelu untuk sekadar menjawab pertanyaan Gea.
"Apa kakak masih ingin bersamanya?"
Kembali pertanyaan Gea menusuk telinga.
"Maaf Ge,kakak khilaf"hanya itu yang mampu terucap dari mulut Teo.
Gea hanya tersenyum masam mendengarnya.Khilaf?Semudah itukah?
"Sejak kapan kak?"
"Sebulan ini Ge"
"Kita nikah baru tiga bulan kak.Lalu apa arti diriku bagi kakak?Apa memang kakak ga pernah cinta sama aku?"
Teo hanya mampu terdiam.Hatinya begitu perih melihat Gea begitu rapuh.Diraihnya Gea dalam peluknya.
"Lepaskan aku kak jika kakak memang masih ingin bersamanya"
Ucapan Gea bagai petir yang menyambar di telinganya.Sungguh ia tak menyangka kalimat itu meluncur dari mulut Gea.Rahangnya mengeras menahan amarah yang ingin meledak dalam dirinya.Tanpa kata ia beranjak keluar kamar dengan cepat.Tak mungkin ia melampiaskan amarahnya pada Gea.
Dengan perasaan bergemuruh Teo pergi dari rumah.Setelah membeli sebotol anggur merah ia pergi ke taman,tempat dimana ia dan Gea pertama kali bertemu.Disana ia melampiaskan amarahnya dengan meneguk anggur merah dan meratapi hidupnya.
"Maafkan aku Ge.Aku tak sanggup untuk jujur padamu.Aku memang masih mengharap Riri.Tapi aku juga tak ingin kehilanganmu.Berat bagiku untuk memilih Ge."lirihnya.
Sungguh Teo merasa menjadi laki laki paling brengsek di dunia ini.Menyakiti istrinya terus menerus tanpa mau melepaskannya.Bagaimana ia akan melepaskan Gea,sementara selama ini Gea yang selalu ada dan mendukungnya di semua keadaan.Menerima semua yang ada di dirinya tanpa perbedaan.
Namun hatinya juga tak mampu menepis rasa yang masih tersisa untuk Riri.Wanita yang kini datang setelah dulu mempermainkan perasaannya.
Dilema ditengah persimpangan.Mempertahankan pernikahannya yang baru seumur jagung ataukah melepaskannya.Hanya bimbang yang kini hadir di hati Teo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments