Seminggu berlalu.
Nenek sudah kembali sehat setelah kembali dari rumah sakit.
Gea dan Teo kembali pada aktivitas masing masing.
Pagi ini Gea tengah bersiap siap berangkat kerja.Setelah menyiapkan sarapan neneknya ia menata bekal suaminya dan memasukkan ke tas Teo.
Saat mengambil tas kerjanya di kamar Gea melihat Teo baru saja selesai mandi.
"Udah mau berangkat?"tanya Teo.
"Iya kak,udah siang ini.Pagi ini katanya Pak Yuli mau datang"kata Gea.
"Kakak mau sarapan dulu ga?Bekalnya udah aku masukin ke tas kakak"
"Engga.Sarapan buat nenek udah disiapin kan?"tanya Teo.
"Udah kak"
Teo yang telah rapi menghampiri Gea.Diusapnya perut Gea dengan lembut.
"Kapan kamu cuti?Udah gede gini juga.Ga tega aku lihat kamu kerja sama ngurus rumah"kata Teo.Sementara Gea menanggapinya dengan senyum manis.
"Masih dua bulanan lagi kak.Aku ambil mepet HPL aja biar agak lama ngurus dedeknya nanti.Kan cuti aku cuma tiga bulan"terang Gea.
"Yakin kamu kuat?"
Gea mengusap wajah Teo yang penuh raut khawatir.
"Aku gapapa kak,Insyaallah kuat.Doain aja aku sama dedek kuat terus".
"Apa sih yang engga.Doa terbaik selalu buat kamu sama dedek"
"Ya udah,aku berangkat dulu ya kak"pamit Gea.
Teo menahan tangan Gea yang sudah mengambil kunci motornya.
"Aku anter ya,aku ga mau kamu kecapekan"kata Teo seraya mengambil kunci motor dari tangan Gea.
"Ada udang di balik batu ga nih"selidik Gea.
"Kenapa?"tanya balik Teo.
"Bau baunya ada maunya kayanya"kata Gea dan Teo tersenyum mendengarnya.
"Tau aja sih kesayangan aku ini.Ayo ah,ntar keburu siang"kata Teo.
Setelah berpamitan pada nenek keduanya berangkat kerja bersama.Teo tidak lagi mengijinkan Gea membawa motornya sendiri.Ia akan mengantar dan menjemputnya setiap hari.
Antara bahagia dan pilu.Itu yang kini terasa di hati Gea.
"Bolehkah aku percayakan hatiku sepenuhnya padamu Kak?Sementara hatimu masih meragu.Kau tak pernah sekalipun mengucap kata cinta padaku,sedangkan cintaku padamu tulus tanpa batas"batinnya.
"Perhatianmu kini membuatku terbius pesonamu semakin dalam.Aku takut untuk kecewa lagi.Tapi hati inipun semakin tak mampu untuk jauh darimu"
"Ya Allah,Engkau Yang Maha Tahu isi hati umatMu.Bukakanlah dan lembutkanlah hati suami hamba.Jika memang ini takdir yang harus hamba jalani maka kuatkanlah hamba dan tenangkanlah hati hamba"
"Ga mau turunkah?"tanya Teo.
Gea langsung tersadar dari lamunannya dan menatap sekeliling.Ternyata sudah sampai di tempat kerjanya.
"Maaf Kak"katanya sambil tersenyum.
"Ngelamunin apa hmm?"tanya Teo.
Gea hanya menggeleng dengan senyum tersungging ."Engga kok Kak"
"Yakin?"selidik Teo.
"Emang kenapa sih Kak,maksa banget kayanya"
Teo justru menghela nafas mendengarnya."Kalo ada apa apa itu bilang,jangan dipendam sendiri.Tau kan aku orangnya ga peka.Kalo kamu ga ngomong mana aku tau"
"Iya Kak,aku bakalan ngomong kok.Tapi selagi aku bisa sendiri aku ga mau nyusahin kakak"tutur Gea lembut.
"Kamu ga butuh aku ya"kata Teo seraya tersenyum kecut.
"Emang kakak sendiri butuh aku?"
"Maaf kalo selama ini kenyataan ga seperti yang kamu inginkan"kata Teo lirih.
"Asal Kak Teo tau,sesulit apapun keadaannya aku hanya ingin tetap bersama Kakak.Kakak itu sumber kebahagiaanku.Mungkin saat ini masih sulit,tapi aku percaya Allah itu Maha Baik.Segalanya pasti indah pada saatnya nanti.Yang harus Kakak tau,di hati ini hanya ada Kakak.Jika pun pada akhirnya nanti kita memang harus berbeda jalan,aku akan terima apapun keadaan yang kakak pilih"tutur Gea lembut.
Teo tertegun mendengarnya.Begitu tulus rasa cinta yang ia terima dari kesayangannya itu.Tapi kenapa hatinya seakan buta.Kenapa ia masih menyimpan rasa tak berarti yang belum tentu mau berjuang bersamanya.
Kesadaran Teo terusik saat Gea menarik tangannya untuk pamit.Ketika Gea ingin melepasnya ia justru menahannya dan menarik untuk Gea lebih dekat lalu dikecupnya kening Gea dengan lembut dan dalam.
"Maaf untuk semua kebodohanku selama ini.Semoga kamu slalu diberi kebahagiaan"
Gea hanya tersenyum mendengarnya.Ia lebih mendekat pada suaminya lalu mengecup pipi suaminya dan membisikkan tiga kata berharga di telinga suaminya."i love you"
Seakan tanpa dosa Gea lalu melenggang begitu saja meninggalkan suaminya yang masih shock dengan apa yang ia lakukan.Tak salah kan apa yang ia lakukan?Toh ia mencium suaminya sendiri.Semua yang ada pada suaminya adalah hak miliknya,bukan milik orang lain apalagi pelakor yang ingin menghancurkan rumahtangganya.
...****************...
Teo merebahkan tubuhnya yang lelah di di kursi panjang.Hari ini pekerjaannya begitu banyak.Apalagi ada karyawan yang libur membuat beban pekerjaan semakin bertambah.
"Minum Te"kata Anton yang datang membawa seteko es teh manis.
"Tumben udah ada es jam segini"ujar Teo.
"Tadi si Rudi keluar beli rokok,sekalian aja suruh beli batu es'
"Yang lain pada kemana?"tanya Teo.
"Pada mabar noh di pojokan"jawab Anton.
"Kapan bisa ngumpul bareng lagi Te,udah lama lo ga ikut ngumpul"kata Anton.
"Belum tau,bingung sekarang kalo mau keluar malem.Ga tega ninggalin Gea berdua sama nenek doang"terang Teo.
"Udah cinta lo sama Gea?"
"Entahlah,tapi kalo jauh darinya kepikiran terus"
"Masih ngarep Riri"selidik Anton.
Kepala Teo menggeleng pelan."Aku ga tau Ton,tapi ini semua berat buat aku.Aku ga mungkin nyakitin Gea lebih dari ini.Tapi perasaan untuk Riri juga ga mudah buat aku hapus"
"Trus lo mau kaya gini terus?Bentar lagi lo sama Gea juga bakalan punya anak.Gimana ceritanya itu.Lo bayangin wajah Riri pas begituan sama Gea apa gimana itu?"cecar Anton.
"Ya ga lah,gila kali ngebayangin Riri.Menurutmu aku harus gimana?"tanya balik Teo.
"Yakin mau pendapat gue?"ragu Anton sementara Teo mengangguk pasrah.
"Menurut gue sih mending lo lupain Riri.Buang semua kenangan lo sama Riri.Gea tulus sama lo.Kalo lo sama Riri gue ga yakin dia bakal dukung lo kaya Gea.Jaman sekarang jarang jarang cewe mau di ajak berjuang dari nol.Kebanyakan mau enaknya tanpa mau saling mendukung.Ga lupa kan lo gimana ortu Riri dulu"
"Lagian bentar lagi lo punya anak.Kalo lo sekarang permainkan Gea,bisa jadi lo dapet karma,tapi jatuhnya ke anak lo"lanjut Anton.
Teo mendesah berat.Sekelebat bayangan saat bertemu orang tua Riri singgah di ingatannya.
"Cowo miskin kaya kamu kok jadi pacar Riri.Bisa apa kamu buat nyenengin anak saya.Kerja juga cuma kuli.Emang cinta aja bikin anak saya kenyang?"
Bahkan hingga kini kata kata itu masih terngiang di ingatannya.Tapi kenapa ia masih menyimpan nama Riri di hatinya?
"Kenapa terasa sulit begini Ton"keluh Teo.
"Ga sulit kalo lo lakuinnya ikhlas.Kalo lo emang mau berubah,ingatlah perjuangan Gea buat bisa sama sama lo.Jadikan semua yang udah lo alami sama Gea sebagai penyemangatnya.Gue yakin lo pasti bisa"
"Thanks Ton,lo slalu bisa ngertiin gue"kata Teo.
"Slow aja.Udah ya,gue mau makan dulu.Laper gue"kata Anton seraya beranjak.
Sepeninggal Anton Teo kembali merenung.Dibukanya kembali memori tentang kebersamaannya dengan Gea.
Dari awal bersama Gea,istrinya itu memanglah menerimanya apa adanya.Tak pernah menuntut.Bahkan ia akan melakukan apapun sendiri tanpa ingin menyusahkannya.Apakah keberadaannya sebagai suami tak di anggap?Tentu saja tidak.Gea hanya memberinya kebebasan untuk menentukan langkahnya sendiri.Istrinya hanya akan mengingatkan dan memberinya saran ketika yang ia lakukan salah.Itupun dengan tutur kata yang lemah lembut.
Dan seberapapun nafkah yang ia beri,Gea tak pernah mencelanya.Sedikit ataupun banyak ucapan terimakasih tetap terlontar dengan manis dari mulutnya.Semua kebutuhannya juga tetap tersedia.Ia tetap terlayani dengan selayaknya.
Hanya perkara hati saja yang Gea masih enggan untuk berkata lebih.Tapi bukankah itu semua juga atas andilnya sebagai suami?Ia membawa Gea dalam sebuah ikatan yang hanya menyakiti perasaannya.Sedangkan dirinya sendiri masih munafik.Ia belum mampu menghapus Riri dari hatinya,tapi juga enggan untuk melepas Gea menjauh dari kehidupannya.
"Suami macam apa aku ini?"tanya Teo pada dirinya sendiri.Akankah ia seperti ini selamanya?Sedangkan keluarga kecil impiannya sudah ada di depan matanya?Haruskah ia mengorbankan dan menyakiti Gea lebih dalam lagi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments