Adzan subuh berkumandang dari masjid rumah sakit.Gea menyingkirkan tangan Teo yang memeluknya dan beranjak ke kamar mandi.Selesai membersihkan diri Gea mengambil mukena dan ingin keluar ruangan tapi suara Teo menahannya.
"Mau kemana?"
"Aku mau sholat di masjid Kak"
"Sholat disini aja bareng aku"
Gea terpana mendengarnya,lalu senyum lebar terpampang begitu saja saat menyadari ucapan suaminya.Usahanya untuk membawa Teo menjadi pribadi yang lebih baik tidaklah sia sia belaka.
Sementara menunggu suaminya berwudhu Gea menggelar sajadah.Lalu tatapannya beralih pada neneknya yang masih tertidur."Semoga cepat membaik nek.Biasanya nenek yang selalu mengingatkanku untuk sholat"lirihnya.
Tak lama Teo keluar dari kamar mandi.Ia lalu memakai kain sarungnya dan langsung menghampiri Gea.
"Ayo"ajaknya.
Hampir setahun menikah dengan Teo baru kali ini Gea merasakan bahagia menyentuh ke relung hatinya yang paling dalam.Keinginannya untuk bisa menjadi makmum bagi suaminya sendiri kini bisa ia rasakan.Tanpa ia harus membuang banyak kata untuk membujuknya.
Airmatanya mengalir deras saat ia menadahkan tangannya dalam doa.
"Ya Allah,terimakasih atas nikmat dan karunia yang Engkau berikan.Semoga hidayah yang Engkau berikan selamanya membawa suami hamba menjadi pribadi yang lebih baik.Lindungilah ia dimanapun ia berada.Mudahkanlah urusannya,lancarkanlah rejekinya dan berikanlah umur panjang yang berkah barokah.Dan semoga rumahtangga kami menjadi sakinah hingga ke surgaMu.Aamiin"
Usai berjamaah Gea mencium punggung tangan suaminya.Bukannya melepas setelahnya,Teo justru membawanya dalam dekapannya.
"Bantu aku merubah diriku Ge.Aku bukanlah pribadi baik seperti kebanyakan orang.Aku hanya manusia penuh dosa"lirih Teo.
"Bukan kita yang harus menghakimi diri sendiri kak.Biarkan semua itu menjadi ketentuan Allah.Kta hanya harus memperbaiki diri kita sendiri"balas Gea.
"Terima kasih mau menerima laki laki kotor ini dan tetap ada disampingku meski aku hanya bisa membuatmu terluka.Dan terimakasih juga untuk semua pengorbananmu demi anak kita"
"Kalo begitu berikan hadiah terbaik untuk anak kita"manja Gea
"Apapun akan aku berikan selagi aku mampu"
"Kamu sangat bisa memberikannya kak"kata Gea.
"Apa yang menjadi keinginan kalian,katakanlah"pinta Teo.
"Hadiahkan surah Alfatihah untuknya"
Ya,bukan benda mewah dan mahal yang dipinta.Tapi untaian doa yang menjadi pelindung bagi anak mereka.Karena itu lebih berharga dari apapun.
Tanpa menunggu lama Teo memberikan keinginan istrinya.Ia mengelus lembut perut Gea setelahnya.
"Maaf belum bisa jadi imam yang baik buat kalian"sesal Teo.
"Berusahalah terus kak,kakak pasti bisa"
"Berjanjilah untuk tidak pernah meninggalkanku"
"Aku tak akan pergi hingga kakak sendiri yang memintaku untuk pergi"
"Apa yang kamu harap dari laki laki sepertiku Ge?Aku slalu menyakiti hatimu,tapi kamu masih tetap disampingku"ungkap Teo.
"Surga Allah.Itu kak yang aku harap.Aku pernah meminta padaNya,dan jawabannya adalah kakak.Maka seburuk apapun keadaannya saat ini,aku hanya harus yakin takdirnya akan indah pada saatnya nanti.Meski terkadang hati ini terasa begitu sakit dengan penghianatanmu kak"lirih Gea.
"Maaf,mungkin kata maafku tak lagi berarti bagimu Ge"
Hati Teo begitu sesak mendengar penuturan istrinya.Sekejam itukah ia pada istrinya sendiri?.
Sementara Gea juga terdiam.Ia masih ragu untuk mengungkapkan semua apa yang ia rasa.Belum waktunya Teo mendengar semuanya sekarang.Hati Teo masih terlalu rapuh untuk menerimanya.
Hening.Keduanya kembali terdiam dengan pemikiran masing masing.
"Mau sarapan apa?"tanya Teo memecah kesunyian diantara keduanya.
"Apa aja kak.Kakak kerja ga hari ini"
"Libur dulu lah.Aku ga mungkin biarin kamu jaga nenek sendirian"kata Teo seraya merapikan kain sarungnya."Aku beli sarapan dulu ya"
Gea merapikan mukenanya setelah Teo keluar ruangan.
"Gea"
Netra Gea langsung mengarah pada neneknya saat ada yang memanggilnya.Ia segera menghampiri neneknya yang kini telah bangun.
"Nenek udah bangun"kata Gea.
"Mana suamimu?"tanya nenek.
"Baru keluar nek beli sarapan.Ada apa nek?"
"Kenapa nenek dibawa kesini?Biayanya pasti ga sedikit"
"Nenek tenang aja ya.Insyaallah aku sama Kak Teo masih ada tabungan.Yang penting nenek cepat pulih"terang Gea.
"Kamu jual aja ya kalung peninggalan kakek kamu"
Gea menggeleng."Itu peninggalan kakek nek,aku ga mau.Biar urusan biaya menjadi urusan aku sama Kak Teo"
Jika Gea sudah seperti itu maka nenek hanya bisa diam.Ia tahu betul sifat cucunya.Sifat yang selalu mengingatkannya pada sang suami yang telah lama meninggalkan dirinya menghadap Sang Pencipta.
Tak lama Teo masuk membawa sekantong plastik makanan dan menyerahkannya pada Gea.
"Gimana keadaan nenek?"tanya Teo
"Alhamdulillah udah mendingan.Minta pulang aja Te,nenek ga betah disini"kata nenek.
"Iya nek,tapi nunggu diperiksa dokter dulu ya.Takutnya keadaan nenek belum sepenuhnya pulih"
Nenek hanya bisa pasrah mendengarnya.Teo pun lalu beralih menghampiri Gea.
"Kamu makan dulu mumpung masih anget buburnya"kata Teo.
"Aku belum pengen Kak.Kakak aja dulu yang sarapan"
Mendengar ucapan istrinya Teo meradang.Ditariknya Gea untuk duduk lalu ia mengambil buburnya.Ia sendok dan ia arahkan ke mulut istrinya.
"Buka mulutnya.Aku ga mau kamu juga ikutan sakit"titahnya.
"Malu kak dilihat nenek"
"Buka mulutnya atau aku pergi sekarang"
Mendengar ancaman Teo Gea menjadi manyun.Namun ia langsung membuka mulutnya saat tatapan Teo yang begitu tajam mengarah padanya.
Nenek yang melihatnya pun tersenyum bahagia.Besar harapan dan doanya rumah tangga cucunya akan kekal hingga maut yang memisahkan.
Teo selesai menyuapi Gea tepat saat dokter masuk untuk melakukan pemeriksaan.Ia membuang sampah bungkus makanan lalu menghampiri dokter.
"Bagaimana keadaan nenek saya dok?"tanya Teo.
"Alhamdulillah sudah ada peningkatan.Hanya tekanan darahnya yang masih tinggi"terang dokter.
"Kapan boleh pulang dok,soalnya udah minta pulang aja"
"Kita lihat dulu sampai nanti malam ya.Kalo sudah membaik insyaallah besok boleh pulang.Yang penting obatnya diminum terus sama makannya dijaga"
Usai memeriksa dokter meninggalkan ruangan.
"Apa sudah boleh pulang kak?"tanya Gea yang baru kembali dari kamar mandi.
"Kata dokter nunggu sampe nanti malem.Kalo membaik besok boleh pulang"
"Beneran mau libur kak hari ini?"tanya Gea lagi.
"Iya"singkat Teo.Ia berlalu dan kembali merebahkan tubuhnya di kasur lantai.Dipandanginya Gea yang tengah menyuapi neneknya.Tatapannya jatuh pada perut Gea yang sudah membuncit.
"Sebentar lagi aku jadi ayah.Tanggungjawabku bertambah.Apa aku akan seperti ini terus.Bagaimana aku menghidupi anak istriku nanti"pikir Teo.
Angan Teo melayang entah kemana.Membayangkan apa yang akan ia hadapi ke depannya.Meskipun berandalan tapi iapun ingin yang terbaik bagi anaknya.Dan ia bertekad akan berjuang untuk kebahagiaan anak istrinya.
"Jangan melamun kak"kata Gea yang tiba tiba sudah duduk disampingnya.
"Engga,cuma lagi mikir"kata Teo.
"Mikirin apa?"tanya Gea.
"Kamu"jawab Teo singkat.Ia bangkit dari tidurnya lalu kembali meletakkan kepalanya di paha istrinya dengan wajah menghadap perut buncit Gea.
"Anak ayah apa kabar.Sehat sehat ya di perut Bunda,jangan rewel"katanya.Ciuman bertubi tubi pun mendarat di perut Gea.
Mendapat perlakuan manis dari suaminya membuat Gea tersenyum.Bukan hal mahal dan mewah yang di idamkannya melainkan kasih tulus dari suaminya.Dielusnya rambut Teo dengan lembut dan penuh rona bahagia hingga tak lama Teo kembali tertidur dengan wajah yang terlihat lelah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments