Suara merdu muadzin yang melantunkan adzan menggema di pagi buta.Mengusik tidur nyenyak si gadis sederhana.Matanya mengerjap pelan dan tubuhnya mengeliat pelan merasakan beban yang menindih tubuhnya.Yah,ia sadar kini tidurnya tak lagi sendiri.
Gea menoleh ke samping dan mendapati wajah damai suaminya yang masih terlelap.Wajahnya merona mengingat malam pertamanya yang penuh kehangatan.Kini seutuhnya ia telah menjadi milik Teo,begitupun sebaliknya
"Ga usah diliatin,ntar gantengnya ilang"
Gea tersipu malu saat mendengar ucapan suaminya.Ia tak berani menatap netra suaminya yang kini terbuka sempurna.Sementara Teo tersenyum cerah memandang wajah istrinya yang nampak malu malu.Disibakkannya rambut Gea yang menjuntai ke dahi lalu dikecupnya dahi Gea.
"Pagi kesayangan"ucapnya.
"Pagi juga kak"balas Gea.Ia menyentuh tangan Teo diatas perutnya,bermaksud menyingkirkannya agar ia bisa bangun dan beranjak dari tempat tidur.Namun Teo dengan gesit segera menariknya hingga ia kembali terjerembab dalam pelukan Teo.
"Kak,aku mau bangun,udah subuh"seru Gea.
"Ada yang udah bangun duluan dari tadi sayang,dan gerakanmu justru membuatnya semakin meronta"lirih Teo.
"Siapa kak,kan di kamar ini cuma kita berdua"tanya Gea bingung.Namun matanya terbelalak saat Teo memeluknya lebih erat dan menggesekkan yang dibawah sana.
Tatapan Teo semakin berkabut,seolah mengatakan bahwa ia tak sanggup lagi menahan gejolaknya.Hingga akhirnya Gea pun mengalah dan memberikan apa yang diinginkan Teo.Menjadikan suasana pagi yang masih dingin menjadi hangat,sehangat mentari yang akan menampakkan dirinya di ufuk timur.
...****************...
"Kapan kamu pindah kesini Teo"tanya nenek saat ketiganya duduk bersila dilantai menghadapi sarapan yang terlambat.Bagaimana tidak terlambat kalo Teo saja masih menggempur Gea sampai berulang kali.
"Insyaallah Teo tinggal disini terus nek,barang barang yang di kosan dibawa dikit dikit aja kalo pulang kerja"jawab Teo.
Nenek menghela nafas lega."Alhamdulillah,nenek kira kamu ga mau tinggal disini"
"Masa iya aku tega nek ngajak Gea buat ninggalin nenek sendirian disini"kata Teo.
Nenek tersenyum mendengarnya."Kalian ga mau nunda momongan kan"tanya nenek.
Uhhuk uhhuk
Gea tersedak mendengar ucapan neneknya.Saat Teo memberikan segelas air putih ia segera menyambar dan meminumnya.
"Nek,baru juga kemaren nikah,udah ngomongin momongan"gerutu Gea.
"Emang ada yang salah,kan kalian udah sah nikah.Salah itu kalo nenek ngomong gitu pas kalian belum nikah"jawab nenek kekeh dengan pendapatnya.
"Udah Ge,nenek bener kok.Tinggal kita gaspol aja bikinnya"kata Teo menimpali.
Nenek tersenyum mendengar jawaban cucu mantunya,sementara Gea manyun bibirnya.
"Nah,itu suami kamu aja tau.Nenek pengen bisa gendong cicit sebelum nenek pergi"katanya sendu.
Gea terdiam mendengar ucapan neneknya.Inilah yang paling ia benci.Saat ia di ingatkan bahwa ia akan kehilangan neneknya.Padahal takdir Tuhan akan umur manusia tak pernah ada yang tau.
Teo menggenggam tangan istrinya saat Nenek telah beranjak dari acara makannya.Berusaha memberi kekuatan bahwa semua akan baik baik saja.
"Jangan terlalu dipikirkan karena semua akan terasa lebih berat.Jalani saja semampunya,sisanya serahkan pada Tuhan"
Gea hanya mencibir."Kakak enak ngomongnya"
"Ga juga,lebih seneng sama prosesnya aja.Nikmatnya tiada tara,apalagi saat kamu mendesah manja"bisik Teo tepat ditelinga Gea seraya beranjak membawa piring bekas makannya ke belakang.
Sementara Gea merinding mendengarnya."Omes melanda"batinnya.
...****************...
Menjelang siang Nenek berpamitan untuk menghadiri pengajian di desa sebelah.Gea menyelonjorkan kakinya di atas kasur lantai setelah ia selesai membersihkan rumah.Sementara Teo yang mengantarkan sang nenek belum juga kembali.
Ia hampir terlelap.Namun kedatangan Teo yang langsung mendekapnya reflek membuat ia langsung memukul tangan suaminya.
"Auw,sakit sayang"rintih Teo sambil mengusap tangannya yang dipukul Gea.Lumayan perih juga geplakan Gea.
"Iihh,Kak Teo kebiasaan banget deh.Seneng banget bikin aku senam jantung"kesalnya.
"He he,maaf kesayangan,habisnya aku seneng banget.Rumah kan sepi,jadi aku bebas peluk kamu sepuasnya"
"Iya,tapi kan kakak bisa salam dulu kalo masuk rumah.Ini main nyelonong aja langsung peluk.Aku kan kaget jadinya"ujar Gea dengan ekspresi kesal yang masih membuncah.
"Udah sayang,aku udah salam,tapi kamunya kan ketiduran jadi ga denger tadi"bela Teo.
"Iih,alesan aja kak kalo di.."
Belum sempat Gea menyelesaikan ucapannya bibir Teo telah membungkam mulutnya dengan ciuman.Lembut dan hangat terasa,namun semakin menuntut untuk lebih dalam dan lebih lama.Teo melepas sejenak pagutannya,memberi ruang untuk Gea bernafas.Namun ia kembali menyatukan bibir keduanya setelah Gea menghirup oksigen cukup banyak.
Tiba tiba dering ponsel yang nyaring mengusik keintiman keduanya.
Teo beranjak dengan menahan kesal untuk mengambil ponselnya yang berdering.Lalu ia kembali ke sisi istrinya lagi.
Tanpa melihat nomor siapa yang menelfonnya ia langsung menggeser tombol berwarna hijau.
"Halo,ini siapa"serunya penuh kekesalan.
"Teo,aku kangen sama kamu"balas dari seberang.
Teo bergidik mendengarnya.Ia menjauhkan ponsel dari telinganya lalu melihat siapa yang menelfonnya.Bola matanya terlihat memutar jengah.
Gea mengusap lengannya pelan,dengan isyarat mata ia seakan bertanya siapa yang menelfonnya.Tapi Teo malah menggendikkan bahunya lalu menyerahkan ponselnya pada Gea.
"Kamu aja yang ngomong,aku males"katanya.Ia malah kembali memeluk Gea dan membenamkan wajahnya di ceruk leher Gea setelah Gea menerima ponselnya.
"Halo,maaf ini siapa"tanya Gea karena ia tak mendapati nama pada nomor yang menelpon suaminya.
"Kenapa jadi kamu yang ngomong,mana Teo.Aku mau ngomongnya sama dia"balas dari seberang.
"Maaf Kak Teo ga mau ngomong,sekarang malah tidur.Ini siapa ya"tanya Gea mencoba menahan kesabarannya.
"Halah,keliatan banget bohongnya.Barusan juga tadi Teo ngomong.Segitu takutnya ya kamu Teo kembali sama aku.Inget ya,aku pasti bakal rebut Teo dari kamu"
Gea menghela nafas berat.Ini orang mabok kali ya,ditanya baik baik malah marah marah ga jelas.
Tanpa diduga Teo merebut ponselnya dan langsung mematikan sambungannya.Bahkan saat nomor itu menghubunhinya lagi ia langsung menolaknya dan memblokir nomor itu.
"Ternyata masih ada ya yang mengincar kakak meski udah tau kakak udah nikah.Barisan para mantanmu sungguh gila kak"lirih Gea.
"Ga usah didengerin.Aku aja males ngeladeninya.Aku pikir kamu bakalan matiin telponnya tadi setelah aku kasih,ga taunya malah kamu jawab"kata Teo.
"Ya aku pikir kakak ngasih hpnya ke aku nyuruh aku yang ngomong.Kalo tau bakal dimaki maki juga aku ogah ngomongnya kak.Perasaan aku yang jadi istri kakak,tapi kenapa ya,hari pertama nikah udah dimaki seakan akan aku ini pelakor"sungut Gea.
Teo terkekeh mendengarnya."Ga udah dengerin kesayangankuh,anggap aja ini kado buat kita.Biar kita makin semangat dan secepatnya ngasih apa yang nenek minta"
Gea hanya mencibir dan bersungut,karena selanjutnya ia harus menuruti Teo untuk kembali membuka kado terindahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments