Sebuah kamar kedap suara, kamar seorang laki - laki dengan dua istri, menjadi saksi bisu hilangnya kesucian seorang istri kedua.
Untuk pertama kali selama satu tahun usia pernikahannya, Calina merasakan di cumbu.
Entah, setan apa yang merasuki Zio. Zio memperlakukan Calina dengan sangat lembut. Seolah emosinya selama ini hanyalah sandiwara.
Namun saat momen pertama kali itu berakhir, Calina menangis sejadi - jadinya. Di bawah guyuran air shower dengan piyama putih yang kembali melekat pada tubuhnya. Meninggalkan Zio yang terlelap pasca menggauli istri keduanya yang masih perawan.
Bagaimana Calina tidak menangis, di akhir sesi, Zio justru mengucapkan kalimat yang menyayat hati Calina.
"Aku berhasil mendapatkan kesucianmu! bukan Kenzo!" Desis Zio sebelum ambruk dan tertidur tanpa rasa bersalah.
Desisan Zio itu tak akan pernah terlupakan oleh Calina. Satu kalimat yang seolah sebuah pernyataan kemenangan akan suatu tantangan.
Ia menyesal telah terbuai, ia menyesal telah hanyut dalam permainan Zio. Berulang kali Zio mengatakan jika dirinya malam ini terlihat cantik, membuat Calina lupa akan siapa Zio sebelumnya.
"Haaahhh!" teriak Calina mengacak - acak rambutnya yang basah. Mengusap lengannya hingga kaki, seolah jijik karena baru saja melakukan kesalahan terbesar.
Waktu telah fajar, Calina yang malang sudah kehabisan air mata. Ia bangkit dari bawah shower, mengambil handuk untuk membersihkan dirinya.
Menyesal? terlambat!
Pikiran Calina saat ini hanyalah dua kata itu. Nasi sudah menjadi bubur. Ia hanya berharap bahwa tak akan pernah terjadi kembali apa yang baru saja terjadi.
Bangkit dari penyesalan, Calina keluar dari kamar mandi, menoleh Zio dengan tatapan benci. Ia akui, selama ini memang mencintai seorang Zio Alfaro dengan tulus. Bahkan sampai ia harus terluka kali ini pun, rasa itu tetap ada, meski sudah di balur rasa kecewa. Yang bisa kapan saja merobohkan rasa cinta yang tersisa.
Jika saja semalam Zio melakukan dengan baik, tulus tanpa embel - embel apapun, tentulah Calina rela memberikan dirinya seutuhnya pada Zio, sang suami.
Untuk pertama kali melakukan hal intim, tentu Calina merasa tubuhnya tidak baik - baik saja. Sakit di bagain inti, juga nyeri pada dada. Karena ia sempat membiarkan Zio bermain dengan dadanya.
Kalimat - kalimat yang di lontarkan Zio benar - benar membuat Calina lupa diri. Benar - benar membuat Calina saat ini seperti seorang pengemis cinta.
Keluar dari kamar setelah berpakaian rapi, Calina bertemu dengan Mama Reni di dapur. Mama Reni sudah siap untuk memasak menu sarapan. Sederhana, hanya nasi goreng spesial untuk anak dan menantunya.
"Kamu sudah bangun, Cal?" tanya Mama Reni.
"Iya, Ma.." jawab Calina datar, membuang muka dari ibu mertua. Ia tak ingin sang mertua tau matanya yang sembab. Ia tak ingin mertuanya tau jika semalam adalah malam naas nya.
Calina mengambil air minum, menenggaknya dengan duduk di meja makan tanpa menghadap sang ibu mertua.
Namun sebisa mungkin ia berusaha menghindar, tetap saja perasaan seorang ibu tau ada yang tidak benar pada anak menantunya.
"Kamu kenapa, Calina?" tanya Mama Reni duduk di samping Calina. Menatap lekat pada menantunya.
"Tidak apa - apa, Ma... memangnya Calina kenapa?" tanya Calina mencoba untuk memasang wajah cerah.
"Bibirmu bisa membohongi Mama. Tapi mata mu tidak, Calina..." ucap Mama Reni lirih.
Calina menatap sendu sang ibu mertua, mencari ketenangan yang sama seperti yang ia dapat saat menatap mata sang ibunda.
"Zio menyakitimu?" tanya Mama Reni selembut mungkin. Ia belai rambut hitam sang menantu yang tergerai setengah basah.
Calina menghela nafas, ia gelengkan kepalanya pelan. Menutupi semua sesak yang ia rasakan beberapa jam yang lalu.
Mama Reni menarik nafas panjang, dan menghelanya cepat. Sebagi seorang wanita yang melahirkan Zio, pastilah dia paham seperti apa seorang Zio Alfaro.
"Calina?" panggil Mama Reni lirih.
Yang di panggil sontak menoleh dengan tatapan yang lembut. Guna membalas kelembutan yang di berikan sang mertua padanya.
"Kamu tentu tau, Calina... Zio adalah satu - satu harapan Mama untuk bisa menjaga Zhika. Kelak, jika Zhika benar - benar bisa sembuh." ucap Mama Reni. "Mama sangat yakin, Zio akan bisa menjadi kakak yang baik jika ia berada dalam genggaman perempuan hebat seperti kamu..." lanjut Mama Reni menggenggam tangan menantunya. "Hanya kamu yang bisa menjadi kakak ipar terbaik untuk Zhika."
"Tapi, Ma..." Calina menggantung kalimatnya. Ia tak mungkin mengatakan jika Zio sesungguhnya tak menginginkan dirinya sama sekali.
"Maafkan Mama, jika Mama terkesan memaksa. Tapi Mama yakin cuma kamu kakak ipar yang bisa menerima kekurangan Zhika."
Calina menunduk. Ini bukan masalah Zhika. Masalahnya adalah kakak Zhika. Yaitu suaminya sendiri, yang secara terang - terangan menolak dirinya. Bahkan apa yang terjadi semalam hanyalah jebakan semata.
"Calina... Mama dan Papa semakin tua. Kami tidak tau kapan kami akan menyusul Papa kamu di sana. Jadi Mama mohon Calina... jagalah Zhika untuk Mama. Jadikan kehidupannya selanjutnya berwarna."
"Ma... Mama dan Papa pasti bisa memberi kehidupan yang berwarna untuk Zhika. Mama dan Papa adalah orang - orang terbaik yang dimiliki Zhika! Tidak semua orang akan pergi dalam waktu yang cepat seperti Papa!"
"Mama tau, Calina... Satu pesan Mama untuk kamu, Nak... Jadilah wanita kuat! jadilah wanita hebat selamanya! Mama tau, saat ini kamu sudah jadi keduanya!"
"Maksud Mama?"
"Bukan apa - apa..." Mama Reni mengusap lembut tangan menantu yang ia genggam. "Mungkin tahun depan Zhika sudah bisa pulang... Mama harap kamu bersedia menerimanya..."
"Tentu, Ma!" jawab Calina mengangguk.
"Oh, ya! Mama sudah memasak untuk kita semua. Kamu tidak perlu repot." ucap Mama Reni menunjuk hasil masakannya. "Nanti siang Mama dan Papa harus kembali ke kampung!"
"Kenapa cepat sekali, Ma?"
"Hem... kamu kan tau, Papa itu sibuk sekali!"
"Biasanya kan sorean?"
"Nanti sore ada undangan hajatan dari tetangga!" jawab Mama Reni sembari berdiri dan menata hasil masakannya di meja makan.
"Oh...." Calina hanya mengangguk. "Biar Calina bantu, Ma!"
"Tidak usah! duduklah... biar Mama saja! Mama ingin menyiapkan sarapan untuk anak dan satu - satunya menantu Mama!" sahut Mama Reni. "Lebih baik kamu bangunkan Zio, ya? biar kita bisa sarapan bersama!"
Calina diam seribu bahasa, kembali naik ke atas melihat pria itu lagi? rasanya sangat malas untuk beranjak.
"Baiklah, Ma!"
Dengan terpaksa Calina kembali naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Zio. Namun ternyata Zio sudah tak berada di atas tempat tidur. Calina melirik kamar mandi saat mendengar suara gemericik air dari dalam sana.
Saat hendak kembali menutup pintu untuk keluar, tiba - tiba saja pintu kamar mandi terbuka. Saat berusaha menghindar, justru pria itu lebih dulu memanggil namanya.
"Calina?" panggil Zio dengan nada yang cukup sendu untuk di dengar telinga Calina yang terbiasa dengan suara ketus Zio.
"Di tunggu Mama untuk sarapan!" ucap Calina tanpa berniat menjawab panggilan Zio.
Calina berbalik, hendak kembali keluar kamar. Namun Zio... berhasil menarik tangan Calina, hingga Calina terhuyung dan ambruk.
"Lepas!" ujar Calina.
"Calina?" panggil Zio lagi.
...🪴 Happy Reading 🪴...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
meE😊😊
ap ?? mau blg nyesel klo lu tau trnyta calina msih suci? ap mau mnyakiti calina lgi klo calina cwe bodoh yg gmpg d jbak hny krn kata2 manis doang?? lma2 gue jedotin tuh pala lo
2023-09-11
1
meE😊😊
curiga sprti y ortu zio sudh tau dr lama klo zio pny istri 2.. kn dr awal d bhas klo ortu zio tdk mrestui hbungn mrk..
tp prtu zio ttp egois memaksakn khndak dmi kbhgiaan zhika mlah mngorbankn calina
2023-09-11
1
Samsia Chia Bahir
Calina calinaaa, i2kan yg kmu mau, diperawani suami beistri 😝😝😝😝😝
2023-08-31
1