Kehadiran kedua mertuanya saat hari mulai siang, membuat rumah lebih ramai dan hidup. Tidak sesunyi biasanya. Karena biasanya di rumah besar itu hanya di huni oleh dua orang dengan beda jalan hidup, beda tujuan dan beda kebiasaan.
"Di kamar, Pa! belum bangun." jawab Calina seadanya.
"Sudah jam segini belum bangun?" tanya Papa Raihan seolah tak percaya anaknya belum bangun di jam 11 pagi begini.
"Saat weekend Mas Zio selalu begitu, Pa."
"Zio memang tidak berubah!" sahut Mama Reni setengah kesal.
Tap tap tap!
Langkah kaki terdengar menuruni tangga. Sontak semua menoleh ke atas. Melihat pangeran tidur yang tidak tahu malu.
"Pagi, Pa! Ma!" sapa Zio tanpa rasa bersalah. Ia turun masih dengan celana boxer dan kaos oblong berwarna putih.
"Pagi kepalamu! Ini sudah siang Zio!" jawab Papa Raihan setengah gemas dengan putranya itu.
"Oh ya?" tanya Zio berpura mendelik. "Maaf, Pa! hehe!" gelak Zio seolah dunia Calina baik - baik saja.
Sampai lah Zio dimana keluarganya berada. Di meja makan, guna menyiapkan makan siang untuk bersama. Calina sudah menyiapkan sejak pagi untuk menyambut sang mertua yang sudah ia anggap sebagai orang tua sendiri.
"Kamu masak apa, Sayang?" sapa Zio sembari memberi kecupan lembut di pipi Calina.
Calina menarik nafas dalam. Seketika darahnya terasa mendidih. Muak rasanya dengan drama yang akan ia lakoni, mungkin sampai besok.
"Sup daging kesukaan mu, Mas!" jawab Cina tersenyum manis.
"Wow! baguslah! ayo kita makan!" ajak Zio sembari menarik kursi.
Calina tersenyum smirk, rasanya ini waktu yang tepat untuk mengerjai suami ketusnya.
"Eeiits!" Calina menahan lengan Zio agar tidak duduk.
"Kenapa?" tanya Zio dengan pantat yang masih menggantung.
"Mas, kamu kan belum mandi! mana boleh makan siang belum mandi pagi!" ucap Calina dengan nada suara sedikit manja. Seolah semua adalah benar adanya.
"Nah! betul kata istrimu! mana boleh makan siang belum mandi pagi!" sahut Mama Reni.
Membuat Zio menatap kedua orang tuanya yang sudah duduk di kursi makan, dengan menahan gemas. Kemudian Zio menoleh Calina, matanya sedikit melotot tajam, dan hanya Calina yang dapat melihat sorot itu.
Namun siang itu, Calina tak akan takut walau angin, badai, halilintar, bahkan gempa bumi datang sekalipun. Ini adalah kesempatan emas untuknya membuat Zio menurut padanya. Bukannya takut, Calina justru tersenyum manis dengan menggoyang manja lengan Zio.
"Ayo, Mas! mandi dulu sana! kamu bau tau!" ucap Calina menutup hidung. Seolah Zio benar - benar bau.
Reflek, Zio mencium bau tubuhnya. Dia memang belum sempat ke kamar mandi. Mungkin benar jika dia bau keringat atau bau bantal.
"Buruan, Mas! Papa Mama pasti sudah lapar! Mereka kan baru saja melakukan perjalanan jauh!" rengek Calina.
' Brengsek! '
Umpat Zio dalam hati.
' Berani sekali dia memanfaatkan kesempatan! awas saja kau ular kecil! '
Lanjut Zio dengan kembali berdiri tegak.
"Baiklah, aku akan mandi!" ucap Zio malas. Menahan rasa kesal yang tak bisa di lampiaskan.
"Gitu dong!" seru Calina senang. "Oh ya, Mas! jangan lupa pakai kaos warna ungu ya? biar sama kayak bajuku!" lanjut Calina melirik bajunya sendiri. "Dan jangan lupa pakai parfum!"
"Jangan ngelunjak, ya? Aku tidak punya kaos warna ungu!"
"Adaa! kemarin aku beli kaos buat kamu... warna purple!" jawab Calina.
"Oh ya?"
"Iyaaa!"
Zio menghela nafas, "tapi aku tidak suka warna ungu!"
"Ayolah, Mas! biar kita terlihat lebih kompak!"
"Tidak!" tolak Zio kesal.
"Zio! turuti saja kemauan istrimu!" seru Mama Reni. "Lagi pula cuma soal warna apa susahnya?"
"Maa..." rengek Zio.
"TU..RU..TI!" ucap Mama Reni tak terbantahkan.
"Haah..." menghela nafas berat. "Baiklah! okay!" jawab Zio pasrah sedikit menghentak. Kembali berjalan menaiki tangga, untuk melaksanakan ritual mandi dan permintaan istri keduanya.
Di ujung tangga teratas, Zio sempat menoleh ke bawah. Melihat Calina yang ternyata juga tengah melihatnya. Maka ia ancam Calina dengan gerakan bibir yang menyebik dan kepala yang sedikit bergerak.
Namun Calina, gadis itu justru tersenyum. Kemudian menjulurkan lidahnya. Tak ada rasa takut sama sekali siang itu.
Papa Raihan dan Mama Renu yang melihat ulah Calina, justru saling pandang dan tersenyum penuh arti. Mungkin mereka merasa tenang, karena rumah tangga anaknya baik - baik saja. Atau justru senyum mereka mengartikan hal lain.
Yang jelas akting Calina siang itu sangat bagus! Dia punya beberapa baju couple yang sengaja ia beli. Meskipun tak pernah punya keberanian untuk memberikan baju couple untuk Zio.
Saat mendengar orang tua Zio akan datang, Calina mencoba rencananya. Dan ternyata berhasil secepat itu.
' Memang dia pikir cuma dia yang bisa memaksaku! '
Calina tersenyum sinis. Namun sangat tipis, nyaris tak terlihat.
Hingga beberapa saat kembalilah Zio dengan kaos warna ungu yang di maksud Calina. Senyum mereka terbit dari bibir sang Bunga Desa.
***
Gaun bergelombang selutut berwarna cream, berbahan satin kwalitas terbaik membalut tubuh Calina di saat hari menjelang malam. Di padu dengan bahan brokat berwarna senada di bagian dada hingga pundak sedikit ke bawah yang di buat ketat sesuai ukuran dada Calina.
Sebuah pita di berikan sebagai aksen pada bagian perut yang di buat ketat sesuai perut ramping Calina. Kemudian gelombang kecil turun ke bawah. Membuat gaun itu terlihat sangat cantik dan memberi kesan seksi pada pesta malam ini.
Mama Reni membantu Calina untuk menyanggul rambut hitamnya ke atas. Kemudian hiasan bunga menempel oada sanggul sederhana namun sangat elegan.
Make up tipis dengan lipstick merah yang ia poleskan sendiri sangat cocok untuk saling berpadu dengan sanggul indah karya sang Mama mertua.
Sepasang kaki mulus tanpa noda ia balut dengan high heels berwarna senada. High heels yang hanya ad du garis di bagian punggung kaki, terikat rapi dan sangat cantik.
"Sempurna!" seru Mama Reni melihat menantunya yang masih berdiri didepan kaca kamar Zio. "Zio pasti suka!"
"Mama yakin?" tanya Calina tak percaya.
"Tentu saja, Sayang!" sahut Mama Reni. "Ayo turun!" ajak Mama Reni.
"Ya, Ma."
Calina berjalan di belakang Mama Reni, menuruni tangga, untuk bersiap berangkat ke pesta hari jadi perusahaan dimana Zio bekerja.
Zio sudah menunggu di sofa ruang tengah, dengan setelan jas berwarna silver. Ada Papa Raihan juga di sana. Begitu Calina muncul, maka semua pasang mata mendongak ke arah tangga.
Zio terpaku untuk beberapa menit. Menatap wajah yang selalu ia katakan jelek itu. Bagaimana mungkin gaun itu bisa membalut sangat cantik tubuh Calina yang ia anggap tidak seindah Naura.
"Cantik sekali istrimu, Zio!" ucap Papa Raihan tanpa ragu.
"Hem..." jawab Zio entah tulis atau tidak. Yang jelas pria itu terpaku cukup lama. Bahkan mata pun tak berkedip sampai Calina sampai di anak tangga terakhir.
"Berangkat sekarang?" tanya Mama Reni pada putranya.
"Emmh!" Zio tersadar dari lamunan. Ia gelengkan beberapa kali kepalanya. Menyadarkan diri bahwa semua yang ia lihat hanya ilusi. "Iya, Ma!" jawab Zio menghela nafas.
"Ayo, Mas! aku sudah siap!" Calina meraih lengan Zio untuk di rengkuh manja.
Aa.. meskipun hanya pura - pura. Rasanya akting Calina sangat sempurna. Seusai penampilannya malam ini.
Keduanya meninggalkan rumah utama Zio, dengan mengendari kuda besi milik Zio. Di dalam perjalanan, mereka hanya diam. Entah apa yang di pikirkan oleh masing - masing.
Mengenai gaun Calina, gaun itu di pesan untuk Anniversary mereka yang pertama. Calina ingin mengajak Zio makan malam romantis.
Namun semua itu tak terwujud. Justru hari Anniversary mereka di warnai gejolak hati yang semakin sakit. Luka tak berdarah terus saja menyayat sampai hari itu habis.
...🪴 Happy Reading 🪴...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
ani surani
baru sadar kalo istrinya cantik 🤭🤭🤭
2023-07-08
1
ani surani
🤮🤮
2023-07-08
2
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
Calina Buat Zio bucin setelah itu tinggalkan Dia biar tahu rasanya
Perjuangan Ucup mampir
2022-11-18
1